• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

Kita patut bersyukur bahwa Muharram tahun ini lebih menggeliat dengan keberpihakan kepada teman-teman disabilitas.

M. Khoirul Imamil M M. Khoirul Imamil M
07/07/2025
in Hikmah
1
Amalan Muharram

Amalan Muharram

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Apakah pembaca acap mendengar beragam ceramah seputar keutamaan bulan Muharram akhir-akhir ini? Kiranya banyak, dan itu hal lazim. Bulan Muharram merupakan satu dari empat bulan mulia (arba’ah hurum). Allah sendiri yang menetapkannya, sebagaimana firman-Nya dalam Alquran Surat Taubah ayat 36.

Di dalam Tafsir Jalalain, disebutkan bahwa keempat bulan tersebut yakni Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, serta Rajab. Pada keempat bulan ini, umat Islam sangat dilarang melakukan perilaku kemaksiatan—terutama sekali peperangan.

Sebaliknya, umat Islam justru didorong untuk meningkatkan kuantitas sekaligus kualitas amal kebajikan. Karenanya, ulama’ lantas merinci berbagai amalan Muharram anjuran sebagai pedoman umat.

Ragam amalan Muharram

Sayyid Abu Bakar Syatha dalam karyanya I’anah ath Thalibin bi syarhi Fath al Mu’in menyebut dua belas (12) amalan utama di bulan Muharram.

Kedua belas amalan Muharram tersebut meliputi (1) berpuasa, (2) sholat sunnah, (3) bersilaturahmi, (4) mengunjungi kalangan alim dan arif bestari, (5) menjenguk saudara yang sakit, dan (6) memakai celak.

Baca Juga:

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

Senyum dari Jok Motor : Interaksi Difabel Dengan Dunia Kerja

Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

Amalan selanjutnya yakni (7) memberdayakan anak yatim, (8) bersedekah, (9) mandi sunnah, (10) membahagiakan keluarga, (11) merawat kuku, serta (12) memperbanyak bacaan Surat Ikhlas.

Selain itu, ulama juga menganjurkan agar umat IsIam memperbanyak zikir dengan lafaz istighfar—astaghfirullah al ‘azhim. Mengingat, di bulan Muharram inilah Nabi Adam as beroleh maaf dari Allah ‘azza wa jalla.

Keutamaan amalan

Pada setiap amalan tersebut, tentu terkandung berbagai keutamaan. Misalnya saja, seorang yang berpuasa pada tanggal 10 Muharram—hari ‘Asyura—dosanya selama setahun lalu (as sanah al madhiyyah) akan beroleh ampunan.

Khusus untuk berpuasa di tanggal sepuluh ini, Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan untuk berpuasa pada tanggal sembilan (hari tasu’a). Puasa ini bertujuan untuk membedakan ibadah umat Islam dengan umat lain—Yahudi dan Nasrani.

Sementara, keutamaan menyenangkan keluarga di bulan Muharram dapat menjadi perantara kebahagiaan seseorang sepanjang tahun. Begitu halnya dengan bersedekah yang dapat meluaskan rizki.

Membahagiakan dan memberdayakan anak yatim juga punya keistimewaan tersendiri. Seseorang yang dengan sukarela (sekadar) “mengusap” kepala anak yatim berarti telah berbuat baik untuk segenap keturunan Nabi Adam as.

Melampaui revenue individual

Pada prinsipnya, setiap amalan dalam Islam senantiasa membawa keutamaan. Tak terkecuali segala bentuk anjuran di bulan Muharram. Meski begitu, penting untuk memperluas perspektif kita dalam memandang keutamaan tersebut.

Alih-alih mengejar revenue atau imbal balik individual semisal pahala, kita agaknya perlu untuk juga melihat sisi revenue sosial-kolektif yang dapat berefek secara manifes—konkret. Ibadah puasa, misalnya, seyogianya dapat menjadi metode untuk mendidik spiritualitas masyarakat.

Umpamanya saja, masyarakat Jawa menyebut puasa sebagai “pasa”. Kata ini beroleh makna akronimatik “tapa rasa” yang makna bebasnya mungkin “pemenjaraan nafsu”.

Artinya, tak lagi sekadar menahan diri dari aktivitas manusiawi semisal makan, minum, dan berhubungan seks, puasa juga mestinya bisa membentuk kesalehan sosial.

Manusia menjadi gamang untuk meradang, malu berkorupsi, juga menjaga diri dari laku diskriminasi. Di titik ini, puasa sebagai ibadah berhasil mengupayakan budaya baru yang lebih baik.

Melibatkan kawan disabilitas

Memperluas perspektif amalan di bulan Muharram juga mesti bertaut dengan pelibatan disabilitas. Kita secara aktif berupaya untuk membuka peluang bagi kawan disabilitas guna mendapatkan tempat-tempat strategis.

Baru-baru ini, dalam rangka perayaan Muharram, Kementerian Agama (Kemenag RI) menghelat kegiatan Lebaran Yatim dan Disabilitas 2025 di Jakarta Pusat (4/7). Dalam kegiatan tersebut, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo Muhammad Syafi’i menyampaikan sebuah pernyataan gemilang.

“Anak-anak bangsa, apapun kondisinya, adalah harapan masa depan. Mereka bukan objek belas kasihan, melainkan subjek perubahan,” tegas Romo Syafi’i.

Kemenang lekas serius mendukung pemberdayaan kawan disabilitas lewat gelaran Peaceful Muharram 1447. Melalui acara tersebut, kawan disabilitas yang menekuni dunia usaha memperoleh ruang partisipasi untuk menujukkan karya dan usahanya.

Kita patut bersyukur bahwa Muharram tahun ini lebih menggeliat dengan keberpihakan kepada teman-teman disabilitas. Tentu, kita bertanggung jawab untuk mengembangkan dan memastikan nyala semangat itu senantiasa bergolak.

 

 

 

 

Tags: 10 MuharramAmalan MuharramBulan MuliaDisabilitasKeutamaan MuharramMuharrampuasa sunah
M. Khoirul Imamil M

M. Khoirul Imamil M

Pernah nekat menggelandang sepanjang Olomouc-Bratislava-Wina-Trier-Luksemburg.

Terkait Posts

Seksualitas

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

9 Juli 2025
Tubuh Perempuan

Mengebiri Tubuh Perempuan

9 Juli 2025
Pengalaman Biologis Perempuan

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

9 Juli 2025
Perjanjian Pernikahan

Perjanjian Pernikahan

8 Juli 2025
Kemanusiaan sebagai

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

8 Juli 2025
Kodrat Perempuan

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

8 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pelecehan Seksual

    Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID