• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Husnudzan pada Sang Pemilik Hidup, Belajar dari Ibu Nyai Masriyah Amva

Apa yang telah dipraktikkan Ibu Nyai Masriyah Amva senafas dengan pesan Nabi yang kerap kita dengar, bahwa Allah sesuai dengan persangkaan hamba-Nya

Zahra Amin Zahra Amin
28/01/2022
in Pernak-pernik
0
Ibu Nyai

Ibu Nyai

163
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rabu, 26 Januari 2022, kami dari Redaksi Mubadalah.id, Kiai Faqihuddin Abdul Kodir beserta Ibu Mimin Mu’minah, taziyah ke Kiai Mumu Muhyidin di Ponpes Kebon Jambu Babakan Ciwaringin, yang istrinya baru saja wafat beberapa hari kemarin. Dalam kesempatan tersebut, selain diterima Kiai Mumu, juga Ibu Nyai Masriyah Amva turut serta membersamai. Obrolan hangat mengalir di antara kami.

Banyak hikmah yang saya catat dari petuah Ibu Nyai, yang paling saya ingat adalah “Selalu husnudzan atau positif thinking dengan Gusti Allah sang Pemilik Kehidupan.” Sambil dawuh demikian, Ibu Nyai mengajak kami berkeliling pesantren menunjukkan beberapa area bangunan, gedung yang baru saja selesai dibangun, dan taman yang masih proses finishing.

Beliau bertutur, semua pembangunan di area pondok pesantren tanpa proposal, atau minta-minta sumbangan. Semua dengan niat bismillahirrahmanirrahim, dijalani, ditangani, dan digerakkan sendiri dengan hanya mempekerjakan dua orang. Seperti rayap, yang tak pernah berhenti bekerja hingga menghasilkan sesuatu. Ada, nggak ada uang, pembangunan terus berjalan.

Sambil berkeliling pesantren itu, saya membayangkan para santri duduk-duduk sambil menghafalkan bait-bait Alfiyah Ibnu Malik, atau lalaran nadzoman lainnya. Atau beberapa ayat al qur’an serta hadits yang hendak disetorkan dalam tugas harian mereka. Ah betapa nikmatnya jadi santri. “Insya Allah, jika kita yakin dan percaya atas pertolongan Allah, segala hal yang tak mungkin, dan tak masuk akal, akan mewujud nyata. Kuncinya adalah husnudzan tadi.” Demikian ungkapnya.

Begitu beliau masuk ke ruangan, kami berbisik-bisik. Maqam kami tentu beda dengan Ibu Nyai, dan sepertinya “tangan dingin” Ibu Nyai mengelola pesantren dan pengembangannya, plus dengan ribuan santri, menjadi kharisma tersendiri. Semakin membuktikan jika ulama perempuan, sosok Ibu Nyai pun mampu, dan bisa memimpin pondok pesantren.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Ibu Nyai Masriyah Amva sendiri sudah 14 tahun memimpin Pondok Pesantren Kebon Jambu, Babakan Ciwaringin Cirebon, Jawa Barat. Beliau menggantikan kepemimpinan sang suami, KH Muhammad, yang meninggal pada 2006 silam. Pondok pesantrennya tersebut pernah menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) yang pertama pada 2017.

Selama ini, Ibu Nyai Masriyah Amva dikenal produktif menuliskan pengalaman dan gagasan-gagasannya dalam bentuk buku yang mengajak perempuan agar hidup mandiri, tak menyandarkan nasib pada suami, berpikiran maju, terbuka, dan toleran terhadap keberagaman serta perbedaan. Bahkan, melalui penanya tersebut, pada 2014 lalu, Ibu Nyai Masriyah Amva menerima anugerah Penghargaan S.K. Trimurti 2014 dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Kembali pada wejangan “husnudzan pada sang pemilik kehidupan”, apa yang telah dipraktikkan Bu Nyai Masriyah Amva senafas dengan pesan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (Saw) yang kerap kita dengar, bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala (Swt) sesuai dengan persangkaan hamba-Nya.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu ( kumpulan Malaikat). (H.R. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675 )

Dalam hadits ini tersirat sebuah ajakan dari Rasulullah SAW agar kita berusaha selalu dekat dengan Allah SWT, berbaik sangka (husnudzan) dan tidak berburuk sangka (su’udzhan) kepada-Nya. Karena Allah SWT “berbuat” sesuai prasangka hamba-Nya. Bila seorang hamba berprasangka bahwa Allah itu jauh, maka Allah pun akan “menjauh”, sebaliknya bila ia berprasangka bahwa Allah itu dekat, maka Allah pun akan “mendekat” kepadanya.

Lewat hadits ini Rasulullah SAW pun mengajarkan umatnya untuk selalu berpikir positif dalam segala hal. Karena semua kejadian, apa pun itu, berada sepenuhnya dalam genggaman Allah SWT dan terjadi karena seizin-Nya. Dengan berpikir positif, seseorang akan mampu menyikapi setiap kejadian dengan cara terbaik.

Selain itu, ia pun akan mampu menghadapi hidup dengan optimis. Betapa tidak, ia dekat dengan Allah Dzat Penguasa yang ada. Karena itu, Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa orang beriman itu tidak pernah rugi, diberi nikmat dia bersyukur. Syukur adalah kebaikan bagi dirinya, diberi ujian dia bersabar, dan sabar adalah kebaikan bagi dirinya.

Bahkan, sebuah penelitian yang dilakukan Harvard University membuktikan bahwa kesuksesan seseorang 85 persen ditentukan sikap, dan 15 persen sisanya ditentukan  keterampilan dan intelektualitas. Sikap itu sendiri dibentuk  pikiran. Dengan kata lain, 85 persen kesuksesan dan kegagalan ditentukan kualitas pikiran. Dalam konteks bahasan ini, kesuksesan untuk dekat dengan Allah sangat dipengaruhi sejauh mana seseorang berpikir positif tentang Allah SWT.

Dan dari sosok Ibu Nyai Masriyah Amva, yang kini masuk dalam jajaran pengurus PBNU 2022-2027, kita belajar banyak hal, bahwa beliau telah membuktikan makna husnudzan terhadap Allah SWT, melalui perjalanan profil Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Cirebon, yang sepeninggal Kiai wafat hanya tertinggal 300-an santri, kini telah bermukim 1400-an santri, baik laki-laki maupun perempuan. Sungguh, kepemimpinan perempuan dan ulama perempuan tak perlu lagi ada keraguan. []

 

 

 

 

Tags: Jaringan KUPIPerempuan Ulamaulama perempuan
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version