• Login
  • Register
Rabu, 4 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Belajar Mempersiapkan Pernikahan dari Film Sehidup Semati

Doktrin agama yang tidak lengkap tafsirnya bisa menjadi senjata suami untuk membungkam istri tanpa mempertimbangkan sisi kemanusiaan

Khoiriyasih Khoiriyasih
20/01/2024
in Film
0
Film Sehidup Semati

Film Sehidup Semati

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Memesan tiket bioskop adalah salah satu cara melihat kehidupan dalam sebuah karya. Ya, aku melihat kehidupan pernikahan dari sebuah film garapan Upi yang baru saja tayang di bioskop, awal Januari ini. Jika beberapa orang yang aku kenal membagikan kisah romantisnya, berbeda dengan film berjudul Sehidup Semati. 

Sehidup Semati menayangkan sisi gelap pernikahan yang enggan orang-orang bicarakan secara gamblang. Ada yang bilang, membicarakan sisi gelapnya pernikahan itu pamali, aib, atau bahkan bentuk pengkhianatan kepada proses akad nikah. Tetapi aku ingin bilang, penting bagi kita membicarakan sisi lain pernikahan yang berupa keburukan agar kejadiannya tidak terjadi menerus dan berulang.

Larangan membincang keburukan dari sebuah pernikahan belum tentu solusi bagi sebuah konflik. Kadang, bisa menyebabkan seseorang terjebak romantisme pernikahan tanpa mempertimbangkan adanya celah penderitaan, seperti penderitaan yang terjadi dalam tayangan bioskop Sehidup Semati. 

Sehidup Semati mengisahkan seorang perempuan bernama Renata yang menjadi korban kekerasan dan berjuang mati-matian mempertahankan pernikahannya dengan laki-laki bernama Edwin. Aku tidak akan mereview keseluruhan, aku mencoba menelusuri beberapa scene yang mengandung horor sekaligus mengajak penonton untuk mengenal diri sebelum mengenal pasangan. 

Tentang Nasehat Pernikahan

Bagian awal film menayangkan ceramah seorang penasehat agama yang mengatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam dan derajat perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Tidak jarang penceramah agama menyampaikan nasehat demikian seperti sedang mengabaikan posisi perempuan.  

Baca Juga:

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

Kiai Faqih dalam buku Perempuan (Bukan) Sumber Fitnah menyampaikan, ayat-ayat penciptaan manusia di dalam Al Quran sama sekali tidak membedakan penciptaan antara laki-laki dan perempuan. Juga tidak menyebutkan bahwa perempuan diciptakan dari laki-laki, apalagi dari tulang rusuk.

Sejalan dengan nasehat agama dari KH. Nasaruddin Umar yang disampaikan melalui kanal website NU Online, menganalisis ayat-ayat penciptaan manusia  bahwa banyak sekali ayat Al Quran tentang penciptaan manusia yang sama sekali tidak membedakan asal-usul penciptaan antara laki-laki dan perempuan. 

Hal tersebut menjadi catatan penting bagi kita untuk melihat proses penciptaan perempuan dengan mengupas tuntas bagaimana tafsir dari ayat yang disampaikan tanpa merendahkan manusia lainnya. Sudah semestinya dalam mengambil kesimpulan mempertimbangkan kemaslahatan kedua belap pihak. Yaitu perempuan dan laki-laki. 

Scene berikutnya menggambarkan keseringan Edwin melarang Renata keluar rumah dan masuk ke ruang kerja apartemen selama Edwin bekerja di kantor. Larangan itu tidak hanya ucapan, tetapi Edwin juga melakukan kekerasan fisik kepada Renata. 

Stigma terhadap Perempuan

Perempuan sering dijejerkan dengan stigma harus berdiam diri di rumah. Apa yang Renata alami merupakan potret laki-laki patriarki yang membebani istri tanpa memberikan celah kebahagiaan secuilpun. Edwin juga menghabisi mental Renata dengan menutupi alasan dia melarang Renata masuk ke ruang kerja. 

Sepakat ketika pernikahan sudah semestinya membangun komitmen untuk tidak memandang rendah perempuan ataupun laki-laki. Ibu Nyai Nur Rofiah berpesan, ketika pasangan suami hanya memandang istri sebatas makhluk fisik bukan makhluk berakal budi, maka tujuan pernikahan sebatas transaksional.

Suami istri harus sama-sama memandang dengan akal budi. Keduanya harus mengakui kelebihan dan kekurangan masing-masing agar pernikahan penuh dengan keberkahan. 

Selain kerap mendapatkan kekerasan fisik, Renata juga menyaksikan jelas suaminya selingkuh dengan perempuan lain yang ternyata Edwin sembunyikan di ruang kerja. Perempuan mana yang tidak remuk hatinya mengalami kisah demikian tragisnya? 

Akan tetapi, remuknya hati Renata tidak mengubah prinsip pernikahannya “apa yang disatukan Tuhan tidak dapat dipisahkan oleh manusia.” Prinsip ini lahir dari nasehat ibunya yang juga menjadi korban kekerasan suaminya. Renata dan ibunya sama-sama mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

Menyoal Doktrin Agama

Doktrin agama yang tidak lengkap tafsirnya bisa menjadi senjata suami untuk membungkam istri tanpa mempertimbangkan sisi kemanusiaan. Prinsip pernikahan Renata dan Ibunya tidak lepas dari doktrin yang diperoleh dari penasehat agama dan suaminya. Keduanya tidak berdaya dan takut akan bayang-bayang dosa rumah tangga. 

Pernikahan adalah perjalanan menuju kehidupan yang menentramkan jiwa. Prof Quraish Shihab melalui website pribadinya menerangkan, Sakinah adalah ketenangan yang akan terjadi jika manusia mendahulukan gejolak.

Manusia menyadari bahwa hubungan yang dalam dan dekat dengan pihak lain akan memban­tunya mendapatkan kekuatan dan membuatnya lebih mampu menghadapi tantangan. Jika keduanya tidak ada keinginan mengupayakan atau gejolak untuk saling menumbuhkan kekuatan, maka bisa melukai salah satu pasangan. 

Suatu hari, teman Renata mengatakan, lelaki semacam Edwin tidak pantas untuk dipertahankan. Renata sadar terluka tetapi ia berada dalam penjara doktrinasi agama yang membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa. Renata keras mempertahankan pernikahan dengan Edwin kecuali maut yang memisahkan. 

Aku tidak akan menceritakan bagaimana akhir dari film ini. Aku seperti punya sinyal kuat untuk menuliskan betapa perempuan seusiaku, punya kesempatan panjang mempersiapkan pernikahan. Paling tidak selesai mengenal diri agar tidak menjadikan pernikahan sebagai alasan menyesal di kemudian hari.

Pentingnya Mengenal Diri sebelum Mengenal Pasangan

Menikah bukan lagi hidup tanpa mau mengenal pasangan lebih jauh. Mengenal pasangan sendiri dan tidak ada yang merasa paling berkuasa adalah salah satu kunci ketenangan sebuah pernikahan. Menurutku, sebelum mengenal pasangan, aku perlu mengenal diriku ini sebenarnya siapa? Apa yang menjadi prinsipku, kebahagiaanku, serta trigger apa yang bisa membuatku berduka. 

Nikah Institute membagikan tanda-tanda seseorang  selesai dengan dirinya sendiri sebelum menikah melalui channel instagramnya. Pertama, memahami pasangan seperti apa yang diri sendiri butuhkan. Memahami pasangan yang sesuai tidak selalu dengan mencari pasangan dengan strata sama, pendidikan sama, atau hobi yang sama. Akan tetapi, bisa mencari pasangan yang mau menghargai prinsip dan komitmen hidup ke depan.

Kedua, tidak menggantungkan hidup ke orang lain. Semakin diri kita mandiri, semakin diri kita tidak melibatkan atau mengganggu orang lain, maka bisa meminimalisir konflik dalam sebuah hubungan. 

Ketiga, bisa mengendalikan keadaan. Tidak mudah mengambil keputusan dengan tergesa-gesa dan mengolah keadaan bisa menurunkan emosi negatif. Keadaan yang stabil bisa melanggengkan ketentraman dalam sebuah pernikahan.

Tulisan ini lahir dari aku yang pernah mengalami ketakutan menuju pernikahan. Sehidup Semati memberi alarm agar aku terus mempelajari bagaimana perempuan tumbuh dengan kecerdasan dan ketegasan yang matang. Semoga jika kelak menemukan pasangan, aku sudah dalam kondisi mengenal diri dan mampu mengenal pasangan dengan kacamata keteduhan.  Yuk, bisa, yuk! Bisa belajar lebih jauh. []

Tags: Film Sehidup SematiistriKDRTpernikahanReview Filmsuami
Khoiriyasih

Khoiriyasih

Alumni Akademi Mubadalah Muda tahun 2023. Suka membaca dan menulis.

Terkait Posts

Resident Playbook

Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

4 Juni 2025
Film Cocote Tonggo

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

31 Mei 2025
Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

28 Mei 2025
Self Awareness

Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

24 Mei 2025
Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

21 Mei 2025
Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tubuh yang Terlupakan

    Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn
  • Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As
  • Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah
  • Ali Mustafa Yaqub: Haji Pengabdi Setan dan Ujian Keimanan Kita
  • Tafsir Perintah Menutup Aurat dalam al-A’raf Ayat 31

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID