• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Belajar Relasi dan Kehidupan dari Seekor Kucing

Manusia seringkali menjiwai dan mengharapkan keuntungan dalam menjalin relasi, sedangkan kucing tidak

Indah Fatmawati Indah Fatmawati
08/11/2024
in Pernak-pernik
0
Belajar Relasi

Belajar Relasi

957
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Siapa yang tak kenal dengan makhluk imut dan menggemaskan satu ini? Ia berbulu dan memiliki wajah yang lucu. Siapa lagi kalau bukan seeokor kucing, berbulu tebal dan berekor panjang.

Beberapa waktu yang lalu, kucing peliharaan saya meninggal, saya sangat sedih. Namun, jarak beberapa bulan setelah kucing saya meninggal, tiba-tiba suatu pagi terdengar ngeongan kucing di belakang rumah. Dari sini saya belajar relasi dan kehidupan seekor kucing.

Saya kira itu hantu, tapi rasional  saya kemudian berpikir jika tak mungkin ada hantu pagi-pagi begini. Saya kemudian berlari mencari sumber suara. Ternyata benar, suara itu adalah seekor kucing kecil yang berada di bawah tumpukan kayu. Matanya berair, badannya sangat kotor ditambah kepalanya yang luka bernanah. Akhirnya kucing itu saya ambil untuk saya rawat.

Sempat saya posting di medsos untuk menemukan siapa pemiliknya. Barangkali pemiliknya mencari. Ternyata sampai beberapa hari tidak ada yang mengonfirmasi.

Hidup Seekor Kucing

Kucing yang tadinya datang dengan penuh luka, lama-lama sembuh dan nampak sehat serta bersih. Ia amat lincah dan bahagia. Dari kucing akhirnya saya belajar relasi.

Baca Juga:

Kafa’ah yang Mubadalah: Menemukan Kesepadanan dalam Moral Pasutri yang Islami

Jalan Mandiri Pernikahan

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Beberapa tingkahnya memang seringkali aneh dan menguras emosi. Mulai dari menggigit ekornya sendiri, suka cakar-cakar, tidur di atas laptop, sampai menjatuhkan barang-barang di rumah.

Wajah polosnya seakan menunjukkan bahwa ia tidak pernah merasa bersalah. Ya begitulah kucing, ia bukan manusia yang terikat dengan moral dan etika. Namun ada pelajaran berharga tentang kehidupan yang bisa kita ambil dari seekor kucing.

Kadang di waktu senggang, saya mengamati tingkah polah si kucing. Dalam sehari ia bisa hanya rebahan saja tanpa merasa bosan, atau juga hanya berlarian ke sana ke mari semaunya. Ya, memang begitulah kehidupan seekor kucing.

Pelajaran Berharga dari Seekor Kucing

Berbeda dengan kehidupan manusia. Kucing yang dianggap hewan tak berakal, nyatanya bisa kita petik dan ambil pelajaran dari kehadirannya. Grey yang merupakan seorang Filosof Barat, ternyata juga pernah menganalisa tentang pelajaran berharga dari kehidupan seekor kucing.

Pertama, kucing tidak pernah membenci dirinya sendiri, ia nyaman dengan dirinya sendiri. Berbeda dengan manusia yang acap kali tidak bisa menerima apa yang ada pada dirinya, bahkan manusia sangat susah untuk memaafkan dirinya sendiri.

Kedua, kucing tidak terganggu dengan makna hidup. Hidup manusia cenderung berusaha untuk menemukan makna dan berusaha memaksakan ide serta norma-norma yang dianggapnya benar kepada orang lain. Lensa kehidupan menentukan mana yang benar dan salah. Kucing tidak pernah ingin dan melakukan itu, ia hanya hidup sesuai nalurinya.

Kucing menjalani ketenangan dengan kehidupan mereka. Ia bukannya tidak berprinsip atau egois, namun ia tidak pernah membebani diri dengan konsep benar dan salah. Manusia kerap kali menciptakan standar benar dan salah sesuai dengan perspektifnya sendiri atau perspektif kolektif yang mereka anggap benar.

Ketiga, kucing memiliki etika alami. Ia merawat anak, melindungi rumahnya bahkan sayang kepada pemiliknya merupakan sebuah etika alami. Kucing tidak butuh penghargaan dan validasi dari apa yang ia lakukan.

Manusia selalu Berusaha Memanusiakan Kucing

Entah apa yang ada di pikiran manusia, saya sendiri terkadang memperlakukan mereka seperti manusia. Mulai dengan memberinya nama, memakaikan kalung, memberikan tempat tidur, makan dan minuman secara khusus, bahkan sering kali mengajaknya berbicara dengan bahasa manusia.

Terkadang saya juga tertawa, aneh juga rupanya. Manusia selalu berusaha menjadikan kucing yang notabene bukan manusia menjadi manusia. Namun, begitulah relasi yang selalu ingin manusia ciptakan.

Padahal sebagai seekor hewan, kucing tidak pernah memaksa manusia. Ia bertindak sesuai naluriahnya. Ketika ia sayang kepada pemiliknya, itu  semua dilakukan semata karena menganggap manusia dan hewan saling membutuhkan. Begitulah relasi kesalingan yang kucing pahami.

Manusia seringkali menjiwai dan mengharapkan keuntungan dalam menjalin relasi, sedangkan kucing tidak. Ia akan membalas rasa sayang yang manusia berikan dan tak segan pergi meninggalkan pemiliknya jika ia mendapatkan perlakuan yang buruk. Begitulah naluri dan etika kucing.

Manusia kerap kali memaksa mengubah dunia agar sesuai nilai-nilai yang mereka ciptakan. Kucing hidup dengan menerima dan tak berkeinginan mengubah dunia. Begitulah kisah kehidupan dari seekor kucing yang mungkin bisa kita ambil hikmahnya. []

 

Tags: Belajar RelasiBinatangkemanusiaanKesalingankucing
Indah Fatmawati

Indah Fatmawati

Sebagai pembelajar, tertarik dengan isu-isu gender dan Hukum Keluarga Islam

Terkait Posts

Sukainah

Tren Mode Rambut Sukainah

31 Mei 2025
IUD

Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

31 Mei 2025
Kodrati

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

31 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Etika Sosial Perempuan 'Iddah

Etika Sosial Perempuan dalam Masa ‘Iddah

28 Mei 2025
Kehidupan

Fondasi Kehidupan Rumah Tangga

27 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • IUD

    Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren Mode Rambut Sukainah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah
  • Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga
  • Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID