• Login
  • Register
Minggu, 25 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Berprestasi di Kejuaraan, Tanggung Jawab Siapa?

Berbagai tekanan yang anak rasakan ketika belajar dapat menumpuk menjadi stres akademik yang cukup membahayakan

Muhammad Nasruddin Muhammad Nasruddin
03/07/2024
in Keluarga, Rekomendasi
0
Berprestasi di kejuaraan

Berprestasi di kejuaraan

898
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Game Show adu kecerdasan bertajuk Clash of Champions ala Ruangguru cukup menyita perhatian publik. Platform Edutech ini mempertemukan mahasiswa-mahasiswi brilian dari belasan kampus ternama untuk saling berkompetisi. Ambisi untuk menjadi berprestasi di kejuaraan tersebut pun terlihat cukup menarik dan epic. Apalagi netizen Indonesia pun turut dag dig dug dalam menyaksikan Game Show berkelas ini.

Dalam dunia pendidikan, kompetisi adu kecerdasan sedari tingkat dasar hingga perguruan tinggi memang menjadi ajang yang cukup bergengsi. Tidak heran jika banyak orang tua maupun pihak sekolah yang memberikan les tambahan supaya anak didiknya dapat mengikuti kompetisi tersebut.

Apalagi dapat menoreh prestasi pada suatu ajang kejuaraan merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Baik bagi sekolah, orang tua, hingga siswa yang bersangkutan. Di sini nama baik sekolah pun layak masyarakat pertimbangkan ketika hendak menyekolahkan putra-putrinya.

Sementara itu, perolehan prestasi siswa memang sering menjadi tolok ukur dari kualitas sekolah. Tidak heran jika di berbagai brosur atau poster Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) banyak siswa berprestasi dengan berbagai atribut kejuaraannya menjadi ikon utama dari sekolah tersebut. Meskipun sebenarnya banyak aspek penting lain yang perlu orang tua pertimbangkan selain hal demikian.

Manfaat dan Dampak Mengikuti Perlombaan bagi Anak

Mengikuti sebuah perlombaan atau kompetisi cukup memberikan pengaruh yang besar bagi kepribadian anak. Secara tidak langsung, melalui perlombaan tersebut anak akan belajar lebih giat untuk menggali potensi yang ia miliki. Selain itu, mengutip dari theasianparent.com, anak akan belajar untuk lebih percaya diri dan melatihnya untuk mengontrol emosi.

Baca Juga:

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Vasektomi Sebagai Solusi Kemiskinan, Benarkah Demikian?

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

Akan tetapi, ambisi menjadi berprestasi di kejuaraan yang kurang sehat juga berdampak buruk bagi perkembangan si anak. Apalagi jika ambisi tersebut bukan berasal dari anak itu sendiri. Selain tertekan karena ekspektasi yang terlalu besar dari luar dirinya, hal yang lebih mengkhawatirkan anak akan mengalami depresi ketika hasil perlombaan tidak sejalan dengan harapan yang orang lain sematkan kepadanya. 

Apalagi jika orang tua atau pihak sekolah menunjukkan rasa kecewa yang mendalam dan tidak memberikan apresiasi kepada anak tersebut. Alih-alih menjadikan kekalahan sebagai pelajaran, perkembangan mental dan psikologis anak bisa saja terganggu. Belum lagi jika inner child-nya terluka sehingga dapat berdampak ketika si anak telah dewasa.

Oleh karena itu sebelum mengikuti perlombaan, perlu adanya pemahaman bahwa lomba bukan soal menang atau kalah. Dari sini anak akan belajar bahwa tujuan lomba adalah untuk memperluas pengalaman, relasi, hingga meningkatkan kepercayaan diri. Sedangkan menang adalah bonusnya. Meskipun, juga banyak faktor X yang turut mempengaruhi hal tersebut, baik dari dukungan guru, orang tua, hingga kemauan kuat sang anak. 

Niat Berpartisipasi atau Sekadar Ikut-ikutan?

Akan tetapi yang cukup saya sayangkan beberapa sekolah justru tidak siap untuk menjemput kemenangan tersebut. Saya meyakini bahwa kita akan meraih hasil yang memuaskan jika mempersiapkannya dengan baik, terstruktur, dan berkesinambungan.

Masalahnya begini, adik saya yang masih usia sekolah dasar diikutkan oleh gurunya untuk mengikuti perlombaan sekelas Kompetisi Sains Madrasah.

