Mubadalah.id – Saat ini, pandangan keagamaan dengan perspektif KUPI adalah penting untuk kita kembangkan dan sebarkan, mengingat terlalu banyaknya narasi intoleransi, kebencian, bahkan kekerasan, perusakan, dan pembunuhan.
Narasi-narasi ini sering kali sebagian orang bungkus dalam bahasa dan argumentasi keagamaan. Lebih-lebih lagi, basis-basis warisan tradisi keislaman sering kali mereka rujuk sedemikian rupa justru untuk melanggengkan diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan.
Di sisi yang lain, kesadaran keadilan relasi gender semakin menguat di kalangan ulama dan cendekiawan Muslim Indonesia. Juga, semakin banyak lahir para perempuan Muslimah yang berkapasitas dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, tak terkecuali ilmu teks-teks agama.
Dua hal ini meniscayakan dan menuntut lahirnya fatwa, pandangan keagamaan, dan narasi-narasi keagamaan populer yang lebih adil dan ramah terhadap perempuan, sebagai alternatif narasi yang sebaliknya.
Narasi-narasi ini akan membekali generasi sekarang dalam memahami Islam yang kâffah, rahmah, dan adil, terutama dalam relasi laki-laki dan perempuan.
Diskursus dalam buku ini lahir untuk memperkuat upaya tersebut di atas. Tentu saja, cara pandang dan metodologi yang menjadi basis dari fatwa KUPI, yang tertulis dalam buku ini, masih merupakan upaya awal. Ia memerlukan respons dari berbagai kalangan.
Diharapkan buku akan dibaca, dikritik, diteruskan, dan disempurnakan para sahabat jaringan KUPI, para pengkaji dan pemerhati studi keislaman. Terutama kajian hukum atau fiqh dan ushul fiqh.
Setidaknya, apa yang aku tulis ini dengan berbagai masukan yang sudah bisa kita terima. Kemudian akan ada masukan lagi, menjadi pertanggung-jawaban akademik kita semua pada isu ini. Sekaligus amal shâlih, yang pahalanya jâriyah. Termasuk bukti kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu mewasiatkan kepada seluruh umat untuk selalu berbuat baik kepada perempuan (istawshû bi an-nisâ’ khairan). []