• Login
  • Register
Senin, 21 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Teladan Rasulullah dalam Memperlakukan Penyandang Disabilitas

Mari kita jadikan teladan Rasulullah sebagai pedoman hidup kita dalam membangun masyarakat yang inklusif.

Laily Nur Zakiya Laily Nur Zakiya
05/02/2025
in Hikmah
0
Memperlakukan Penyandang Disabilitas

Memperlakukan Penyandang Disabilitas

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rasulullah adalah sosok yang sempurna, baik dalam akhlak maupun perbuatan. Beliau tidak hanya menjadi teladan dalam ibadah, tetapi juga dalam segala aspek kehidupan. Termasuk dalam pergaulan sesama manusia, khususnya mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau mental.

Beliau selalu mengingatkan bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh dan rupa manusia, melainkan melihat hati mereka. Rasulullah benar-benar hadir sebagai penyejuk bagi mereka yang memiliki keterbatasan dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.

Rasulullah juga melindungi hak asasi penyandang disabilitas dan menghapuskan diskriminasi yang ada sebelum datangnya Islam.

Dalam sejarah Islam, terdapat banyak kisah yang menceritakan bagaimana Rasulullah  berinteraksi dengan para sahabat yang mengalami disabilitas. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah kisah Abdullah bin Ummi Maktum, seorang sahabat Nabi yang tuna-netra (buta). Nabi Muhammad SAW selalu memperlakukan penyandang disabilitas seperti beliau dengan penuh hormat dan kasih sayang.

Meski matanya tak mampu melihat, ia diberi nikmat besar yang dikaruniakan Allah kepadanya. Ia memiliki naluri yang sangat peka untuk mengetahui waktu. Sehingga Nabi Muhammad SAW memberikan kesempatan kepada Abdullah untuk menjadi muadzin.

Baca Juga:

Yamal, Mari Sadar!

Dilema Kepemimpinan Perempuan di Tengah Budaya Patriarki, Masihkah Keniscayaan?

Mengapa Perempuan Ditenggelamkan dalam Sejarah?

Mengapa Sejarah Ulama, Guru, dan Cendekiawan Perempuan Sengaja Dihapus Sejarah?

Jika menjelang fajar, berbekal tongkat ia keluar dari rumahnya, menuju masjid dan mengumandangkan azan di masjid. Bersama Bilal bin Rabah, Abdullah selalu bergantian mengumandangkan azan.

Bahkan pernah Rasulullah meminta Abdullah untuk menjadi imam shalat menggantikan beliau ketika sedang tidak berada di Madinah.

Memberikan Ruang untuk Berpartisipasi

Rasulullah selalu memberikan ruang bagi penyandang disabilitas untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam kehidupan masyarakat dan kegiatan keagamaan, tanpa hambatan atau diskriminasi. Dikisahkan ada seorang sahabat Nabi Muhammad yang mengalami tunadaksa (pincang) yang bernama Amr bin al-Jamuh. Amr termasuk sahabat Nabi yang taat dan loyal terhadap Islam. Nabi Muhammad pun sangat menghormati dan menyayangi Amr, sebab kecintaan terhadap agama Islam.

Pada suatu saat, Amr yang juga seorang tunadaksa datang menemui Nabi. Kedatangannya bermaksud untuk ikut bergabung dengan para sahabat dalam perang Uhud melawan kaum pagan Makkah. Meskipun memiliki keterbatasan fisik, Nabi mengizinkannya untuk ikut serta dalam perang.

Dalam peperangan tersebut, Amr bin Al-Jamuh meninggal dunia. Ia menjadi salah satu dari sekian sahabat Nabi yang syahid. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi tidak membatasi partisipasi seseorang dalam jihad hanya karena fisiknya.

Baginya, keterbatasan Abdullah bukanlah hambatan dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Ia ingin mengajarkan bahwa mereka yang berkebutuhan khusus tak sepatutnya direndahkan karena dibalik kekurangan mereka pasti tersimpan potensi untuk berkontribusi dan bermanfaat untuk orang-orang disekitarnya.

Empati dan Perhatian Terhadap Penyandang Disabilitas

Nabi Muhammad Saw juga mengingatkan para sahabat agar tidak mudah menertawakan atau meremehkan orang lain yang memiliki ketebatasan atau cacat fisik. Diceritakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, sahabat ke enam yang paling pertama masuk Islam dan merupakan salah satu dari empat sahabat yang paling pandai menafsirkan Al-Qur’an benama Abdullah bin Mas’ud.

Suatu ketika pernah diminta oleh Rasulullah untuk memetik ranting pohon yang akan digunakannya bersiwak. Ketika ia telah menaiki pohon tersebut, angin yang cukup kencang berhembus dan membuat pakaiannya tersingkap.

Dua betis Abdullah bin Mas’ud yang kecil tampak terlihat oleh sahabat-sahabat Nabi yang sedang berada di sekitar tempat itu. Menurut para sahabat Nabi, ukuran kaki Abdullah bin Mas’ud telihat aneh, terlalu kecil. Tidak seproporsional ukuran kaki orang pada umumnya.

Melihat tingkah para sahabat yang menertawakan kaki Abdullah bin Mas’ud, Nabi lalu bertanya, “apa yang kalian tertawakan?” para sahabat kemudian menjawab, “Duhai Rasulullah, kami menertawakan kaki kecil Abdullah bin Mas’ud itu”.

Mendengar jawaban itu, Rasulullah marah lalu mengatakan, “Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betis Abdullah bin Mas’ud di hari kiamat nanti akan lebih berat timbangannya dari gunung Uhud.”

Teladan Rasulullah

Begitu juga dengan persahabatan Rasulullah dengan pria bernama Julaibib. Sahabat satu ini dijauhi oleh orang-orang disekitarnya karena memiliki tubuh yang pendek dan kurang menarik.

Karena fisiknya yang kurang menarik, masyarakat Kota Madinah kurang senang dengan keberadaannya di kota tersebut. Selepas peristiwa Hijrah, Rasulullah menjadikan ia seorang teman, merawat, dan mengangkat martabatnya.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan: “Sesungguhnya Julaibib ini sebagian daripada aku dan aku ini sebagian daripada dia.”

Rasulullah bahkan melamarkan seorang gadis cantik untuk Julaibib. Menikahkan dan mendoakan pernikahannya.

Sikap Rasulullah merupakan contoh nyata bagaimana seharusnya kita memperlakukan penyandang disabilitas dengan setara. Tidak hanya membela, beliau juga memberikan teladan langsung tentang pentingnya menghargai, menyejahterakan, dan memberdayakan mereka.

Mari kita jadikan teladan Rasulullah sebagai pedoman hidup kita dalam membangun masyarakat yang inklusif. Saling membantu, menghargai, dan memperlakukan sesama manusia dengan penuh kasih sayang. Serta memberikan kesempatan yang setara, terutama kepada kaum yang lemah dan dilemahkan untuk beribadah dan berpartisipasi dalam masyarakat. []

 

Tags: DifabelDisabilitasislamsejarahSunah NabiTeladan Rasulullah
Laily Nur Zakiya

Laily Nur Zakiya

Aktif di Komunitas Puan Menulis. Mahasiswa Pascasarjana UIN Walisongo Semarang. Ig: @laa.zakiya

Terkait Posts

Ekonomi

Mengapa Istri Paling Rentan secara Ekonomi dalam Keluarga?

21 Juli 2025
Lingkungan Sosial

Membentuk Karakter Anak Lewat Lingkungan Sosial

19 Juli 2025
Nabi Muhammad Saw dalam Mendidik

Meneladani Nabi Muhammad Saw dalam Mendidik Anak Perempuan

19 Juli 2025
Fondasi Mental Anak

Jangan Biarkan Fondasi Mental Anak Jadi Rapuh

19 Juli 2025
Karakter Anak yang

Pentingnya Membentuk Karakter Anak Sejak Dini: IQ, EQ, dan SQ

19 Juli 2025
Nabi Saw

Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

18 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fiqh al-Usrah

    Dr. Faqih: Ma’had Aly Kebon Jambu akan Menjadi Pusat Fiqh Al-Usrah Dunia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Low Maintenance Friendship: Seni Bersahabat dengan Sehat, Bahagia, dan Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Awanillah Amva: Wisuda Bukan Akhir, Tapi Awal Kiprah Mahasantri di Tengah Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nikah atau Mapan Dulu? Menimbang Realita, Harapan, dan Tekanan Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Istri Paling Rentan secara Ekonomi dalam Keluarga?
  • Dari Erika Carlina Kita Belajar Mendengarkan Tanpa Menghakimi
  • S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu
  • Tren S-Line: Ketika Aib Bukan Lagi Aib
  • Mudir Ma’had Aly Kebon Jambu Soroti Fiqh al-Usrah dan SPS sebagai Distingsi Wisuda ke-5

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID