Mubadalah.id – Landasan tauhid dalam konsep KMaN terhubung erat dengan kerahmatan Islam atas semesta (rahmatan Ii al-‘alamin) dan penyempurnaan akhlak manusia (tatmimu makarim al-akhlak).
Tauhid adalah menegaskan Laa ilaaha illallah (tidak ada tuhan selain Allah) sebagaimana ditegaskan pula dalam QS. al-Ikhlas ayat 1-4 :
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ (1) اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ (4)
Katakan Dia adalah Allah yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan serta tidak satu pun menyetarai-Nya! (QS. al-Ikhlas ayat 1-4)
Keesaan atau satunya Allah sebagai Tuhan bukanlah persoalan matematis, yakni bukan dua atau tiga dan seterusnya. Melainkan sebuah komitmen untuk benar-benar hanya menuhankan Allah semata, tidak menuhankan selain Allah dan tidak pula menuhankan Allah sambil menuhankan apapun dan siapapun selain-Nya.
Keesaan Allah berarti manusia memberikan ketundukan mutlak hanya pada Allah sehingga meletakkan ketundukan pada apapun dan siapapun selain-Nya di bawah ketundukan pada Allah.
Tauhid menegaskan pula bahwa setiap manusia punya status melekat sebagai hanya hamba Allah, sebagaimana dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali banya untuk menyembah-Ku. ( QS. Adz-Dzariyat ayat 56)
Menghamba Kepada Allah
Ayat di atas menegaskan bahwa tujuan diciptakannya manusia hanyalah untuk menghamba pada Allah. Hal ini berarti bahwa Allah harus menjadi pusat kesadaran manusia termasuk dalam keluarga. Sehingga selalu menjadi alasan sekaligus tujuan setiap tindakan.
Status melekat manusia sebagai hanya hamba Allah juga tercatat dalam QS. al-Araf ayat 172:
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini. (QS. al-Araf ayat 172) []