• Login
  • Register
Selasa, 22 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Kongkow Bareng GUSDURian Jogja di Best Fest: Ajak Anak Muda Rayakan Keberagaman, Bukan Memperdebatkannya

Kita sebagai anak muda perlu mengkampanyekan gerakan toleransi dan kebebasan beragama dan berkeyakinan secara masif untuk membela hak-hak kelompok rentan

Redaksi Redaksi
14/11/2024
in Aktual
0
Anak Muda

Anak Muda

997
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Program Manager Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS), Tri Noviana, menegaskan pentingnya mengkampanyekan gerakan toleransi dan kebebasan beragama secara masif di kalangan anak muda.

Hal itu ia sampaikan saat mengisi sesi “Kongkow Bareng GUSDURian Jogja” pada Forum Belajar Festival Beda Setara (Best Fest) di UIN Sunan Kalijaga, Selasa (12/11/2024).

“Kita sebagai anak muda perlu mengkampanyekan gerakan toleransi dan kebebasan beragama dan berkeyakinan secara masif untuk membela hak-hak kelompok rentan, termasuk bagaimana kita bisa membangun kesetaraan antaragama-kepercayaan maupun antarsuku-gender dan sebagainya,” jelasnya.

Ia menyatakan bahwa agama dan kepercayaan merupakan bagian dari keberagaman Indonesia dan tidak perlu menjadi ajang perdebatan yang memicu perpecahan.

“Agama dan kepercayaan itu bagian dari keberagaman yang ada di Indonesia. Maka itu tidak perlu diperdebatkan secara sengit karena mereka memiliki nilai-nilai yang sama,” papar dia.

Baca Juga:

Tantangan Menghadapi Diskriminasi Terhadap Penganut Penghayat Kepercayaan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Ia menekankan bahwa gerakan toleransi harus berfokus pada pembelaan hak-hak kelompok rentan dan upaya membangun kesetaraan antaragama, antarkepercayaan, serta di antara suku, gender, dan latar belakang lainnya.

Menurutnya, dalam konteks Indonesia, pembahasan keberagaman agama kerap kali menjadi isu sensitif. “Jika kita bisa mengemasnya sebagai upaya pemenuhan hak warga negara, kita bisa melakukannya secara bersama. Memperdebatkan agama dan kepercayaan itu justru memecah belah masyarakat dan tentu akan berakhir konflik antaragama dan kepercayaan,” jelas Tri.

Membangun Toleransi dari Lingkup Terkecil

Tri mengajak anak muda untuk mulai membangun toleransi dari lingkup terkecil. Misalnya melalui gerakan pertemanan, komunitas kampus, dan gerakan di daerah masing-masing.

“Hal terkecil apa pun yang bisa kita lakukan untuk membangun toleransi, lakukanlah! Dan akar dari semua ini adalah soal kesetaraan dan kemanusiaan. Kita tidak perlu memperdebatkan bagaimana cara ibadahnya, kitabnya, dan sebagainya karena itu keyakinan masing-masing,” jelasnya.

Tri juga menyoroti kebiasaan di Indonesia yang sering kali membawa bahasa agama yang dianut oleh seseorang pada ruang perbincangan. Hal ini berbeda dengan di luar negeri di mana hal itu dianggap tabu.

“Kita tidak berhak mencampuri urusan ide apa, cara beribadahnya bagaimana, tetapi kita punya hak dan kewajiban untuk saling membela karena kita sama-sama manusia dan berada di Indonesia dan penuh dengan keberagaman suku etnis maupun agama dan kepercayaan yang sangat beragam,” ucapnya.

Ia berharap gerakan toleransi dapat menjadi nilai kolektif yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia, sejalan dengan ajaran KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang selalu mendukung keberagaman dan kebebasan beragama.

Menurut Tri, saling menghormati perbedaan adalah kunci untuk membangun masyarakat yang adil, damai, dan harmonis di tengah keberagaman yang ada.

“Ini yang bisa kita lakukan secara bersama secara dan kolektif untuk menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Hal ini seperti apa yang sudah Gus Dur ajarkan,” pungkasnya. (rilis)

Tags: Anak MudaBest FestGusdurian JogjakeberagamanKongkowRayakan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Ma'had Aly Kebon Jambu

S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

21 Juli 2025
Wisuda Ma'had Aly Kebon Jambu

Mudir Ma’had Aly Kebon Jambu Soroti Fiqh al-Usrah dan SPS sebagai Distingsi Wisuda ke-5

21 Juli 2025
Fiqh al-Usrah

Dr. Faqih: Ma’had Aly Kebon Jambu akan Menjadi Pusat Fiqh Al-Usrah Dunia

20 Juli 2025
Ma'had Aly Kebon Jambu

Nyai Awanillah Amva: Wisuda Bukan Akhir, Tapi Awal Kiprah Mahasantri di Tengah Masyarakat

20 Juli 2025
Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • properti keluarga

    Ketika Properti Keluarga Menjadi Sumber Ketidakadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perselingkuhan, Nikah Siri dan Sexually Discipline

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menuju Pesantren Inklusif: Sebuah Oto-kritik
  • Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan
  • Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?
  • Menguatkan Praktik Sharing Properti Keluarga di Tengah Budaya Patriarki
  • Refleksi Difabel dalam Narasi Film Sore: Istri dari Masa Depan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID