• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Bermoderasi Agama Ala Kita Orang Awam

Melalui program prioritas Kemenag, moderasi beragama tumbuh menjadi grand theory yang mungkin tidak semua masyarakat mudah mencernanya.

Yulinar Aini Rahmah Yulinar Aini Rahmah
25/11/2024
in Publik
0
Moderasi Beragama

Moderasi Beragama

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan mengikuti kegiatan seminar moderasi beragama bagi sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Kegiatan dengan tema “Beragama dalam Keberagaman” tersebut menghadirkan 2 narasumber, staf khusus Menteri Agama, Farid Saenong dan Ketua Forum Guru Besar ITS, Profesor Imam Robandi.

Ada hal-hal menarik dari kegiatan ini. Dari segi tema diskusi, rasanya tidak akan mungkin banyak peserta yang antusias melihat ITS merupakan kampus dengan fakultas dan prodi keilmuan yang mengkaji hal-hal di luar studi keagamaan. Namun di luar dugaan, antusiasme peserta cukup banyak, bahkan sesi diskusi-pun berjalan cukup lama.

Dari segi narasumber, ITS sebagai kampus dengan studi ilmu teknik mampu menghadirkan narasumber internal yang saling melengkapi. Yakni dengan narasumber tamu dalam menyampaikan pesan-pesan moderasi beragama. Dua hal ini membawa angin segar bahwa perguruan tinggi non keagamaan nyatanya masih menaruh perhatian terhadap isu-isu keagamaan.

Baca Juga:

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Temu Keberagaman 2025: Harmoni dalam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Inti Keberagamaan dalam Islam

Hal yang tidak kalah menarik adalah kehadiran Farid Saenong, yang merupakan staf khusus Menteri Agama saat ini. Ustadz Farid, begitu sapaannya, membawakan materi moderasi beragama dengan ringan di tengah massa yang hampir 100% berlatar belakang keilmuan di luar studi keagamaan.

Rumus Sederhana Mengimplemantasi Moderasi Beragama

Ia mengawali dengan disclaimer yang cukup menyejukkan dalam rangka meruntuhkan sekat dengan audiens. Saya mencatat setidaknya ada dua disclaimer. Pertama, bahwa forum-forum pembahasan moderasi beragama bukanlah ia maksudkan untuk melakukan pre-asumsi, “kami moderat, kalian tidak”. Melainkan mendialogkan cara pandang beragama yang selama ini kita miliki.

Kedua, bahwa dalam moderasi beragama, meminta kita untuk memahami agama masing-masing secara sempurna. Namun sebuah keniscayaan bahwa kita sebagai manusia tidak mungkin berada dalam rumpun yang sama dalam menggeluti studi.

Begitupun tidak semua memiliki waktu yang sama dalam meluangkan belajar agama. Sebuah keniscayaan yang wajar yang memang disetting Tuhan demikian. Oleh karenanya para ahli agama bertugas untuk memformulasikan prinsip-prinsip yang menjadi jiwa dalam beragama.

Mungkin tidak sedikit yang memaknai moderasi beragama sebagai kumpulan konsep-konsep yang telah terpatenkan secara formal oleh negara. Melalui program prioritas Kementerian Agama, moderasi beragama tumbuh menjadi grand theory yang mungkin tidak semua masyarakat mudah mencernanya.

Dalam kesempatan seminar tersebut, Ustadz Farid menyampaikan rumus sederhana bagaimana seseorang mengimplementasikan moderasi beragama.

Dengan mengutip formula 5 Maqasid Syariah milik Asy-Syatibi, ia menjelaskan bahwa jika salah satu dari tujuan beragama ini terlanggar maka seseorang tersebut telah melanggar nilai-nilai moderat. “Jika suatu saat ada ajakan untuk melakukan pelanggaran terhadap salah satu dari 5 ini (agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta) maka tinggalkanlah!”, tuturnya.

Hindari Taklid Buta

Baginya, ini adalah rumus paling sederhana bagi yang tidak berkesempatan untuk mendalami agama karena udzur sebagaimana disclaimer yang ia sudah sebutkan di awal. “Tinggalkan dulu ajakan yang melanggar itu, baru setelah itu cari tahu alasannya”, begitu ia mengulang kalimatnya.

Meskipun demikian, ia tetap menekankan untuk kita tetap mencari argumen mengapa sesuatu tersebut tidak boleh kita lakukan. Hal ini sebagai bagian dari menghindari taklid buta yang diwanti-wanti oleh agama.

Sebuah praktik sederhana dalam beragama juga ia contohkan dalam keseharian yang mudah kita jumpai. Saat berada di tempat ibadah umum yang sempit di sebuah mall misalnya. Jika seseorang sudah menyelesaikan ibadah wajibnya, maka segeralah memberi kesempatan kepada yang lain.

Meski ada ibadah-ibadah “tambahan” yang juga bernilai pahala setelah ibadah wajib, maka prioritas mendahulukan orang lain untuk menjalankan ibadah wajibnya adalah hal yang utama. Inilah yang kita namakan moderat.

Mendengar penjelasan tersebut, membawa sebuah keyakinan yang semakin kuat bahwa beragama itu mudah, asal tidak melanggar 5 prinsip tersebut. Kalian bisa simak kembali diskusi ini pada laman Youtube https://www.youtube.com/watch?v=Y03IDRwpo4Q. Salam Moderasi! []

 

 

Tags: Agama Cinta DamaikeberagamanKementerian AgamaModerasi Beragamatoleransi
Yulinar Aini Rahmah

Yulinar Aini Rahmah

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version