• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Film In Front of Us Ingatkan Perlunya Memandang Bullying dari Perspektif Korban

Seseorang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya jadi korban bullying sebelum pernah jadi korban

M. Daviq Nuruzzuhal M. Daviq Nuruzzuhal
12/03/2024
in Film
0
Film In Front of Us

Film In Front of Us

794
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kasus mengenai bullying masih ramai kita perbincangkan hingga saat ini. Berbagai peristiwa bullying sering kali juga muncil di beranda media sosial kita. Bahkan, akhir-akhir ini sorotan media terhadap kasus bullying semakin meluas. Belum lagi dari banyaknya rekaman video amatir tentang pembulian yang berseliweran di reels medsos kita.

Meskipun banyak berita dan video mengenai bullying yang terjadi di masyarakat kita. Namun masyarakat terutama pihak terkait dan pemangku kekuasaan masih kurang memperhatikan. Menurut Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), terdapat 30 kasus perundungan di sekolah yang telah dilaporkan ke pihak beranang. Berbeda dengan tahun 2022 silam yang hanya mencapai 21 kasus.

Data tersebut hanya kasus yang sudah pihak berwenang tangani. Belum mencakup kasus-kasus yang tersembunyi yang pihak lembaga sembunyikan dengan dalih menjaga nama baik. Yang lebih parahnya lagi, banyak yang mendukung aksi bullying dengan berbagai alasan. mulai dari karena fisik, sifat dan latar belakang yang berbeda.

Atas dasar itu, seringkali saat ada orang melihat bullying di sekitar, mereka akan cenderung diam dan tutup mulut. Tidak juga melapor, tidak juga membela dan melakukan hal-hal aman lainnya. Maka dari itu, dalam memandang bullying, harus kita lihat dari sudut pandang korban agar tidak terjadi salah paham.

Film In Front of Us

In front of us memiliki arti “di depan kita.” Film ini menyajikan bagaimana perspektif seorang siswi saat menjadi korban perundungan. Yang lebih unik, sutradara film ini merekam seluruh adegan dengan kamera ponsel. Ditambah lagi, footage yang sutradara gunakan adalah bagian depan aktris, sehingga ketika kita menontonnya akan melihat ekspresi dan apa yang ia rasakan selama film berlangsung.

Baca Juga:

Dari Disabilitas Emosional hingga Kritik Sosial dalam ‘Seberapa Candu Cinta itu’

Melawan Kebencian dengan Empati

Menciptakan Ruang Nyaman Belajar dan Aman dari Perundungan di Pesantren

Rekontekstualisasi Tradisi Pesantren dan Implementasi Pesantren Ramah Anak

Kisah dimulai dengan seorang siswi baru yang bernama Laras yang dibully oleh teman-teman sebayanya lantaran ia begitu cantik. Perundungan sudah dimulai ketika Laras memperkenalkan di depan kelas. Berbagai verbal bullying terlontar dari teman-teman laras. Tak berhenti sampai di situ saja, hari berikutnya ia menerima perlakuan yang tidak pantas dari teman-temannya.

Mulai dari penyiraman air saat jam kosong, meletakkan permen karet serta kecoa di atas kepala, pelemparan bola saat sedang makan sampai ancaman dan kekerasan fisik terhadap Laras. Pada film ini juga terlihat Laras begitu tertekan terhadap apa yang tema-temannya lakukan kepadanya.

Tak ada siapa pun yang membela dirinya ketika teman-temannya merundungnya. Satu-satunya yang menguatkan dirinya hanyalah kedua orang tuanya. Di akhir film, ia akhirnya memutuskan pergi ke psikolog, berkonsultasi terkait apa yang ia alami. Meski tak ada yang peduli, pada akhirnya ia bisa melewatinya.

Ia melewati semua bullying yang ia terima dengan lapang dada. Dengan senyuman yang menyejukkan hingga pelaku bullying merasa bosan untuk menggangunya. Ia kemudian menyampaikan sesuatu kepada pemirsa tentang apa yang pemirsa lihat adalah nyata di depan kita.

Perlunya Memandang Dari Perspektif Korban

Manusia sejatinya tidak akan bisa merasakan apa yang orang lain rasakan sebelum mengalaminya sendiri. Kita tak bisa tahu bagaimana sakitnya terjatuh sebelum kita mengalaminya. Hal ini juga berlaku terhadap kasus bullying di sekitar kita.

Seseorang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya jadi korban bullying sebelum pernah jadi korban. Makanya banyak siswa-siswa, tenaga pendidik dan pihak terkait tak peduli terhadap kasus bullying di depan mereka.

Di sinilah urgensi dari memandang bullying dari perspektif korban. dengan begitu, kita bisa melihat dan membayangkan apa yang korban rasakan sehingga empati akan muncul dalam diri kita sedikit demi sedikit. E. B.Titchener adalah orang yang pertama kali memperkenalkan kata empati pada tahun 1909, sebagai terjemahan dari kata bahasa Jerman Einfuhlung yang berarti “memasuki perasaan orang lain”.

Pada akhinya film In Front of Us mengajak kita untuk berempati terhadap para korban bullying, film ini mencoba menghadirkan perspektif korban dengan detail supaya rasa empati akan timbul di dalam diri pemirsa. Dengan begitu, angka perundungan tak lagi bertambah setiap tahunnya. []

 

Tags: bullyingempatifilm in front of usPerspektif Korbanperundungan
M. Daviq Nuruzzuhal

M. Daviq Nuruzzuhal

Mahasiswa jurusan ilmu falak UIN Walisongo Semarang yang menekuni Islamic Studies dan isu kesetaraan. Allumni MA NU TBS dan Ponpes Raudlatul Muta'allimin Jagalan 62 Kudus

Terkait Posts

Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

21 Mei 2025
Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Otoritas Agama

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

25 April 2025
Film Indonesia

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

17 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version