Kata “Sakinah”. Secara literal ia berarti tenang, tenteram, nyaman atau “anteng” dan “ayem” dalam bahasa jawa.
Mubadalah.id – Syawal agaknya boleh disebut sebagai bulan musim nikah/kawin. Begitu usai Idul Fitri, acara akad nikah diselenggarakan di banyak tempat dan setiap hari.
Di medsos kita membaca undangan acara itu. Lalu bertebaranlah ucapan selamat atas peristiwa yang sakral itu.
Kiyai Said Aqil menyebutnya: ibadah universal. Karena semua agama mensakralkan peristiwa tersebut. Ucapan selamat dan berkah itu kemudian ia sertai dengan kata-kata doa; semoga “Sakinah“, “Mawaddah” wa “Rahmah“. Atau disingkat “Samara“.
Tiga kata ini tertulis dari ayat suci al-Qur’an yang oleh banyak penafsir sebagai tujuan nikah. Yaitu:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Allah Swt yang menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.(QS. al-Rum ayat 21).
Aku ingin menerjemahkan kata: “Wa Ja’ala Bainakum Mawaddah wa Rahmah” : dan Dia menjadikan kalian untuk saling mencintai dan menyayangi”.
Makna Sakinah
Lalu apakah arti kata-kata itu?.
Pertama, kata “Sakinah“. Secara literal ia berarti tenang, tenteram, nyaman atau “anteng” dan “ayem” dalam bahasa jawa. Atau dalam bahasa lain “merasa damai di hati dan pikiran”.
Ia adalah suasana hati yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan sesudah mengalami kegalauan, resah, gelisah dan gejolak yang meronta-ronta. Ini adalah akibat dari hasrat-hasrat yang menuntut untuk terpenuhi atau tersalurkan itu terjadi.
Hasrat-hasrat itu adalah kerinduan-kerinduan tubuh dan jiwa kepada yang ia inginkan dan rindukan. Puncak kerinduan itu adalah “ittihad“, penyatuan tubuh dan ruh.
Kemudian, rasa damai, indah, bahagia dan penuh kenikmatan itu harus suami istri rasakan. Tak boleh hanya oleh laki-laki, suaminya, tetapi juga oleh perempuan, istrinya. Karena hasrat-hasrat itu ada di dalam keduanya, dan perlu ia salurkan. Ayat al-Qur’an menyebutkan :
هُنَّ لِبَاس لَّكُم وَأَنتُم لِبَاس لَّهُنَّ
Artinya: Mereka (para istri) adalah pakaian bagi kalian (para suami), dan kalian adalah pakaian bagi mereka…(QS. al-Baqarah ayat 187)
Ada sejumlah tafsir atas ayat ini. Sebagian mufassir mengatakan :
هن فراش لكم وأنتم لحاف لهن.
Artinya: “Mereka (istri) adalah kasurmu (suami) dan kamu adalah selimut mereka”.
Kemudian, sebagian lagi mengatakan :
هن سكن لكم وأنتم سكن لهن، أي يسكن بعضكم إلى بعض
Artinya: “mereka (istri) adalah “sakan” , tempat kenyamananmu dan kamu tempat kenyamanan mereka. Yakni kalian, suami-isteri hendaklah saling memberi kenyamanan.
وحاصله أن الرجل والمرأة كل منهما يخالط الآخر ويماسه ويضاجعه ،
Artinya: “Jadi suami dan istri hendaklah saling memberikan kenikmatan dan kepuasan seksual, serta ketenangan dan kebahagiaan jiwa”. []