Mubadalah.id – Dalam sebuah pernikahan hubungan seks merupakan sebuah kebutuhan, yang penting untuk dikomunikasikan. Baik untuk istri maupun untuk suami. Hubungan seks harus dilakukan berdasarkan keinginan dan kesiapan kedua belah pihak (suami dan istri) agar hubungan seks tersebut menjadi suatu hal yang menyenangkan dan bernilai ibadah untuk keduanya.
Namun ketika berbicara di wilayah publik mengenai hubungan seks atau seks education seolah membicarakan suatu aib dan dianggap tabu. Padahal hal tersebut membantu kita mengetahui mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak baik dilakukan artinya kita bisa memahami mana yang sehat dan mana yang tidak sehat.
Dalam relasi suami dan isteri jangan menganggap bahwa ketika sudah menikah suami bebas mengajak dan meminta hubungan seks kepada istri se-maunya sendiri, seperti tidak memperdulikan apakah isteri mau, apakah istri siap dan apakah istri dalam keadaan sehat (baik jasmani maupun rohani).
Agar tercipta hubungan seks yang menyenangkan, menyehatkan, dan menjadikan nilai ibadah untuk keduanya, tentunya hubungan seks perlu dikomunikasikan antara suami dan istri. Hubungan seks bukan hanya sekedar hubungan suami istri, dan kondisi dimana kapan suami ingin menjalankan, dan kapan isteri ingin memegang kendali.
Hubungan seks harus dilandaskan pada keinginan dan kesiapan keduanya, ketika melakukan hubungan suami istri hendaknya keduanya merasakan keamanan dan kenyamanan. Melakukan hubungan seks antara suami dan istri perlu dikomunikasikan agar setiap pasangan mengetahui dan memahami kapan waktu yang tepat untuk melakukannya agar kedua perasaan antara suami dan istri bisa satu frekuensi.
Kemudian hubungan seks atau seksual bukan hanya menyatukan kedua perasaan namun juga menyatukan fisik, yang dimulai dari foreplay sampai penutupan keduanya harus bisa saling mengerti apa yang diinginkan pasangan, agar tidak hanya mendapatkan kepuasan secara fisik namun juga secara batin.
Dengan adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri hal tersebut akan mempermudah tiap individu dalam memahami suami mau seperti apa, dan isteri mau seperti apa. Mana yang tidak senang dilakukan dan mana yang senang dilakukan. Hubungan seks atau seksual bukan hanya hak suami tetapi juga ada hak istri yang tidak boleh diabaikan.
Ibu Nur Rofiah, Dosen Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta, melemparkan sebuah pernyataan, mengapa hubungan seks antara suami dan istri perlu dikomunikasikan? Karena kenikmatan dan kenyamanan bukan hanya milik suami tetapi juga milik istri, sehingga saat berhubungan seks keduanya harus sama-sama merasakan kenikmatan.
Mengkomunikasikan hubungan seks antara suami dan istri, juga membantu memperbaiki hubungan lain yang sebelumnya tidak sempat dikomunikasikan. Sudah sewajarnya jika suami dan istri sama-sama mengungkapkan apa saja hal-hal yang disukai dan hal-hal yang tidak disukai, yang kemudian bisa mengambil jalan tengah agar baik untuk keduanya, dan tidak berpotensi memicu permasalahan lain.
Komunikasi seputar seks antara suami dan istri juga dapat membantu meminimalisir kasus kekerasan dalam rumah tangga (KRDT). Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) memang merupakan suatu hal yang tidak pernah diinginkan siapapun akan terjadi, namun tercatat KDRT salah satunya sering dipicu oleh persoalan seksualitas.
Tentu, pemicunya ada banyak hal, salah satunya kurang terjalin komunikasi, baik yang berasal dari keluarga miskin maupun keluarga kaya, dan juga terkait kelancaran komunikasi terutama pada tahun-tahun pertama pernikahan. KDRT dijumpai pada keluarga berpendidikan tinggi maupun rendah, kaya maupun miskin. Menurut penelitian, komunikasi yang cukup efektif dan terarah dapat membantu menurunkan tingkat kasus KDRT.
Mengapa komunikasi dapat membantu menurunkan kasus KDRT? Karena dengan komunikasi yang baik dan terarah, suami akan memahami betul bagaimana perasaan istri ketika sedang sakit tetapi diminta memenuhi hasrat seksual suami. Dalam kondisi demikian, suami akan memahami perasaan istri ketika sedang mengalami mood swing, atau kecemasan berlebihan.
Begitupun istri, akan memahami betul ketika suaminya tidak mau menjalankan hubungan seks saat permasalahan di tempat kerja membuat emosinya tidak stabil, dan membutuhkan perhatian serta pengertian sang istri. Dari komunikasi yang baik bukan tidak mungkin akan menciptakan keharmonisan, dan kebahagiaan hakiki di dalam rumah tangga. []