Senandung Puisi Rindu Untuk Sang Nabi

Raja Penyair Arab kelahiran Mesir Ahmad Syauqy dalam puisinya yang memesona menuliskan senandung rindu untuk Sang Nabi

Biografi Jamal Al-Banna dan Gagasan Fiqh Baru

Biografi Jamal Al-Banna dan Gagasan Fiqh Baru

Malam ini Dunia Berpendar Cahaya

Mubadalah.id – Raja Penyair Arab kelahiran Mesir Ahmad Syauqy dalam puisinya yang memesona menuliskan:

وُلِد الْهُدَى فَالْكَائِنَاتُ ضِيَآءُ

وَفَمُ الزَّمَانِ تَبَسُّمٌ وَسَنآءُ

الرُّوحُ وَالْمَلَأُ الْمَلَائِكَ حَوْلَهُ

لِلدِّينِ وَالدُّنْيَا بِهِ بُشْرَاءُ

وَالْعَرْشُ يَزْهُو وَالْحَظِيرةُ تَزْدَهِي

وَالْمُنْتَهَى وَالسّدْرَةُ الْعَصْمآءُ

Telah lahir Sang Pembawa Cahaya

Semesta Raya pun berbinar-binar

Zaman tak henti-hentinya menebar senyum

Dan menyenandungkan puja-puji dan kekaguman kepadanya

Jibril dan para Malaikat mengelilinginya

Dunia hari ini dan masa depan kemanusiaan bersuka-cita

Singgasana Kerajaan Tuhan (‘Arasy) berdiri begitu megah

Puncak alam semesta (Sidrah Al-Muntaha)

Memancarkan cahaya bening memancar

 

بنور رسول الله اشرقت الدنيا

ففی نوره كل يجيء ويذهب

بدا مجده من قبل نشاة ادم

واسماؤه فی العرش من قبل تكتب

Berkat cahaya Nabi

Dunia menjadi terang benderang

Di bawah sinar itu

Semua datang dan pergi

Keagungan Muhammad telah tampak

Sebelum Adam

Nama-namanya tertulis di singgasana Tuhan

Sebelum ditulis dalam kitab-kitab suci

Makkah tempat Muhammad lahir

Memancarkan cahaya

ke seluruh bumi manusia

Dan dunia berpendar cahaya

Andai dia tak lahir

Bumi terbungkus dalam gelap pekat

 

Madah Burdah Nabi Kidung Rindu Al-Musthafa

Karya Al Bushiri

Aduhai, apakah karena kau rindu

pada tetangga di kampung Dzi Salam

Hingga air bening menetes satu-satu

Dari sudut indah matamu

Bercampur darah

Ataukah karena semilir angin

yang berhembus

dari Kazhimah

Dan kilatan cahaya

dalam pekat malam

Apakah kekasih mengira

Api cinta yang membara di dada

Dapat dipadamkan air mata?

Andai bukan karena cinta

Puing-puing tak mungkin basah air mata

Andai bukan karena cinta

Matamu tak mungkin terjaga sepanjang malam

Membayangkan keindahan gunung gemunung

Dan semerbak pohon kesturi

Dan tinggi semampai pohon pinus

Mana mungkin kau ingkari cintamu

Padahal ada saksi menyertaimu

Ketika air matamu berderai-derai

Dan kau jatuh sakit begitu memelas

Dukamu menggoreskan

Tetes air mata dan luka

Bagai mawar kuning dan merah

Pada dua pipi ranummu

Ya, aku melihat kekasihku

Mondar-mandir ketika malam muram

Hingga mataku selalu terjaga

Cinta telah mengganti riang jadi nestapa. []

 

Exit mobile version