• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Idul Fitri Bukan Hari Kemenangan

Begitu pun Idul Fitri bukanlah hari kemenangan sesungguhnya, melainkan setelahnya, yakni di 11 bulan ke depan hingga Ramadan berikutnya. Apakah kita benar-benar menang dalam mengendalikan diri

Nur Rofiah Nur Rofiah
31/03/2025
in Publik
0
Idul Fitri

Idul Fitri

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menulis status ini dengan penuh rasa syahdu. Suara takbir hari Raya Idul Fitri terus mengumandang. Dilantunkan dengan suara-suara qari‘ kelas internasional. Rasanya gemuruh dan luruh bersimpuh di hadapan Sang Maha Besar. Allahu Akbar wa Lillahil Hamd!

Idul Fitri bagaikan momen wisuda bagi siapa pun yang menggembleng diri lahir batin selama bulan Ramadan. Sepanjang siang kita dilatih untuk kalem di hadapan hal yang jelas-jelas halalan (boleh), thayyiban (baik), bahkan ma’rufan (pantas), baik berupa makanan, minuman, maupun hubungan seksual dengan suami/istri.

Sepanjang malam hari, kita berlatih untuk tetap kalem di hadapan semua kenikmatan tersebut saat diperbolehkan kembali. Kalau mampu kalem saat dilarang—yaiyalah lagi dilarang—tapi tetap kalem padahal sudah dibolehkan kembali, nah ini baru top!

Kita diajak learning by doing bahwa kebutuhan fisik kita sesungguhnya tak seberapa. Lapar dan haus objektif, begitu pun kenikmatan seksual objektif, sesungguhnya sangat mudah diatasi. Tubuh tidak membedakan makanan dan minuman kelas kaki lima ataukah hotel bintang lima. Semuanya bisa membuat kenyang. Bahkan selapar-laparnya dan sehaus-hausnya, mungkin dua piring makanan dan dua atau tiga gelas minuman sudah membuat kita kekenyangan dan kembung.

Namun, lapar dan haus, juga hasrat seksual subjektif sungguh tidak ada batasnya. “Rasa lapar dan haus” terhadap kenikmatan duniawi ini justru semakin dipenuhi, akan semakin menjadi-jadi. Ibaratnya sudah “makan” jembatan layang, kita makin lapar untuk “makan” jalan tol! Sudah “minum” Pertalite, kita makin haus untuk minum Pertamax. Demikian pula kenikmatan seksual. Tak akan ada habisnya!

Puasa Fisik

Puasa fisik hanya menahan lapar, haus, dan hubungan seksual di siang hari. Malamnya mungkin justru “dendam” dengan makan dan minum, juga hubungan seksual pasutri. Mungkin bahkan tidak secara thayyib apalagi ma’ruf.

Baca Juga:

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial

Hari Kemenangan dan 11 Bulan Kemudian

Ketika Teks Bukan Segalanya: Kritik Nasr Hamid Abu Zayd terhadap Tafsir Konservatif

Puasa mental adalah kalem di hadapan hal halal dan sudah menjadi hak kita, baik saat dilarang di siang hari maupun saat dibolehkan kembali di malam hari. Puasa mental tidak bisa sehari dua hari, tapi minimal digembleng berturut-turut selama sebulan! Termasuk kalem saat mendapat rukhshah sehingga tidak puasa.

Wisuda sesungguhnya hanya untuk mereka yang lulus mengikuti prosedur kuliah dari awal hingga akhir. Namun, pembuktian kelulusan sesungguhnya justru setelah wisuda, yakni apakah ilmu dan pengalaman yang kita dapatkan selama kuliah bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat luas.

Begitu pun Idul Fitri bukanlah hari kemenangan sesungguhnya, melainkan setelahnya, yakni di 11 bulan ke depan hingga Ramadan berikutnya. Apakah kita benar-benar menang dalam mengendalikan diri sehingga mampu kalem, baik di hadapan kenikmatan duniawi yang halal dan jadi milik kita, maupun di hadapan yang makruh dan syubhat, apalagi di hadapan yang jelas-jelas haram dan bukan hak kita!

Hanya dengan menjaga jarak aman dari setiap kenikmatan duniawi, kita mampu mencapai takwa yang menjadi tujuan puasa (la’allakum tattaqun), yakni hanya tunduk mutlak pada Allah untuk menjalankan perintah mewujudkan kemaslahatan bersama di bumi. Dan hanya dengan menjaga jarak aman ini pula, kita akan mampu adil sebagai syarat mutlak takwa (i’diluu huwa aqrabu littaqwa).

Mewujudkan Kemaslahatan

Komitmen tauhid pada Allah dibuktikan dengan mewujudkan kemaslahatan bersama dengan sesama ciptaan-Nya. Iman pada Allah sebagai satu-satunya Tuhan dibuktikan dengan perilaku baik (amal saleh) pada sesama makhluk-Nya. Puasa diterima Allah dibuktikan dengan perilaku adil pada sesama hamba-Nya, wabil khusus pada dhuafa dan mustadl’afin.

Inilah kemenangan hakiki dari proses puasa Ramadan. Menang untuk memilih menjadi makhluk ruhani (berakal budi) daripada sekadar fisik. Menang untuk memilih taat mutlak hanya pada Allah dengan taat pada nilai kebaikan bersama daripada taat pada figur atau kepentingan diri dan kelompok. Bahkan menang dari setiap kehendak untuk zalim dan memilih jalan keadilan meski terjal!

Selamat Idul Fitri 1446 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Selamat memasuki pertarungan sesungguhnya di 11 bulan ke depan. Semoga puasa Ramadan melihaikan kita untuk menjaga jarak aman dari aneka kenikmatan ragawi demi Rida Ilahi. Aamiin ya rabbal ‘alamin. []

Tags: bukanHari Kemenanganidul fitri
Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehamilan Tak Diinginkan

    Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version