Bukan kok meragukan, hanya saja adik saya menerima pemberitahuan tersebut dalam rentang jarak hanya sepuluh hari sebelum kegiatan terlaksana. Itupun dia hanya mendapat bimbingan sekali tanpa ada kisi-kisi materi. Pun adik saya juga baru menerima contoh soal lima hari setelah pemberitahuan tersebut. Selebihnya belajar mandiri dengan rumitnya logika soal-soal olimpiade yang bikin pikiran panas.

Saya jadi teringat ketika semasa SMA juga mendapati kasus yang sama. Bahkan pemberitahuannya malah tiga hari sebelum kegiatan terlaksana.

Hasilnya? jangan berharap banyak kalau perencanaannya saja belum matang. Sialnya dulu saya juga menerima tawaran tersebut. Memang pada masa itu saya sudah paham bahwa kegiatan semacam ini bukan soal menang atau kalah, tapi lebih ke mencari pengalaman. Tapi sekolah mana yang nggak mau siswanya  berprestasi di kejuaraan, kan?

Pertanyaannya, sebenarnya pihak sekolah memang benar-benar mau berpartisipasi atau sekadar ikut-ikutan saja? Lha wong itu event tahunan yang bisa dipersiapkan jauh-jauh hari jika memang menginginkan hasil yang terbaik.

Memang benar, banyak hal yang tidak mudah jika bicara soal sekolah, pendidikan, maupun tanggung jawab pengajar. Mulai dari kewajiban Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), rumitnya administrasi, hingga sulitnya mencapai kesejahteraan finansial para tenaga kependidikan. 

Tetapi jika memang perolehan prestasi siswa masih menjadi ikon utama pada brosur PPDB, sepertinya pihak sekolah tidak boleh mengabaikan hal seperti ini. Apalagi jika perlombaan yang menjadi target adalah bidang akademis yang menuntut anak untuk belajar lebih. Jika tidak dipersiapkan sedari awal dengan persiapan yang matang, akan sulit untuk meraih hasil yang memuaskan. Selain itu pendidik juga perlu memperhatikan tingkat kesejahteraan psikologis anak.

Bahaya Stres Akademik 

Masih banyak yang belum memperhatikan tentang kondisi kesejahteraan psikologis anak. Padahal anak-anak pun juga rentan terkena stres. Terutama bagi anak usia 10 hingga 12 tahun.

Mengutip dari artikel “Gambaran Tingkat Stres Pada Anak Sekolah Dasar,” Fitriani Agustina,dkk mengatakan bahwa pada usia tersebut anak mengalami fase prapubertas. Pada kondisi ini terjadi perubahan biofisik pada anak dan terjadi peralihan menuju pemikiran abstrak.

Berbagai tekanan yang anak rasakan ketika belajar dapat menumpuk menjadi stres akademik yang cukup membahayakan. Tekanan ini dapat berasal dari sikap belajar yang berlebihan. Apalagi jika orang tua cenderung memforsir anak untuk terus belajar sehingga mengorbankan waktu bermainnya. Alih-alih menjadi motivasi untuk meningkatkan prestasi justru dapat menjadi beban psikologis bagi anak itu sendiri.

Menjadi berprestasi di kejuaraan memang layak menjadi impian yang patut diperjuangkan. Akan tetapi jangan sampai menambah beban akademik tanpa memperhatikan kondisi psikologis dari sang anak.

Adanya persiapan dan perencanaan yang matang, dukungan orang tua, serta kemauan yang kuat dari anak menjadi modal utama untuk meraih prestasi. Tentu hal tersebut perlu adanya konsistensi, komunikasi, dan kolaborasi yang berkesinambungan baik antara pihak sekolah, orang tua, dan anak. []

 

Tags: beban akademikHak anakkejuaraanparentingpengasuhanprestasi
Muhammad Nasruddin

Muhammad Nasruddin

Alumni Akademi Mubadalah Muda '23. Dapat disapa melalui akun Instagram @muhnasruddin_

Terkait Posts

Ulama perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

24 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Buku Disabilitas

“Normal” Itu Mitos: Refleksi atas Buku Disabilitas dan Narasi Ketidaksetaraan

22 Mei 2025
Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Laku Tasawuf

    Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Pelecehan Guru terhadap Siswi di Cirebon: Ketika Ruang Belajar Menjadi Ruang Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan
  • Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an
  • Ihdâd: Pengertian dan Dasar Hukum
  • Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!
  • Menjembatani Agama dan Budaya: Refleksi dari Novel Entrok Karya Oky Madasari

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version