• Login
  • Register
Sabtu, 10 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Layla Majnun (1) ; Kisah Cinta Abadi

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
02/03/2020
in Hikmah
0
227
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Layla. Boleh jadi itulah nama seorang perempuan yang paling banyak disebut orang sekaligus dijadikan nama bagi anak perempuan. Ia dipakai sebagai lambang sosok perempuan lembut, bersahaja, melankoli dan keelokan yang mempesona. Di dunia Timur Tengah nama ini dikenal luas dalam kisah cinta abadi antara “Qais dan Layla”, atau “Layla-Majnun”. Ada puluhan novel yang menceritakan kisah percintaan Layla-Qais atau “Layla-Majnun”.

Nama lengkapnya Layla binti Mahdi bin Sa’d bin Ka’b bin Rabi’ah. Sementara nama lengkap kekasih abadinya adalah Qais bin Mulawwih (Mulawwah) bin Muzahim bin ‘Adas bin Rabi’’ah bin Ja’dah bin Ka’b bin Rabi’ah. Sebagian orang menyebut Qais bin Mu’adz dari Kabilah Amir.

Kisah cinta Layla-Qais, dipandang masyarakat sebagai cinta abadi dan legendaris. Sebuah cinta paling indah, menggetarkan, menguras air mata sekaligus merupakan sebuah kisah cinta yang berakhir tragis. Ia telah menginspirasi banyak sastrawan besar dunia untuk menulis kisah cinta abadi yang senafas, seperti Romeo and Juliet, karya William Shakespeare, Romi dan Juli, Magdalena-Stevan, karya Alphose Karr berjudul Sous les Tilleus (Dalam bahasa Perancis berarti, “Di Bawah Pohon Tilia”) yang kemudian diterjemahkan atau disadur dengan sangat apik oleh Musthafa al-Manfaluthi, menjadi “Majdulin”, dan juga kisah cinta Hayati dan Zainuddin dalam novel terkenal Tenggelamnya Kapal Vanderwijck, karya Buya Hamka yang mengebohkan itu, “Baridin-Ratminah” di Cirebon, Jawa Barat dan lain-lain.

Kisah Cinta Layla-Qais, ditulis oleh sejumlah sastrawan dunia dan sufi besar dari berbagai negara Arab, Persia, Turki, India dan lain-lain dengan versi yang berbeda-beda. Mereka antara lain: Al-Ashmu’i (w. 215 H), Arab, Nizami Ganjavi, Nizam al-Din, (w. 599 H), Persia, Sa’d al-Syirazi (w. 1291 M) Persia, Abd al-Rahman al-Jami (w. 1492 M), Persia , Amir Khasru al-Dihlawi (w. 1325 M), asal Turki kemudian pindah ke Delhi, Ahmad Syauqi (1932 M), Mesir, dan lain-lain.

Sebagaimana kisah Rabi’ah al-‘Adawiyah, Kisah Layla-Majnun juga kontroversial dari aspek apakah ia riil, menyejarah, ada, atau hanya “legenda”, “dongeng” “simbol” belaka. Apakah ia adalah karya khayali para sastrawan yang dituturkan dari mulut ke mulut, berdasarkan tradisi lisan. Para sastrawan yang menulis kisah ini juga berbeda-beda menuturkan jalan ceritanya. Saya kira dalam hal ini tidaklah penting untuk diperdebatkan keras-keras, sebagaimana juga terhadap kisah Rabi’ah al-‘Adawiyah. Hal yang utama adalah kisah itu sendiri.

Baca Juga:

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

Kita mengambil salah satunya saja. Seperti film Gita Cinta di SMA, kisah cinta Layla dan Qais juga bermula di sekolah. Qais dan Layla adalah pelajar di sebuah sekolah dengan kelas yang berbeda. Qais kakak kelas. Qais pelajar cerdas dan ganteng. Layla, murid paling cantik dan pintar.

Mereka bertemu di sana secara kebetulan, tak disengaja. Mata Qais bertemu mata Layla. Cahaya mata Qais menembus jantung jiwa Layla dan cahaya mata Layla menusuk relung jiwa Qais. Lalu mereka terpenjara oleh sebuah rasa yang asing tetapi indah yang tiba-tiba hadir. Layla dan Qais tak bisa makan, minum dan tak bisa tidur.

Mereka disergap oleh rasa selalu ingin bertemu dan bicara manis. Hari-hari dirasakan keduanya seperti berjalan lama atau lambat. Keduanya tiba-tiba menjadi penyair. Mereka mendadak pandai menggubah puisi. Salah satu puisinya yang cukup terkenal adalah ini:

نَهَارِى نَهَارُ النَّاسِ حَتَّى إِذَا بَدَا
لِىَ الَّليْلُ هَزَّتّنِى اِلَيكَ الْمَضَاجِعُ
اَقْضِى نَهَارِى بِالْحَدِيثِ وَبِالْمُنَى
وَيَجْمَعُنِى وَالْهَمُّ بِاللَّيْلِ جَامِعُ
لَقَدْ أَثْبَتَتْ فِى اْلقَلْبِ مِنْكِ مَحَبَّةً
كَمَا تَثْبُتُ فِى الرَّاحَتَيْنِ الْاَصَابِعُ

Siangku adalah siang manusia yang lain
Bila malam tiba, tidurku sering terganggu wajahmu
Sepanjang siang aku habiskan untuk perbincangan manis dan harapan-harapan
Dan sepanjang malamku, aku dicekam murung dan kerinduan
Cintaku padamu telah tertanam di relung kalbuku
Jari-jari dua tangan kami merekat erat

(Bersambung).

KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

perempuan di ruang domestik

Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

9 Mei 2025
PRT

Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

9 Mei 2025
Aurat dalam Islam

Aurat dalam Islam

9 Mei 2025
Menikah adalah Separuh Agama

Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?

9 Mei 2025
Menikah sebagai Kontrak Kesepakatan

Menikah sebagai Kontrak Kesepakatan

8 Mei 2025
Membaca Ayat Kesaksian Perempuan

Cara Membaca Ayat Kesaksian Perempuan Menurut Ibnu Rusyd dan Ibnu Al-Qayyim

8 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • PRT

    Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aurat dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah
  • Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?
  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama
  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version