• Login
  • Register
Sabtu, 31 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kisah Perjalanan Rumah Tangga Nabi Muhammad Saw

Ini adalah model pendidikan yang diterapkan Nabi SAW kepada para istri. Sebuah cara pergaulan yang memanusiakan perempuan.

Redaksi Redaksi
20/05/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Rumah Tangga Nabi Saw

Rumah Tangga Nabi Saw

2.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam kisah sejarah perjalanan rumah tangga Nabi Muhammad Saw banyak sekali pelajaran yang dapat menjadi teladan. Termasuk dalam rumah tangga Nabi Saw, beliau juga sering terjadi perbedaan dan perdebatan istri nabi, tetapi perbedaan ini sama sekali tidak melahirkan kekerasan.

Juga termasuk dalam konflik yang sekeras apapun, Nabi SAW tidak pernah menggunakan media kekerasan untuk mengembalikan pada kebersamaan kehidupan berumah tangga.

Beberapa ayat al-Qur’an (surat al-Ahzab dan surat at-Tahrim) merekam perselisihan yang pernah terjadi dalam kehidupan rumah tangga Nabi SAW., lebih khusus antara Aisyah ra dan Hafsah ra sebagai istri di satu sisi dengan Nabi SAW sebagai suami.

Puncak perselisihan-atau lebih tepatnya perbedaanini, Nabi SAW bersumpah untuk tidak berkumpul bersama mereka selama satu bulan.

Nabi SAW meninggalkan istri dan kemudian tidur di dalam masjid selama dua puluh sembilan hari. Ketika pulang dan memasuki kamar Aisyah ra, Nabi SAW disambut dengan kata-kata: “Sumpah kamu kan satu bulan, ini baru dua puluh sembilan hari sudah pulang”.

Baca Juga:

Belajar Toleransi dari Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus Buktisyu

Fondasi Kehidupan Rumah Tangga

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Hari Buruh dan Luka Pekerja Rumah Tangga: Sampai Kapan RUU PPRT Dibiarkan Menggantung?

Nabi SAW tidak marah, cukup menjawab: “Satu bulan itu bisa dua puluh sembilan hari”. “Oh.. ya..,” jawab Aisyah ra.

Nabi SAW kemudian masuk rumah dan pada akhirnya memberi pilihan kepada mereka, untuk tetap hidup bersama Nabi SAW dengan segala kelebihan dan kekurangan, atau berpisah agar bisa memperoleh apa yang mereka inginkan.

“Wahai Nabi, katakan kepada istri-istrimu, jika kalian menginginkan kehidupan dunia dan kenikmatannya, mari aku berikan kesenangan itu dan kita berpisah dengan baik. Tetapi jika kalian menginginkan Allah, Rasul-Nya, dan hari akhirat. Sungguh Allah telah mempersiapkan pahala yang besar bagi orang-orang yang berbuat baik dari kalian”. (QS. Al-Ahzab: 28-29).

Kisah Perselisihan

Kisah perselisihan dalam keluarga Nabi SAW tersebut terekam dalam beberapa riwayat hadis. Di antaranya yang diriwayatkan Ibn Abbas ra bahwa ia mendatangi Umar bin Khattab ra yang menceritakan:

“Demi Allah, kami pada masa Jahiliyah tidak pernah memperhitungkan perempuan. Kemudian Allah menurunkan beberapa ayat tentang perempuan dan memberikan hak kepada mereka.

Suatu saat kami sedang berpikir untuk melakukan sesuatu, tiba-tiba istriku mengusulkan: “Kerjakan saja yang lain, ini atau itu”. Saya berkata kepadanya: “Apa hakmu berbicara dalam hal ini, tidak usah ikut campur pada urusanku”.

Istriku menjawab: “Aneh kamu ini, wahai anak alKhattab. Kamu tidak rela dibantah istrimu sendiri, padahal anakmu Hafsah istri Nabi SAW sering memberi masukan dan membantah tawaran Nabi SAW, hingga pernah suatu ketika Nabi SAW marah seharian penuh”.

Mendengar berita itu, Umar bergegas menemui Hafsah: “Putriku, benarkah kamu sering membantah tawaran Rasulullah SAW hingga beliau pernah marah seharian?”.

“Kami, para istri, biasa melakukan itu,” kata Hafsah. “Aku peringatkan kamu. Semestinya kamu takut akan siksa Allah SWT dan kemarahan Rasul-Nya. Janganlah karena cemburu terhadap salah satu istri yang lain, lalu membuat kamu berani melakukan hal itu terhadap Rasulullah”.

Kemudian aku -kata Umar rakeluar dari rumah Hafsah ra dan mendatangi rumah Ummu Salamah ra, salah seorang istri lain Nabi SAW, karena hubungan kerabatku dengannya.

Aku ceritakan perihal perilaku buruk anakku Hafsah terhadap Nabi SAW, dan kemarahanku kepaku melakukan pemukulan dan kekerasan. Nabi SAW cukup mulia untuk melakukan itu semua.

Pada puncaknya, Nabi SAW hanya keluar dari rumah meninggalkan mereka dan duduk tinggal di dalam masjid. Bahkan, jika perlu, selama satu bulan penuh meninggalkan mereka.

Ini adalah model pendidikan yang diterapkan Nabi SAW kepada para istri. Sebuah cara pergaulan yang memanusiakan perempuan. []

Tags: kisahNabi Muhammad SAWPerjalanarumah tangga
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Surah Al-Ankabut Ayat 60

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

28 Mei 2025
Etika Sosial Perempuan 'Iddah

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

28 Mei 2025
Kehidupan

Fondasi Kehidupan Rumah Tangga

27 Mei 2025
Sharing Properti

Sharing Properti: Gagasan yang Berikan Pemihakan Kepada Perempuan

27 Mei 2025
Meneladani Noble Silence

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

24 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buku Sayap-Sayap Patah: Kritik Kahlil Gibran terhadap Pernikahan Paksa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Toleransi dari Kisah Khalifah Manshur dan Georgeus Buktisyu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan
  • Joglo Baca SUPI: Oase di Tengah Krisis Literasi
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni
  • Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?
  • Menjemput Rezeki Tanpa Diskriminasi: Cara Islam Memandang Difabel di Dunia Kerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID