Mubadalah.id – Pada 6 Oktober 2023, saya bersama teman-teman kelas mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF untuk pertama kalinya mengikuti KPG (Kelas Penggerak Gus Dur).
Pada awalnya saya tidak tertarik untuk mengikuti kelas tersebut, namun karena dorongan dan perintah dari pengasuh kami, Abi Marzuki Wahid, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti KPG ini.
Di dalam KPG saya diajarkan banyak sekali ilmu dan pengetahuan baru, baik soal pemikiran, gerakan dan teladan dari sosok KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sehingga hal inilah yang membuat saya yang awalnya tidak tertarik, menjadi tertarik. Karena di sini, saya dapat memperdalam pengetahuan soal Gus Dur.
KPG yang digelar oleh Gusdurian Cirebon ini, berlangsung selama tiga hari, 6-8 Oktober 2023. Di hari pertama saya diajarkan para fasilitator, seperti Mbak Marleni Adiya, Mbak Ning, Mbak Eva Zulfah dan Kang Cecep tentang materi “Membangun Tekad: Bina Suasana dan Mengenal Diri: Leadership.”
Lanjut di hari kedua, inilah yang membuat saya tertarik untuk merefleksikannya. Di hari kedua ini saya diajarkan untuk “Mengenal Gus Dur: Biografi Intelektual dan Inspirasi Gus Dur: 9 Nilai Utama Gus Dur.”
Dalam materi inspirasi Gus Dur: 9 nilai utama Gus Dur, membuat saya lebih kagum kepada sosok Gus Dur. Karena meskipun Gus Dur telah meninggalkan kita 14 tahun yang lalu. Namun 9 nilai utama Gus Dur ini masih terus hidup dan abadi di semua para murid-murid, pencinta, sahabat dan seluruh jaringan Gusdurian.
9 Nilai Utama Gus Dur
Adapun 9 nilai utama Gus Dur yang saya kutip di website gusdur.net sebagai berikut:
Pertama, Ketauhidan. Ketauhidan bersumber dari keimanan kepada Allah sebagai yang Maha Ada, satu satunya Dzat hakiki yang Maha Cinta Kasih, yang disebut dengan berbagai nama. Nilai ini didapatkan lebih dari sekedar diucapkan dan dihafalkan, tetapi juga disaksikan dan disingkapkan.
Ketauhidan menghunjamkan kesadaran terdalam bahwa Dia adalah sumber dari segala sumber dan rahmat kehidupan di jagad raya. Pandangan ketauhidan menjadi poros nilai-nilai ideal yang diperjuangkan Gus Dur melampaui kelembagaan dan birokrasi agama.
Ketauhidan yang bersifat ilahi itu diwujudkan dalam perilaku dan perjuangan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan dalam menegakkan nilai nilai kemanusiaan.
Kedua, Kemanusiaan. Kemanusiaan bersumber dari pandangan ketauhidan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan paling mulia yang dipercaya untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Kemanusiaan merupakan cerminan sifat-sifat ketuhanan. Kemuliaan yang ada dalam diri manusia mengharuskan sikap untuk saling menghargai dan menghormati.
Memuliakan manusia berarti memuliakan Penciptanya, demikian juga merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan Sang Pencipta. Dengan pandangan inilah, Gus Dur membela kemanusiaan tanpa syarat.
Keadilan
Ketiga, Keadilan. Keadilan bersumber dari pandangan bahwa martabat kemanusiaan hanya bisa kita penuhi dengan adanya keseimbangan, kelayakan, dan kepantasan dalam kehidupan masyarakat. Keadilan tidak sendirinya hadir di dalam realitas kemanusiaan dan karenanya harus kita perjuangkan.
Perlindungan dan pembelaan pada kelompok masyarakat yang negara perlakukan tidak adil, merupakan tanggungjawab moral kemanusiaan. Sepanjang hidupnya, Gus Dur rela dan mengambil tanggungjawab itu, ia berpikir dan berjuang untuk menciptakan keadilan di tengah-tengah masyarakat.
Keempat, Kesetaraan. Kesetaraan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama di hadapan Tuhan. Kesetaraan meniscayakan adanya perlakuan yang adil, hubungan yang sederajat, ketiadaan diskriminasi dan subordinasi, serta marjinalisasi dalam masyarakat.
Nilai kesetaraan ini, sepanjang kehidupan Gus Dur, tampak jelas ketika melakukan pembelaan dan pemihakan terhadap kaum tertindas dan dilemahkan, termasuk di dalamnya adalah kelompok minoritas dan kaum marjinal.
Kelima, Pembebasan. Pembebasan bersumber dari pandangan bahwa setiap manusia memiliki tanggungjawab untuk menegakkan kesetaraan dan keadilan, untuk melepaskan diri dari berbagai bentuk belenggu.
Semangat pembebasan hanya jiwa yang merdeka miliki, bebas dari rasa takut, dan otentik. Dengan nilai pembebasan ini, Gus Dur selalu mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya jiwa-jiwa merdeka yang mampu membebaskan dirinya dan manusia lain.
Keenam, Kesederhanaan. Kesederhanaan bersumber dari jalan pikiran substansial, sikap dan perilaku hidup yang wajar dan patut. Nilai ini menjadi konsep kehidupan yang kita hayati dan lakoni sehingga menjadi jati diri. Kesederhanaan menjadi budaya perlawanan atas sikap berlebihan, materialistis, dan koruptif. Kesederhanaan Gus Dur dalam segala aspek kehidupannya menjadi pembelajaran dan keteladanan.
Persaudaraan
Ketujuh, Persaudaraan. Persaudaraan bersumber dari prinsip-prinsip penghargaan atas kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, dan semangat menggerakkan kebaikan. Persaudaraan menjadi dasar untuk memajukan peradaban. Sepanjang hidupnya, Gus Dur memberi teladan dan menekankan pentingnya menjunjung tinggi persaudaraan dalam masyarakat, bahkan terhadap yang berbeda keyakinan dan pemikiran.
Kedelapan, Kesatriaan. Kesatriaan bersumber dari keberanian untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai yang diyakini dalam mencapai keutuhan tujuan yang ingin diraih.
Proses perjuangan dapat kita lakukan dengan mencerminkan integritas pribadi: penuh rasa tanggung jawab atas proses yang harus kita jalani dan konsekuensi yang kita hadapi, komitmen yang tinggi serta istiqomah.
Keksatriaan yang Gus Dur miliki mengedepankan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani proses, seberat apapun. Serta dalam menyikapi hasil yang ia capai.
Kesembilan, Kearifan Tradisi. Kearifan tradisi bersumber dari nilai-nilai sosial-budaya yang berpijak pada tradisi dan praktik terbaik kehidupan masyarakat setempat. Kearifan tradisi Indonesia di antaranya berwujud pada dasar negara Pancasila, Konstitusi UUD 1945, prinsip Bhineka Tunggal Ika, serta seluruh tata nilai kebudayaan Nusantara yang beradab.
Gus Dur menggerakkan kearifan tradisi dan menjadikannya sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial-budaya-politik dalam membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban.
9 nilai Gus Dur ini menjadi kunci utama bagi kita semua, agar kita tidak selalu merendahkan, mendiskriminasi, bahkan sampai merusak dan menghilangkan tradisi yang ada di lingkungan kita. Oleh sebab itu, 9 nilai ini harus menjadi fondasi bagi kita semua, untuk selalu melanjutkan teladan yang telah Gus Dur ajarkan. []