• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Akhiri Ideologi Kejantanan agar Kasus Pembunuhan Istri oleh Suami Tak Muncul Lagi

Laki-laki yang telah menginternalisasi nilai kejantanan, akan sangat merasa rapuh jika ada hal yang mengancam kejantanannya

Rezha Rizqy Novitasary Rezha Rizqy Novitasary
18/09/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Kasus Pembunuhan Istri

Kasus Pembunuhan Istri

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Baru-baru ini berita tentang kasus pembunuhan istri oleh suaminya sendiri viral di berbagai situs berita. Saya rasa kawan-kawan juga mengikuti berita yang dimaksud. Ternyata selama tiga tahun usia pernikahannya, alm. Mega sempat mengalami KDRT hingga berkali-kali.

KDRT terakhir yang menimpa Mega mendorongnya untuk melapor ke pihak berwajib dengan membawa bukti visum. Sayangnya, tak ada tindak lanjut dari APH sehingga pelaku dan korban masih tinggal serumah.

Mungkin banyak yang menyayangkan sikap alm. istri yang tidak punya cukup keberanian untuk mengakhiri pernikahan dan meninggalkan rumah. Namun, tahukah teman-teman beratnya hidup sebagai Perempuan korban kekerasan? Seringkali mereka meragukan pilihannya sendiri sebab telah kehilangan harga diri.

Belum lagi adanya tekanan dari lingkungan patriarki juga selalu mengajarkan perempuan untuk mengalah demi orang lain dan menomorduakan diri sendiri. Hal inilah yang menjadikan perempuan korban kekerasan selalu memilih kembali hidup bersama suaminya, yang mereka pikir dengan pilihan itu anaknya akan lebih bahagia dan pernikahannya selamat.

Munculnya kasus pembunuhan istri secara keji oleh suaminya sendiri ini berawal dari ideologi patriarki yang menganggap kejantanan adalah nilai ideal normatif (Ester Lianawati dalam buku Akhir Penjantanan Dunia). Menurut Ester, patriarki adalah sistem yang menempatkan maskulin dan feminin pada posisi yang berbeda.

Baca Juga:

Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

Tidak Ada Cinta Bagi Ali

Althusser, Seorang Filsuf Marxis yang Membunuh Isterinya

Kekerasan terhadap Perempuan, Mengapa Masih Marak Terjadi?

Posisi maskulin kita anggap lebih unggul dan diberikan privilese. Sehingga laki-laki akan selalu tampak lebih superior dari semua perempuan. Bahkan di antara laki-laki sendiri mereka saling bersaing untuk menentukan siapa yang lebih unggul.

Dalam buku Akhir Penjatananan Dunia, Ester Lianawati menjabarkan bagaimana ideologi kejantanan ditanamkan oleh masyarakat patriarki ke dalam diri laki-laki sejak mereka kecil. Berikut penjabaran Ester:

Laki-laki distimulasi pada Kekerasan

Memang, tidak semua laki-laki kasar dan brutal. Tetapi, sejak kecil mereka dijauhkan dari perasaan dan empati. Laki-laki kita larang menangis, ia tidak kita ajarkan untuk memahami emosinya sendiri. Ia juga tak terbiasa peka dengan perasaan kawannya. Ia menerapkan hal serupa kepada kawan laki-lakinya.

Kita bisa melihatnya dari pola pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Dalam pola pertemanan perempuan, jika salah satu bersedih, kawannya akan memahami perasaannya dan bersedia mendengar curhatannya. Kawan-kawannya menyediakan telinga dan memberi kesempatan untuk menangis.

Lain halnya dengan pola pertemanan antara laki-laki. Jika ada salah satu kawannya yang bersedih sebab bisnis gagal atau relasi yang berakhir, kawannya tak memberi kesempatan untuk bercerita. Tapi justru mengajaknya beraktifitas seperti touring, naik gunung, memancing, untuk melupakan kesedihan di hatinya. Padahal, emosi seperti rasa sedih dan kecewa harus kita rasakan, dan kita terima, bukan kita lupakan.

Kejantanan adalah Jebakan

Meskipun patriarki memberikan privilese kepada laki-laki dibanding perempuan, namun ternyata hal ini memunculkan superioritas pada sebagian laki-laki dibandingkan sebagian laki-laki yang lain. Laki-laki yang lebih tinggi dan kekar kita anggap lebih superior daripada mereka yang bertubuh kecil. Laki-laki yang punya pekerjaan berkelas akan kita anggap lebih superiror dibandingkan laki-laki dengan pekerjaan rendah.

Pada satu sisi seorang laki-laki merasa lebih jantan, dan di sisi yang lain ia meragukan kejantanannya sendiri. Tuntutan kejantanan menimbulkan ketegangan dalam diri laki-laki, sebab itu adalah hal yang harus ia capai tapi tak akan pernah tergapai.

Laki-laki selalu merasa tertuntut untuk mencapai titik maksimum untuk mendapatkan konfirmasi: “Ini baru laki-laki”. Ideologi kejantanan adalah jebakan berupa tuntutan kewajiban yang sangat menekan laki-laki.

Sebagian besar laki-laki mengupayakan pencapaian nilai kejantanan ini dengan cara yang berlebihan. Mereka melakukan olahraga ekstrem, penggunaan alkohol dan obat terlarang, atau berkendara dengan kecepatan tinggi. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka kuat, tidak takut, dan berkuasa.

Nilai Kejantanan Laki-laki Diukur dari Kepemilikannya

Salah satu ukuran masyarakat patriarki terhadap laki-laki yang jantan adalah apa yang ia miliki. Tak heran seringkali laki-laki kita tanya tentang kepemilikannya dengan kalimat, ‘Sudah punya pacar atau belum?’ ‘Apa pekerjaannya?’ ‘Apakah sudah punya rumah/kendaraan pribadi?’

Maka laki-laki dengan nilai kejantanan yang rapuh ,selalu lekat dengan usaha memamerkan apa yang mereka miliki. Bahkan terkadang istri atau kekasihnya ia anggap sebagai properti miliknya. Alih-alih menganggapnya sebagai pasangan yang setara, mereka justru merasa berhak mengatur dan berkuasa atas pilihan hidup istri atau kekasihnya itu.

Kejantanan Membentuk Hubungan Dominasi

Laki-laki yang telah menginternalisasi nilai kejantanan, akan sangat merasa rapuh jika ada hal yang mengancam kejantanannya. Misalnya ada kawan laki-laki lain yang lebih unggul atau superior dalam hal kekuatan dan kepemilikan.

Sebagian lain mengalami ancaman manakala pasangannya mendapat pencapaian yang lebih tinggi dari dia. Misalnya gaji yang lebih tinggi, menempuh pendidikan lebih tinggi, atau mendapat promosi kenaikan jabatan.

Ancaman ini juga berasal dari diri sendiri. Misalnya kecacatan akibat kecelakaan dan kehilangan pekerjaan.

Laki-laki tak terbiasa kita anggap lemah. Stereotip kuat dan berkuasa selalu tersematkan kepadanya. Maka jika ia merasa kejantanannya terancam, ia memilih untuk menginjak pihak yang lebih lemah dari diri. Dalam relasi keluarga, mungkin saja ia akan mendominasi pasangan maupun anaknya, hanya untuk membuktikan bahwa ia kuat dan berkuasa.

Ideologi Kejantanan berpotensi Menghasilkan Maskulinitas Kriminal

Anak-anak laki-laki sejak kecil selalu kita stimulasi menjadi kuat dan berani. Mereka seolah kita persiapkan untuk memenangkan kompetisi dengan mengandalkan kekuatan fisik dan keberanian.

Memang, tidak semua anak laki-laki tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang kasar dan brutal. Namun, kekerasan dan keberanian seolah tertampilkan sebagai pilihan tepat untuk mencapai kemenangan.

Hal inilah yang menyebabkan ideologi kejantanan berpotensi menghasilkan maskulinitas kriminal. Maka berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Peytavin dalam buku Akhir Penjantanan Dunia, laki-laki adalah 82% pelaku KDRT, 99% pelaku pelecehan seksual terhadap anak, 99% pelaku pemerkosaan, dan 84% penabrak di jalan yang menewaskan orang lain.

Kelima hal itulah yang masyarakat patriarki tanamkan dalam diri laki-laki. Masyarakat selalu mendorong laki-laki untuk unggul dan dominan. Laki-laki tak kita latih untuk gagal atau kalah, serta memproses rasa kecewa yang muncul.

Ideologi yang terinternalisasi justru adalah kejantanan yang rapuh dan tak siap kita anggap lemah. Padahal, tentu saja tak semua laki-laki mampu memenuhi tuntutan masyarakat untuk selalu memerankan posisi dominan. []

Tags: FemisidaIdeologi KejantananKasus Pembunuhan IstriKDRTtoxic masculinity
Rezha Rizqy Novitasary

Rezha Rizqy Novitasary

Guru Biologi SMA, tertarik dengan isu perempuan dan kesetaraan gender. Rezha merupakan peserta Kepenulisan Puan Menulis Vol. 1.

Terkait Posts

Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version