• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Kilas Balik Perjuangan Santri dalam Kemerdekaan Republik Indonesia

Perjuangan santri dalam kemerdekaan Republik Indonesia adalah bagian penting dari sejarah bangsa yang tidak bisa kita abaikan

Muhammad Syihabuddin Muhammad Syihabuddin
17/08/2024
in Featured, Publik
0
Perjuangan Santri

Perjuangan Santri

826
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Santri, sebagai elemen penting dalam masyarakat Indonesia, telah memainkan peran yang signifikan dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak masa penjajahan Belanda hingga proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, santri tidak hanya berperan sebagai pelajar agama tetapi juga sebagai pejuang yang berkontribusi dalam perjuangan melawan kolonialisme.

Awal Mula Keterlibatan Santri dalam Perjuangan

Sejarah keterlibatan perjuangan santri dalam perjuangan kemerdekaan bisa kita telusuri jauh ke belakang. Yakni sebelum Indonesia secara resmi merdeka. Pondok pesantren sebagai pusat pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan ilmu agama tetapi juga menyisipkan nilai-nilai nasionalisme dan semangat anti-penjajahan. Hal ini terlihat dari banyaknya kyai dan santri yang terlibat dalam berbagai perlawanan terhadap penjajah.

Salah satu contohnya adalah Perang Diponegoro (1825-1830), di mana Pangeran Diponegoro yang merupakan seorang bangsawan Jawa dengan latar belakang pendidikan agama Islam. Dia mendapatkan dukungan dari para ulama dan santri. Perlawanan ini menjadi salah satu peristiwa penting yang menandakan peran aktif santri dalam perjuangan melawan penjajahan.

Resolusi Jihad dan Peran Sentral Kyai Hasyim Asy’ari

Peran santri semakin menonjol setelah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926 oleh Kyai Hasyim Asy’ari dan tokoh-tokoh ulama lainnya. NU menjadi organisasi yang tidak hanya berfokus pada urusan keagamaan tetapi juga pada isu-isu kebangsaan. Ketika Jepang menduduki Indonesia, banyak ulama dan santri yang turut terlibat dalam perjuangan bawah tanah melawan pendudukan tersebut.

Namun, momen paling bersejarah yang menunjukkan peran santri secara eksplisit dalam perjuangan kemerdekaan adalah saat dikeluarkannya “Resolusi Jihad” oleh Kyai Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Resolusi ini lahir sebagai tanggapan atas kedatangan pasukan Sekutu yang didukung oleh Belanda di Surabaya, yang berniat untuk kembali menjajah Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.

Baca Juga:

Ki Hajar Dewantara: Antara Pendidikan dan Perjuangan Kelas Pekerja

Kemerdekaan Manusia, Tak Terpisahkan Dengan Prinsip Kesetaraan

Hari Pahlawan 10 November: Peran Perempuan di Pertempuran Surabaya

Santri Gen-Z Memaknai Ulang Semangat Resolusi Jihad

Resolusi Jihad ini menyerukan kepada seluruh umat Islam, khususnya para santri, untuk berjihad melawan penjajah demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Seruan ini bukan hanya sekedar seruan moral, tetapi dianggap sebagai fatwa yang wajib diikuti oleh seluruh umat Islam. Akibatnya, ribuan santri dan rakyat Surabaya tergerak untuk ikut berperang melawan tentara Sekutu dalam pertempuran 10 November 1945, yang kemudian terkenal sebagai Hari Pahlawan.

Perjuangan di Berbagai Daerah

Tidak hanya di Jawa, perjuangan santri dalam kemerdekaan juga terjadi di berbagai daerah lain di Indonesia. Di Aceh, perlawanan terhadap penjajah Belanda sangat kuat, dengan para ulama seperti Teungku Cik Di Tiro yang memimpin perjuangan gerilya. Perlawanan ini terus berlanjut hingga periode kemerdekaan, di mana para santri dan ulama tetap menjadi penggerak utama dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Di Jawa Barat, peran ulama dan perjuangan santri dalam kemerdekaan juga sangat menonjol. Kyai Ahmad Sanusi dari Sukabumi, misalnya, terkenal sebagai tokoh yang sangat vokal menentang penjajahan dan aktif dalam pergerakan nasional. Begitu juga dengan Kyai Abdullah bin Nuh yang terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah di daerah Banten.

Peran Pasca Kemerdekaan

Pasca kemerdekaan, para santri dan ulama tidak lantas berhenti berjuang. Mereka tetap berkontribusi dalam membangun negara dan menjaga keutuhan Republik Indonesia. Santri-santri dari berbagai pesantren terus berperan dalam pendidikan, dakwah, serta memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan yang selaras dengan ajaran Islam.

Selain itu, banyak santri yang kemudian menjadi tokoh penting dalam pemerintahan dan politik Indonesia, membawa nilai-nilai yang mereka dapatkan dari pesantren ke dalam pengelolaan negara. Hal ini menandakan bahwa peran santri tidak hanya terbatas pada masa perjuangan kemerdekaan, tetapi juga dalam upaya menjaga dan memajukan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat.

Perjuangan santri dalam kemerdekaan Republik Indonesia adalah bagian penting dari sejarah bangsa yang tidak bisa kita abaikan. Dari awal masa penjajahan hingga setelah proklamasi kemerdekaan, santri telah menunjukkan bahwa mereka adalah bagian integral dari perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Peran mereka bukan hanya sebagai pelajar agama, tetapi juga sebagai pejuang yang berkomitmen untuk mempertahankan tanah air dari penjajahan. Dengan semangat jihad yang mereka pegang teguh, santri turut serta menorehkan sejarah emas dalam perjalanan panjang kemerdekaan Republik Indonesia. []

Tags: Hari Santri NasionalkemerdekaanKH Hasyim Asy'ariPerjuangan SantriResolusi Jihad
Muhammad Syihabuddin

Muhammad Syihabuddin

Santri dan Pembelajar Instagram: @syihabzen

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kehamilan Tak Diinginkan

    Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version