• Login
  • Register
Minggu, 18 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Menjadi Perempuan Berdaya, Mencegah Feminisasi Kemiskinan

Perempuan sering kali kita kaitkan dengan kemiskinan karena perempuan menjadi indikator kesejahteraan yang lebih rendah.

Ega Ardiansyah Ega Ardiansyah
19/10/2024
in Publik
0
Feminisasi Kemiskinan

Feminisasi Kemiskinan

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Tahun 2023, Kementerian PPPA menyebut, sebanyak 9,68 persen perempuan Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Angka itu lebih tinggi persentasenya daripada laki-laki yang sebanyak 9,40 persen.

Menurut Rhenald Kasali dalam podcast terbarunya dengan Ahmad Syaikhu, Presiden PKS, hal itu terjadi karena ada banyak perempuan yang suaminya tinggalkan, menjadi janda. Hingga akhirnya menjadi kepala keluarga yang mesti memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

Fenomena kemiskinan yang menimpa perempuan ini disebut feminisasi perempuan. Kementerian PPPA menjabarkan, perempuan sering kali kita kaitkan dengan kemiskinan karena perempuan menjadi indikator kesejahteraan yang lebih rendah.

Di samping itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, rata-rata upah selama sebulan yang perempuan terima hanya sekitar Rp 2.593.709, atau sekitar 78 persen dari rata-rata upah yang diterima laki-laki. Adapun kalau ditanya alasan mengapa fenomena feminisasi kemiskinan itu bisa terjadi, jawabannya ada beberapa.

Pertama, kualitas pendidikan rata-rata kaum perempuan yang masih rendah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Laki-laki maupun perempuan. Pendidikan saat ini juga menjadi sesuatu yang sangat diperhitungkan oleh dunia kerja. Sehingga, orang-orang yang pekerjaannya layak (terkecuali yang memiliki jiwa entrepreneurship) biasanya adalah mereka yang memiliki rekam jejak pendidikan yang memadai atau sesuai kriteria dunia kerja.

Baca Juga:

Upah yang Layak, Hak Buruh yang Tidak Bisa Ditawar

Menanggapi Konten Misleading Terkait Budaya Patriarki dan Perempuan Independen

Derita Korban PHK dan Makna Puasa Bagi Rakyat Jelata

Mengapa Keadilan Sosial di Indonesia Masih Jauh dari Harapan?

Pendidikan Perempuan

Dalam konteks pemikiran, pendidikan juga terkadang memengaruhi pola pikir. Sehingga, perempuan atau laki-laki yang memiliki rekam jejak pendidikan yang memadai biasanya akan memiliki pola pikir yang lebih terbuka. Baik dalam urusan pekerjaan, rumah tangga, dan lainnya. Karena itu, perempuan yang terkena problem feminisasi kemiskinan barangkali memang memiliki rekam jejak pendidikan yang kurang begitu baik.

Kedua, budaya patriarki yang kuat di lingkungan masyarakat. Budaya patriarki merupakan budaya yang intinya tidak adil terhadap perempuan.

Perempuan di lingkungan yang menganut atau masyarakat masih mengagungkan budaya itu cenderung kita pandang sebelah mata, manusia kelas dua dan dicap memiliki kodrat sebagai orang yang tugasnya mengurus sumur, dapur dan kasur. Sehingga, budaya itu sering kali membuat perempuan yang berumah tangga memiliki beban ganda dan ketergantungan dalam urusan ekonomi terhadap suaminya.

Ketiga, mindset sebagian perempuan yang terpengaruh budaya patriarki. Ini adalah alasan terakhir. Kita akui atau tidak, perempuan yang terkena pengaruh budaya patriarki terkadang mengikuti budaya itu sehingga membuatnya menjadi perempuan yang barangkali kurang mandiri. Selain itu memiliki pikiran yang kurang begitu terbuka. Dan ketika ada problem rumah tangga yang mengharuskannya berpisah dengan suami, dirinya hanya bisa pasrah dan kemudian hidup di bawah garis kemiskinan.

Menyoal Feminisasi Kemiskinan

Fenomena feminisasi kemiskinan yang perempuan alami tentu menjadi sesuatu yang mesti menjadi perhatian bersama. Dari sisi pemerintah, perhatian itu harus terwujud dalam perannya mengatasi masalah kemiskinan yang perempuan alami.

Pemerintah harus hadir dengan program bantuan dan pemberdayaan perempuan (di bidang pendidikan dan ekonomi) di berbagai tingkatan pemerintahan. Dari nasional, daerah sampai desa. Sementara itu, dari sisi masyarakat, berusaha untuk mengubah paradigma terhadap perempuan juga sangat penting.

Dalam agama, sejatinya Tuhan tidak membedakan perempuan dan laki-laki kecuali dalam urusan takwa. Dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman yang artinya:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.”

Karenanya, paradigma negatif dan yang kesannya membatasi perempuan harus mulai kita minimalisir. Terakhir, dari sisi perempuan itu sendiri, berusaha memiliki mindset yang maju juga kita perlukan. Perempuan di Indonesia, lebih-lebih di desa, yang memang menjadi tempat di mana budaya patriarki terkadang masih tinggi, harus memiliki tekad menjadi perempuan berdaya dalam berbagai hal.

Mulai dari pendidikan, sampai kemudian ekonomi. Berdaya di sini bertujuan supaya ketika perempuan berhadapan dengan posisi seperti suaminya pergi, wafat atau bercerai atau serupanya, perempuan tidak menjadi korban. Hingga akhirnya mengalami masalah sosial seperti kemiskinan. []

 

Tags: Budaya PatriarkiDunia KerjaekonomiFeminisasi KemiskinanPerempuan BerdayaUpah Buruh
Ega Ardiansyah

Ega Ardiansyah

Ega Adriansyah, pemuda dan penulis asal Desa Kubangdeleg. Kini sedang menimba ilmu di jurusan Ekonomi Syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehamilan Tak Diinginkan

    Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil
  • Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version