• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

Kisah cinta Najwa dan Ibrahim membuktikan bahwa pernikahan yang dilandasi prinsip kesetaraan dan saling mendukung bukanlah sekadar impian.

Muhaimin Yasin Muhaimin Yasin
26/05/2025
in Keluarga
0
Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pernikahan sejatinya adalah ikatan suci yang memberikan ruang bagi kedua pihak untuk bertumbuh bersama. Bukan tentang siapa yang berkorban dan siapa yang harus sukses, tetapi bagaimana keduanya saling mendukung untuk mencapai potensi terbaik masing-masing.

Di tengah masyarakat yang masih sering mempertentangkan keberhasilan karir dengan keharmonisan rumah tangga, terutama bagi perempuan, kisah Najwa Shihab dan Ibrahim Sjarief Assegaf hadir sebagai pengingat bahwa kedua hal tersebut bisa berjalan beriringan.

Berawal dari Pertemuan di Kampus Bergengsi

Pertemuan Najwa Shihab dan Ibrahim terjadi di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, sebuah awal yang kemudian mengukir kisah cinta inspiratif bagi banyak pasangan di Indonesia.

Mereka membuktikan bahwa relasi senior dan junior dalam dunia akademis dapat bertransformasi menjadi hubungan setara dalam kehidupan berumah tangga. Perbedaan yang awalnya terkesan hierarkis ini justru menjadi fondasi menarik yang memperkaya dinamika hubungan mereka.

Keputusan mereka untuk menikah pada Oktober 1997 bukan sekadar menyatukan dua hati yang saling mencinta. Lebih dari itu, pernikahan mereka mempertemukan dua visi kehidupan yang kemudian berjalin membentuk tapestri indah sebuah rumah tangga modern.

Baca Juga:

Melihat Istri Marah, Benarkah Suami Cukup Berdiam dan Sabar agar Berpahala?

Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

Ayat Al-Qur’an tentang Relasi Suami dan Istri

Upacara pernikahan mereka mencerminkan harmoni yang sempurna antara nilai tradisional dan pemahaman kontemporer tentang makna pernikahan, menghadirkan keseimbangan yang menjadi ciri khas hubungan mereka hingga kini.

Dukungan Tanpa Syarat sebagai Fondasi Hubungan

Hal yang membuat pernikahan Najwa Shihab dan Ibrahim begitu istimewa adalah komitmen untuk saling mendukung tanpa syarat. Ibrahim selalu hadir mendampingi Najwa di setiap tahapan hidupnya mulai dari masa kuliah, beradaptasi dengan peran sebagai ibu, hingga membangun dan mengembangkan karir profesionalnya yang sangat gemilang.

Kehadiran Ibrahim bukan sekadar fisik, melainkan juga dukungan emosional dan intelektual yang memungkinkan Najwa tumbuh menjadi salah satu jurnalis dan figur publik terkenal dan disegani di Indonesia.

Dukungan semacam ini mewujudkan prinsip kesalingan dalam rumah tangga. Ada kesediaan untuk saling menguatkan dan memberdayakan pasangan tanpa mengharapkan pengorbanan satu pihak demi keberhasilan pihak lain. Ibrahim memahami bahwa mendukung kesuksesan Najwa tidak mengurangi perannya sebagai suami, justru memperkaya makna kebersamaan mereka.

 Filosofi Tumbuh Bersama dalam Perjalanan Hidup

“Aku memang tumbuh bersama Baim di setiap tahapan momentum dalam hidup.” ungkap Najwa dalam sebuah kesempatan. Pernyataan ini menggambarkan esensi dari pernikahan mereka yang memberikan ruang untuk bertumbuh bersama, bukan hubungan yang membatasi atau mengorbankan potensi salah satu pihak.

Kisah pasangan ini menunjukkan bahwa kesuksesan karir tidak perlu kita pertentangkan dengan keharmonisan rumah tangga. Keduanya bisa berjalan seiring ketika ada kesepahaman dan komitmen bersama untuk saling mendukung. Ibrahim tidak melihat pencapaian istrinya sebagai ancaman terhadap posisinya dalam keluarga. Ia justru menjadi penyokong utama yang memungkinkan Najwa mencapai prestasi luar biasa dalam karirnya.

Dalam mengasuh putra mereka, Izzat Assegaf, mereka juga menerapkan prinsip kemitraan yang seimbang. Keduanya berbagi tanggung jawab pengasuhan dan pendidikan anak. Hal ini mengajarkan bahwa peran orangtua adalah kolaborasi yang tidak berdasarkan pada pembagian gender tradisional. Izzat tumbuh dalam lingkungan yang menghargai kesetaraan, menyaksikan langsung bagaimana orangtuanya menjalankan peran masing-masing dengan saling menghormati.

Keseimbangan Karir dan Kehidupan Keluarga

Pernikahan mereka mematahkan stereotip bahwa wanita harus memilih antara keluarga atau karir. Najwa membuktikan bahwa dengan dukungan pasangan yang tepat, seorang wanita bisa menjadi ibu yang baik sekaligus profesional yang berprestasi.

Ibrahim pun telah menunjukkan bahwa maskulinitas sejati tidak diukur dari dominasi, melainkan dari kemampuan untuk mendukung pasangan dan berbagi tanggung jawab. Mereka mengajarkan bahwa dalam pernikahan modern, peran dan tanggung jawab tidak lagi kaku terbagi berdasarkan gender, tetapi lebih fleksibel sesuai kebutuhan dan kesepakatan bersama.

Pelajaran Berharga tentang Kesetaraan dalam Rumah Tangga

Kisah cinta Najwa dan Ibrahim membuktikan bahwa pernikahan yang berlandaskan prinsip kesetaraan dan saling mendukung bukanlah sekadar impian. Ini adalah model nyata yang bisa terwujudkan ketika kedua belah pihak berkomitmen untuk menciptakan hubungan yang saling memberdayakan. Esensi pernikahan yang sejati bukanlah tentang dominasi atau subordinasi, melainkan tentang kemitraan yang memungkinkan kedua pihak mencapai potensi terbaik mereka.

Di tengah masyarakat yang masih kerap mempertanyakan kemampuan wanita berkarir untuk membangun rumah tangga harmonis, Najwa dan Ibrahim hadir sebagai bukti hidup bahwa keduanya tidak harus kita pertentangkan. Merekalah teladan nyata bahwa cinta yang sejati tidak membuat salah satu pihak mengecil, tetapi justru membuat keduanya bersinar bersama.

Seiring berjalannya waktu, Najwa dan Ibrahim terus menunjukkan bahwa pernikahan mereka bukan hanya bertahan tetapi semakin menguat. Mereka membuktikan bahwa komitmen pada kesetaraan bukanlah sekadar slogan. Melainkan praktik hidup yang memberikan manfaat nyata bagi keduanya. Dalam dunia yang terus berubah dengan ekspektasi sosial yang sering membingungkan, kisah mereka menjadi lentera yang menerangi jalan bagi pasangan lain yang mencari keseimbangan serupa.

Melalui perjalanan mereka, kita diingatkan bahwa pernikahan pada hakikatnya adalah persekutuan dua jiwa yang saling melengkapi, bukan kompetisi atau pengorbanan. Kesetaraan dalam rumah tangga bukan berarti semua harus sama dan identik, melainkan adanya penghargaan terhadap kontribusi unik masing-masing pihak untuk menciptakan harmoni bersama. Sampai meninggal dunia, Ibrahim adalah salah satu contoh partner hidup yang cocok untuk kita tiru perannya dalam keluarga. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt. []

Tags: CintaJodohkeluargaNajwa Shihab dan IbrahimRelasi
Muhaimin Yasin

Muhaimin Yasin

Pegiat Kajian Keislaman dan Pendidikan. Tinggal di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Terkait Posts

Perbedaan anak laki-laki dan perempuan

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

17 Juni 2025
Ibu Rumah Tangga

Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga

17 Juni 2025
Tanggung Jawab Perkawinan

Tanggung Jawab Pasangan Suami Istri dalam Menjaga Perkawinan

15 Juni 2025
Baru Menikah

Dinamika Pasangan Suami Istri yang Baru Menikah

13 Juni 2025
Kekerasan Finansial

Kisah Nyata Kekerasan Finansial dan Pentingnya Perjanjian Pranikah

11 Juni 2025
Dad's Who Do Diapers

Dad’s Who Do Diapers: Ayah Juga Bisa Ganti Popok, Apa yang Membuat Mereka Mau Terlibat?

10 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sister in Islam

    Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Indonesia-sentris, Tone Positif, hingga Bisentris Histori dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina
  • Berproses Bersama SIS Malaysia
  • Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia
  • Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID