Mubadalah.id – Tidak mau ketinggalan emang sifat manusia. Bahkan ketika nenek moyang kita dulu hidup, mereka akan terus berkelompok dan tak mau ketinggalan. Ketika dulu mereka saling menjaga untuk kehidupan. Saat ini kita saling mengikuti untuk aktualisasi diri. Tapi apakah benar? Mari membahas kembali tentang dia, yang sering disebut FOMO atau Fear Of Missing Out.
Fomo Trend S-line, K-drama Terbaru
Melalui kekuatan K-dramanya, Korea kembali merilis k-drama terbarunya yang berjudul S line. Web series yang di rilis oleh Wavve pada 11 Juli 2025 ini tampaknya laku keras di kalangan penikmat k-drama Indonesia. Drama adopsi dari cerita webtoon dengan judul yang sama ini terbagi jadi 6 episode. Yang mana dari setiap episodenya pasti terdapat kepinginan puzzle dari cerita ini.
Tulisan ini tak bertujuan untuk membahas k-drama S line secara mendalam. Kalian dapat menikmati karya Ah Ju Young selaku sutradara S line melalui berbagai media resmi ya. K-drama ini punya genre thriller fantasi, yang mana terdapat salah satu alat yang memperlihatkan S line seseorang. S line sendiri dapat diterjemahkan sebagai Sex Line. Ini adalah garis merah yang menghubungkan seorang dengan pasangan seksualnya.
K-drama ini tidak diperuntukkan untuk semua umur. Sangat jelas dari judul yang mereka berikan bukan? Dan memang, dalam setiap scene nya ada nuansa suram yang ingin mereka sampaikan ke penonton. Pewatakannya pun sama, kita dibuat kebingungan antara karakter baik, maupun karakter jahat dalam drama ini. Dan yang terakhir, mereka mengemas film thriller fantasi juga sarat akan kedekatan dengan kehidupan masyarakat.
S-line Jadi Trend Media Sosial
K-drama ini jelas laris di pasaran, sebelum penayangan mereka juga mendapat Best Music dari Canneseries 2025. Selain itu, drama ini juga kerap kali muncul di pencarian sosial mediaku atau yang biasa kita sebut FYP For Your Page. Tapi, bukan tentang review dramanya, atau spoiler per episodenya. Tapi tentang trend S -ine.
Garis merah dalam drama ini mereka sebut S-line. Atau garis hubungan seksual tadi, mereka menggambarkan hubungan seksual dengan garis-garis merah yang saling terhubung. Garis ini tak bisa disentuh, atau dilihat sembarang. Tetapi jelas, jika semakin banyak seorang berhubungan dengan orang lain, maka garis itu akan selalu bertambah.
Dan tampaknya, memang ada kekeliruan. Trend yang bermunculan dalam sosial mediaku adalah orang yang mengedit fotonya dengan garis-garis merah di atas kepala mereka. Dengan penggunaan hashtag tertentu, maka konten ini dengan cepat akan viral. Bahkan, jika membuka salah satu media sosial, trend ini dapat menaikkan grafik postingan kita saat itu.
Tapi, bagaimana maknanya? Apa mereka tahu tentang makna garis merah tersebut? Dan yang paling mengerikan buatku, adalah salah satu postingan seorang ibu bersama anaknya yang punya banyak garis merah di kepalanya. Dan salah satunya terhubung dengan si ibu. Apa demi viral semata si ibu melakukan ini?
Trend S-line dan Fomo Netizen
Hanya ada satu kata yang dapat menggambarkan fenomena trend S-Line ini. Fomo ingin dianggap mengikuti zaman, ingin kontennya viral, atau ingin sekedar membagikan momen dengan gaya ala masa kini. Mereka mungkin saja tidak tahu makna garis merah itu, atau punya pemahaman yang salah terhadapnya. Ketika banyak orang yang mengikuti, aku juga harus ikut segera melihat realitas dari zaman batu hingga saat ini.
Dulu, ketika manusia hidup dalam zaman purba, mereka akan terus bersama agar menjadi kuat. Agar mereka tak diserang hewan buas atau musuh lainnya. Karena kebutuhan hidup, mereka harus ikut suara yang dominan. Dan pengalaman nenek moyang itu terbawa hingga kini.
Pada kenyataannya, hidup manusia terlalu dinamis. Ikut-ikutan yang dulu jadi usaha pertahanan hidup, sekarang malah jadi aktualisasi diri. Mulai dari mengabadikan kegiatan anak melalui kanal sosial medianya, memberikan review produk tertentu. Hingga membuat trend tertentu. Nyatanya, kita berkembang dan belajar.
Ikut Fomo yang Sehat Ala Aku
Fomo bukan hal yang haram untuk kita lakukan, bukan juga dosa berat yang akan mendapat hukuman berat. Fomo memang sesekali harus kita rasakan, dengan tujuan yang bisa kamu setting sendiri. Sama halnya dengan Fomo lari, main padel atau trend olahraga lainnya. Kamu dapat mencoba fomo itu dan mulai belajar konsisten akan hasilnya.
Sekarang lari atau olahraga lain bukan hal tabu bagi masyarakat, mereka mulai mengatasi rasa malas dan mengubahnya jadi semangat. Selain itu, Fomo dapat jadi ajang aktualisasi tersendiri bagi mereka. Fomo dapat sehat jika dilakukan dengan tujuan yang benar. Tidak konsumtif dalam melakukan kegiatan fomo ini. Dan tahu secara pasti apa dampak dari kegiatan yang dengan branding Fomo ini.
Fomo dan Belajar Menganalisis Keadaan
Aku juga masih jadi seorang biasa yang sering Fomo atau ikut-ikutan mereka yang bahkan tak ku ketahui siapa. Masih sering membagikan cerita, kisah atau potret sesuatu yang punya anggapan Fomo. Tetapi, ada satu hal yang aku tanamkan dalam diri ketika mengikuti Fomo ini. Yaitu: Apakah bermanfaat bagiku? Dan Apakah merugikan bagiku? Ya dua pertanyaan itu aku selalu ulang-ulang.
Sama halnya dengan trend S line. Mungkin tidak semua dari kita mengikuti drama yang panjangnya 6 episode ini. Tapi tampaknya sedikit riset saja kalian akan paham dengan makna S line dalam cerita ini. Selamat melakukan Fomo selanjutnya, yang tentunya harus bermanfaat bagi diri kalian. []