Mubadalah.id – Alam semesta secara faktual adalah warna-warni, beragam, dan plural. Keanekaragaman itu telah ada sejak Tuhan menciptakannya. Wujud keragaman alam semesta ini adalah kehendak Tuhan untuk manusia. Dalam warna-warni, ada keindahan. Dalam keragaman, ada rahmat. Bahkan dalam pluralitas, ada dinamika kehidupan.
Syekh Syamsi Tabrizi, guru spiritual Maulana Jalaluddin Rumi itu, menyampaikan kata-kata indah:
“Kita semua diciptakan menurut citra Allah. Pada saat yang sama, masing-masing kita diciptakan berbeda dan unik. Tak ada orangyang sama. Tak ada dua hati yang sama. Jika Tuhan ingin semua orang sama, maka Dia sudah menciptakan demikian.”
“Oleh karena itu, orang yang tidak menghargai perbedaan atau memaksakan pandanganmu terhadap orang lain sama saja dengan tak menghargai aturan dan keputusan Tuhan.” (Syamsi Tabrizi, Kaidah Cinta).
Realitas alamiah semesta itu menunjukkan bahwa tidak ada makhluk yang sama di muka dunia sejak ia diciptakan Tuhan sampai hari ini, dan mungkin sampai kiamat. Yang ada adalah kemiripan, keserupaan, dan seakan-akan belaka.
Perbedaan manusia tersebut tidak hanya menyangkut wajah, melainkan juga pikiran, keinginan, cinta-cita, hasrat, keyakinan, atau agama dan jalan hidup.
Perbedaan antarmanusia adalah sunnatullah atau ketentuan Allah. Maka siapa pun tak mungkin bisa menghilangkannya dan tidak bisa pula mengingkarinya. Pengingkaran terhadap sunnatullah adalah penolakan terhadap kehendak Tuhan.
Semua diciptakan Tuhan untuk kebahagiaan manusia. Meskipun berbeda-beda, tetapi semua dan setiap manusia ingin bahagia dan ingin dihargai atau dihormati hakhaknya. Ini tak bisa dipaksakan oleh dan kepada siapapun.
Karena itu, siapa pun sejatinya tidak boleh memaksakan kehendaknya, keyakinannya, dan pilihannya kepada orang lain, apalagi dengan menggunakan cara-cara kekerasan.
Karena hal itu berarti merenggut hak-hak dasarnya, hak yang sudah Tuhan berikan. Bahkan tidak juga Nabi Saw. Beliau tak bisa dan tak boleh memaksakan keyakinan agama yang Nabi bawa kepada orang lain Kepada kekasih-Nya itu, Allah berfirman:
لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ
“Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.” (QS. al-Ghasyiyah (88): 22). []