• Login
  • Register
Rabu, 23 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Sampaikan Orasi Budaya di Best Fest, Inayah Wahid: Ketuhanan Terwujud dalam Kemanusiaan yang Nyata

“Ketika kita bicara agama, kita selalu bicara soal bagaimana kita ingin membuat hubungan yang baik dengan Tuhan. Tapi cara tercepat dan terbaik untuk mencapai ketuhanan adalah lewat kemanusiaan,” ujar Inayah.

Redaksi Redaksi
11/11/2024
in Aktual
0
Best Fest

Best Fest

733
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dewan Penasihat (Senior Advisor) Jaringan GUSDURian Inayah Wahid, menekankan pentingnya memanifestasikan ketuhanan melalui tindakan kemanusiaan sehari-hari. Hal ini ia sampaikan saat orasi budaya dalam pembukaan Festival Beda Setara atau Best Fest di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Minggu (10/11/2024) malam.

“Ketika kita bicara agama, kita selalu bicara soal bagaimana kita ingin membuat hubungan yang baik dengan Tuhan. Tapi cara tercepat dan terbaik untuk mencapai ketuhanan adalah lewat kemanusiaan,” ujar Inayah.

Ia menyoroti realitas saat ini bahwa agama kerap kali orang-orang gunakan untuk kepentingan pribadi. Seperti mencari pengakuan atau mengukuhkan diri sebagai yang paling benar. Alih-alih menjadi sarana mempererat hubungan manusia dengan Tuhan.

Mengutip praktik toleransi dan kemanusiaan yang telah KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur contohkan, ia menyebut bahwa berbicara tentang isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB), toleransi, atau ketuhanan tidak ada gunanya jika tidak kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahkan, ia menekankan, toleransi dan solidaritas seseorang dapat kita nilai dari bagaimana mereka berinteraksi dengan orang-orang di sekitar.

Baca Juga:

Trafficking dan Dosa Kemanusiaan

Perkosaan: Kekerasan Seksual yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

“Solidaritas kita, toleransi kita diukur pada apa yang kita lakukan kepada orang di sekitar kita yang duduk di depan kita, di belakang kita, di samping kita, yang ada di rumah di samping kita, yang kita temui di pasar, di jalan, dalam kehidupan kita sehari-hari,” ujar putri bungsu Gus Dur tersebut.

Teladan Gus Dur

Mengambil contoh dari teladan Gus Dur, Inayah menambahkan bahwa Gus Dur telah membuktikan berkali-kali pentingnya berdiri untuk kepentingan masyarakat dan menciptakan keadilan sosial. Ia mengajak publik untuk tidak hanya berbicara, tetapi berbuat nyata bagi masyarakat. Sebagaimana yang Gus Dur contohkan.

Dalam orasi tersebut, Inayah juga menyinggung tantangan besar yang sedang dunia hadapi saat ini, yaitu krisis iklim yang kian memburuk.

Menurutnya, krisis ini sudah melampaui tahap “pemanasan global” atau global warming dan telah masuk ke fase “global boiling” yang berarti ancaman nyata bagi kelangsungan hidup manusia.

Perempuan yang akrab disapa Nay tersebut mengingatkan bahwa perubahan iklim adalah krisis yang tidak memilih-milih korban. Oleh karena itu, sudah waktunya untuk bersama-sama mengambil tindakan nyata.

“Kita semua tahu kita sedang dalam krisis. krisis iklim. Bahkan kita banyak para ahli yang sudah mengatakan kita sudah tidak lagi dalam global warming. Kita ini dalam global boiling. Kita ini sudah setengah matang dan bukan dalam arti secara mental tapi secara fisik hampir matang. Krisis itu ndak milih-milih,” papar tim Pokja Keadilan Ekologi Jaringan GUSDURian tersebut.

Menutup orasinya, Inayah mendorong semua pihak untuk saling bekerja sama menciptakan keadilan sosial bagi masyarakat. “Sudah saatnya kita meneruskan teladan Gus Dur. Sudah waktunya kita bekerja untuk masyarakat dan berdiri demi kepentingan mereka. Itu yang paling penting,” pungkasnya.

Agenda Kerja Sama

Sebagai informasi, Best Fest merupakan agenda kerja sama Jaringan GUSDURian dengan Universitas Islam Negeri (UIN) menggelar Festival Beda Setara atau Best Fest yang berlangsung 10-16 November 2024.

Acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional ini mengangkat tema “Menegakkan Kesetaraan untuk Kemanusiaan”.

Festival ini terdiri dari sejumlah rangkaian acara, seperti simposium, pameran bestari, bioskop rakyat, learning forum, fun walk, dan puncak acaranya adalah Peringatan Haul ke-15 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Kegiatan ini dibuka langsung oleh Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad bersama dengan sejumlah rektor Universitas di Yogyakarta di antaranya, Rektor UIN Sunan Kalijaga Noorhaidi Hasan.

Kemudian hadir juga Rektor Universitas Duta Wacana Wiyatiningsih, Rektor Universitas Sanata Dharma Albertus Bagus Laksana, dan sejumlah tokoh lintas iman. []

Tags: Best FestInayah WahidkemanusiaanKetuhananOrasi BudayaTerwujud
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Ma'had Aly Kebon Jambu

S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

21 Juli 2025
Wisuda Ma'had Aly Kebon Jambu

Mudir Ma’had Aly Kebon Jambu Soroti Fiqh al-Usrah dan SPS sebagai Distingsi Wisuda ke-5

21 Juli 2025
Fiqh al-Usrah

Dr. Faqih: Ma’had Aly Kebon Jambu akan Menjadi Pusat Fiqh Al-Usrah Dunia

20 Juli 2025
Ma'had Aly Kebon Jambu

Nyai Awanillah Amva: Wisuda Bukan Akhir, Tapi Awal Kiprah Mahasantri di Tengah Masyarakat

20 Juli 2025
Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • properti keluarga

    Ketika Properti Keluarga Menjadi Sumber Ketidakadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perselingkuhan, Nikah Siri dan Sexually Discipline

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menuju Pesantren Inklusif: Sebuah Oto-kritik
  • Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?
  • Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID