Memaknai Ulang Hadits Perempuan Kurang Akal

Dalam realitanya, harus diakui bahwa perempuan sangat mudah menjadi “kurang akal”. Itu karena peluang untuk memaksimalkan potensi dan kemampuan akal bagi perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki.

Hadits Perempuan Kurang Akal

Hadits Perempuan Kurang Akal

Mubadalah.id – Jika kita merujuk konteks hadits tentang perempuan “kurang akal”, maka hadits tersebut bukanlah norma yang sifatnya absolut dan melekat pada setiap perempuan kapan pun dan di mana pun. Melainkan sebuah warning dari Nabi yang didasarkan atas realitas sosial perempuan yang ada.

Dalam realitanya, harus diakui bahwa perempuan sangat mudah menjadi “kurang akal”. Itu karena peluang untuk memaksimalkan potensi dan kemampuan akal bagi perempuan lebih kecil dibandingkan laki-laki.

Di samping itu konstruksi sosial juga menggiring perempuan untuk lebih berkonsentrasi dalam urusan rumah tangga. Kalau sudah begitu, ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk berkiprah di dunia yang lebih banyak menuntut “akal”. Sehingga potensi akalnya tidak teraktualisasikan.

Akibatnya, keunggulan akal tampak lebih mendominasi oleh laki-laki. Padahal sesungguhnya jika ada kesempatan yang sama dan perlakuan yang sama potensi akal perempuan tidak kalah dengan laki-laki. Buktinya banyak juara kelas oleh murid perempuan.

Sejarah juga menunjukan banyak perempuan yang akalnya cemerlang. Istri Nabi, Aisyah dan Ummu Salamah r.a merupakan perempuan cerdas dengan keunggulan akalnya.

Di samping kedua nama itu masih banyak sahabiyat yang memiliki kecakapan akal yang tidak kita ragukan. Mereka meriwayatkan hadits, menghafal Al-Qur’an, dan sebagainya.

Bahkan dalam periwayatan hadits, Az-Zahabi dalam Mizan Al-I’tidal mengakui bahwa dari 400 perawi yang tertuduh dusta, tidak ada satu perempuan pun yang termasuk di dalamnya. Pengakuan ini sekaligus menjadi bukti kemampuan akal perempuan yang tidak kalah dengan laki-laki.

Akal Perempuan Sama dengan Laki-laki

Karena secara kodrati akal perempuan tidak dibedakan dengan laki-laki, maka dalam kesaksian, kualitas kesaksian perempuan tidak boleh selalu dipandang lebih rendah dibanding laki-laki. Jika perempuan memiliki kualifikasi “akal” yang tidak diragukan, kesaksiannya tidak boleh diabaikan.

Oleh karena itu sangat wajar jika Ibnu Al-Qayyim menyatakan bahwa kesaksian perempuan seperti Ummu Darda’ dan Ummu Athiyah, lebih kuat daripada kesaksian seorang laki-laki.

Melihat realitas yang demikian, “kurang akal” dalam matan hadits di atas tidak bisa kita pahami bahwa dari sono-nya perempuan itu untuk selalu lebih bodoh, tidak kuat ingatan, kurang akurat dalam kesaksiannya, dan sebagainya.

“Kurang akal” lebih merupakan dampak yang tidak terhindarkan oleh sebagian besar perempuan karena mereka harus mengikuti sistem sosial dan budaya yang membatasi mereka untuk memaksimalkan potensi akalnya. []

 

Exit mobile version