• Login
  • Register
Minggu, 27 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Tauhid: Semua Manusia di Hadapan Allah Swt Sama dan Setara

Pemahaman ini selanjutnya membawa konsekuensi lain, yaitu bahwa seseorang yang bertauhid harus memandang semua makhluk Allah Swt setara dan sama di hadapan-Nya.

Redaksi Redaksi
03/01/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Tauhid

Tauhid

909
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam Islam, seseorang yang bertauhid adalah ia yang selalu menjadikan hanya Allah Swt yang paling agung, hanya Allah Swt yang paling besar, hanya Allah Swt yang paling mulia, hanya Allah Swt yang paling tinggi, dan hanya Allah Swt yang paling berkuasa atas segala hal.

Pemahaman ini selanjutnya membawa konsekuensi lain, yaitu bahwa seseorang yang bertauhid harus memandang semua makhluk Allah Swt setara dan sama di hadapan-Nya.

Meskipun mereka berbeda-beda latar belakang sosial, suku, agama, jenis kelamin, kebangsaan, dan sebagainya. Mereka adalah sama-sama ciptaan dan hamba-hamba Allah Swt. Ini berarti bahwa seseorang yang bertauhid tidak boleh merasa atau menganggap hidupnya lebih tinggi dan lebih mulia daripada orang lain.

Keunggulan dan kemuliaan hamba-hamba Allah Swt di hadapan-Nya hanyalah mereka yang mengesakan-Nya dan yang melakukan kerja-kerja yang baik dan berguna untuk diri dan sesamanya.

Orang yang merasa atau mengaku dirinya lebih besar, lebih tinggi, lebih mulia, dan lebih terhormat daripada orang lain pada hakikatnya telah melakukan kesombongan diri, merendahkan ciptaan Allah Swt., dan menyamakan kedudukan dirinya dengan Allah Swt. Ia telah melanggar prinsip keesaan Allah Swt ini.

Baca Juga:

Tubuh, Cinta, dan Kebebasan: Membaca Simone de Beauvoir Bersama Rumi dan al-Hallaj

Mazmur dan Suara Alam: Ketika Bumi Menjadi Mitra dalam Memuji Tuhan

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

Asma’ binti Yazid: Perempuan yang Mempertanyakan Hak-haknya di Hadapan Nabi

Kesombongan diri inilah yang dilakukan oleh setan iblis ketika mengatakan, “Aku lebih baik daripada manusia karena ia diciptakan dari tanah, sedangkan aku diciptakan dari api.” Setan iblis telah merendahkan ciptaan Allah Swt.

Oleh karena itulah, Allah Swt. mengusirnya. Allahu Akbar secara harfiah berarti “Allah adalah eksistensi yang lebih besar dari selain Dia.”

Ucapan yang tampak singkat dan sederhana ini terbukti telah membawa pengaruh yang mahadahsyat dalam sistem kehidupan masyarakat. Itu telah menandai perubahan peradaban secara revolusioner.

Pandangan Seorang Sarjana Lebanon

Seorang Sarjana Lebanon terkemuka mengomentari seruan ini den kalimatnya yang menggetarkan. Ia berkata:

“Betapa sering kita mendengar suara azan dari menara di kota-kota Arabia: Allahu Akbar, Allahu Akbar. Betapa sering kita membaca atau mendengar suara Bilal, seorang keturunan Abyssinia (Ethiopia), mengumandangkan azan untuk kali pertamanya.”

“Sehingga menggema di Jazirah Arab ketika nabi mulai berdakwah dan menghadapi penganiayaan serta hinaan dari orang-orang yang terbelakang dan bodoh.”

“Suara Bilal merupakan sebuah panggilan dan seruan untuk memulai perjuangan mengakhiri sejarah buruk bangsa Arab dan menyongsong matahari yang terbit pada pagi hari yang cerah. Namun, apakah kalian merenungkan apa yang dimaksud dan apa isi dari panggilan itu?”

“Kemudian, apakah setiap mendengarkan panggilan suci itu kalian paham bahwa Allahu Akbar bermakna.”

“Berilah sanksi kepada para lintah darat yang tamak itu! Tariklah pajak dari mereka yang menumpuk-numpuk kekayaan! Sitalah kekayaan para tukang monopoli yang mendapatkan kekayaan dengan cara mencuri!”

“Sediakanlah makanan untuk rakyat yang kelaparan! Bukalah pintu pendidikan selebar-lebarnya dan majukan kaum perempuan! Hancurkan mereka yang membodohi, menipu, dan memecah-belah umat!”

“Kemudian, carilah ilmu pengetahuan ke mana pun dan di mana pun! Berikan rakyat kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan pikiran! Bentuklah majelis permusyawaratan rakyat yang mandiri, dan biarkan demokrasi yang sebenar-benarnya bersinar!”

Prinsip Kemanusiaan Universal

Kalimat tauhid dan takbir sederhana yang diucapkan oleh Bilal Ra itu, yang diucapkan setiap Muslim ketika memulai shalat dan yang dikumandangkan kaum Muslim di seluruh dunia pada hari ini secara bergemuruh. Ternyata merupakan manifesto yang mengandung prinsip-prinsip kemanusiaan universal Islam.

Takbir merupakan pernyataan yang sangat jelas tentang keharusan penghapusan perbudakan manusia atas manusia, penghentian monopoli kekayaan ekonomi dan sumber daya alam, pembebasan manusia dari kekuasaan politik yang menindas, dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan memajukannya.

Kemudian, dalam waktu yang sama, takbir juga merupakan deklarasi Islam mengenai keharusan membangun sistem sosial dan ekonomi yang adil, ditegakkannya hukum yang benar, jujur, dan berkeadilan.

Termasuk dalam pembentukan sistem politik yang demokratis, pembangunan relasi persaudaraan atas dasar kemanusiaan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan pencerdasan masyarakat. Serta, melakukan perlombaan dalam kebajikan dan keshalihan, baik individu maupun sosial. []

Tags: Allah SWTHadapanmanusiasetaratauhid
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Fitnah Perempuan

Reinterpretasi Hadis Fitnah Perempuan dalam Perspektif Mubadalah

27 Juli 2025
Upah

Upah: Hak Pekerja, Kewajiban Majikan

26 Juli 2025
PRT

Mengapa PRT Selalu Diidentikkan dengan Perempuan?

26 Juli 2025
PRT yang

PRT Bukan Budak: Hentikan Perlakuan yang Merendahkan

26 Juli 2025
PRT

PRT Juga Manusia, Layak Diperlakukan dengan Baik dan Bermartabat

26 Juli 2025
Ikrar Kesetiaan KUPI

Ketika Wisudawan Ma’had Aly Kebon Jambu Membaca Ikrar Kesetiaan KUPI, Bikin Merinding!

26 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • PRT yang

    PRT Bukan Budak: Hentikan Perlakuan yang Merendahkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mari Membahas Bersama Fomo Trend S-Line

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa PRT Selalu Diidentikkan dengan Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Upah: Hak Pekerja, Kewajiban Majikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menikmati Proses, Karena yang Instan Sering Mengecewakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Reinterpretasi Hadis Fitnah Perempuan dalam Perspektif Mubadalah
  • Beruntungnya Menjadi Anak Sulung
  • Refleksi Tren S-Line: Bagaimana Jika Dosa Kita Terlihat Jelas Atas Kepala?
  • Upah: Hak Pekerja, Kewajiban Majikan
  • Mari Membahas Bersama Fomo Trend S-Line

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID