• Login
  • Register
Sabtu, 4 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Lagu ”God, Allow Me (Please) to Play Music” Mendobrak Patriarki Melawan Stigmatisasi

Tak hanya sekedar musik, rasa yang diungkapkan oleh VOB (Voiche of Baceprot) ini adalah realitas sesungguhnya yang dialami oleh mayoritas perempuan di Indonesia

Lutfiana Dwi Mayasari Lutfiana Dwi Mayasari
07/11/2021
in Personal, Rekomendasi
0
Lagu

Lagu

146
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Lagu dengan judul “God, Allow Me (Please) to Play Music” dinyanyikan oleh salah satu band beraliran metal yang berasal dari Garut Jawa Barat. Dengan formasi yang terdiri dari tiga perempuan muda berhijab, group band yang menamai dirinya sebagai VOB (Voiche of Baceprot) ini menarik perhatian masyarakat. Selain karena penampilannya yang lebih cocok disebut santri, lirik lagu yang dibawakan pun penuh dengan nilai-nilai. Terutama nilai kesetaraan pada laki-laki perempuan yang saat ini menjadi korban sistem patriarki.

Salah satu lagunya yang penuh makna melawan stigmatisasi pada perempuan adalah “God, Allow Me (Please) to Play Music”. Berikut ini lirik lagu selengkapnya

Why today, many perceptions have become toxic?
Why today, many people wear religion to kill the music?
I feel like I am fallin’, washed down, swallowed by the crowd

I’m not the criminal
I’m not the enemy
I just wanna sing a song to show my soul
I’m not the corruptor
I’m not the enemy
I just wanna sing a song to show my soul

God, allow me please to play music
God, allow me please to play music
God, allow me please to play music
God, allow me please to play music

Why today, many perceptions have become toxic?
Why today, idealizations are abusing our mind?
I feel like I’m falling down, in the deep hole of hatred

I’m not the criminal
I’m not the enemy
I just wanna sing a song to show my soul
I’m not the corruptor
I’m not the enemy
I just wanna sing a song to show my soul

God, allow me please to play music
God, allow me please to play music
God, allow me please to play music
God, allow me please to play music

Tak hanya sekedar musik, rasa yang diungkapkan dalam lagu tersebut oleh VOB (Voiche of Baceprot) ini adalah realitas sesungguhnya yang dialami oleh mayoritas perempuan di Indonesia. Standar keshalehan perempuan dibatasi pada ruang domestik. Keikutsertaan perempuan di ranah publik acapkali distigma sebagai penyalahan kodrat. Apalagi jika dikaitkan dengan musik, perempuan akan mendapatkan beban ganda.

Kebebasan berekspresi dalam seni musik dibungkam menggunakan narasi agama yang misoginis. Perempuan yang berkecimpung dalam dunia music dianggap menyalahi aturan agama dengan dalih mengumbar aurat. Meskipun personilnya berhijab sekalipun, anggapan menyalahi kodrat nyatanya masih juga melekat.

VOB dalam lagunya “God, Allow Me (Please) to Play Music” ingin membuka wawasan semua orang bahwa yang ingin ia lakukan hanyalah mengembangkan seni music. Mereka meminta izin kepada Tuhan untuk memainkan musik. Namun di satu sisi, VOB merasa tertekan dengan persepsi publik atas musik.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Prinsip Mubadalah Adalah Prinsip Untuk Kesetaraan dan Kemanusiaan
  • Di Ruang Publik, Perspektif Mubadalah Meniscayakan Kesetaraan Lelaki dan Perempuan
  • “Oh Indonesiaku” Lagu Nasida Ria yang Membincang Kerukunan di Negara yang Plural
  • Feminisme Islam dan Setelahnya

Baca Juga:

Prinsip Mubadalah Adalah Prinsip Untuk Kesetaraan dan Kemanusiaan

Di Ruang Publik, Perspektif Mubadalah Meniscayakan Kesetaraan Lelaki dan Perempuan

“Oh Indonesiaku” Lagu Nasida Ria yang Membincang Kerukunan di Negara yang Plural

Feminisme Islam dan Setelahnya

Padahal yang mereka inginkan hanyalah mengembangkan bakat mereka dalam bermusik. Mereka bukan koruptor, bukan penjahat, bukan musuh public, mereka hanya ingin bermain music. Namun kenapa justru stigmatisasi dan penghakiman atas dasar agama dan moral justru sering ditujukan kepada mereka khusunya, dan kepada seluruh perempuan berhijab pada umumnya. Seolah mereka adalah seorang kriminal kelas kakap hanya karena bermain music.

Bukan tanpa alasan, persepsi publik atas perempuan dalam bidang musik di Indonesia bahkan di dunia pada umunya lahir dari ideologi patriarkis. Menempatkan perempuan hanya sebagai pendukung laki-laki. Maka kemandiriannya adalah sebuah problematika, dan masalah. Musik, lagu dan segala alat pendukungnya seperti gitar, bass, drum seolah hanya ditujukan milik laki-laki saja. Sehingga perempuan yang mencoba menyentuh dan memainkan alat-alat tersebut akan dianggap tabu dan menyalahi kodrat. Entah kodrat mana yang dimaksud, karena dalam agama Islam tidak pernah ada satupun dalil yang menyatakan bahwa kodrat perempuan bukan di dunia musik.

Kepiawaiannya dalam memainkan musik dan lagu, dengan penampilan muslimahnya, dan lirik-lirik lagunya yang penuh makna merepresentasikan kedirian perempuan sebagai manusia. Bukan sebagai penduduk bumi kelas tertentu yang dikonstruksikan oleh manusia itu sendiri. Sebuah penolakan atas stigmatisasi terhadap kedirian perempuan yang dianggap sebagai suatu tatanan baku yang anti kritik.

Tak hanya di Indonesia, banyak musisi kelas dunia yang mengagumi karya VOB (Voiche of Baceprot). Pada November dan Desember tahun ini, VOB (Voiche of Baceprot) dijadwalkan akan melakukan Tour Eropa dengan tema “Fight Dream Believe”. Sebuah pencapaian luar bisa untuk sebuah group band bearaliran metal, dengan penampilan muslimah, dan narasi-narasi kesetaraan.

Semoga tour Eropa yang akan dijadwalkan pada bulan November dan Desember ini berjalan lancar. Dan semoga nilai-nilai kesetaraan perempuan yang dibawa oleh VOB (Voiche of Baceprot) melalui  lagu “God, Allow Me (Please) to Play Music” ini bisa membuka kesadaran kita semua. Bahwa music tak mengenal jenis kelamin, musik tak mengenal agama, music adalah kapasitas dan kemampuan yang berhak dikembangkan oleh semua orang. Tanpa memandang ras, suku, agama, dan jenis kelamin. []

Tags: KesetaraanLagupatriarkiVoiche Of Baceprot
Lutfiana Dwi Mayasari

Lutfiana Dwi Mayasari

Dosen IAIN Ponorogo. Berminat di Kajian Hukum, Gender dan Perdamaian

Terkait Posts

Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

3 Februari 2023
Satu Abad NU

Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

3 Februari 2023
Nikah di KUA

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

2 Februari 2023
Wasiat Buya Husein

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

1 Februari 2023
Akhlak Manusia

Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

1 Februari 2023
Patah Hati

Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

31 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Satu Abad NU

    Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist