• Login
  • Register
Jumat, 9 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mari Kita Cerita tentang Poligami; Sekarang, Bukan Nanti.

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
11/02/2020
in Personal
0
165
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dua hari ini, saya kesal sekali melihat berita yang sedang viral di media,  mulai dari facebook, youtube, Instagram dan Story Whatsaap. Anda tau apa yang sedang viral? Ya, sebuah video pendek berisi tentang “seorang istri pertama yang mengantarkan suaminya untuk menikah dengan istri keduanya.” Jujur naluri perempuan saya bergejolak, mbok jangan kan mengantar suami nikah dengan perempuan lain, tahu laki-laki yang tengah dekat dengan kita, stalking perempuan lain di instagram saja sudah cukup membuat lara ati.

Baiklah, saya mulai penasaran mengapa video tersebut viral, sehingga membuat mata saya sakit melihatnya. Hampir semua teman  facebook saya membagikan unggahan tersebut, lengkap dengan  caption Subhanallah dan Masya Allah.  Yang lebih membuat saya heran, teman-teman perempuan saya banyak yang ikut andil dalam mem-viralkan unggahan tersebut.

Saya terdorong untuk menelusuri dan menonton video-video nya di youtube, sampai saya rela membaca tulisan yang cukup panjang, yang diyakini sebagai bentuk klarifikasi dari ibu insial AD sebagai istri pertama dari seorang suami yang sholehnya kebangetan itu.

Tapi, kalau dipikir panjang, isi tulisan tersebut agak sedikit absurd dan tidak meyakinkan. Masa iya, ibu AD menyebutkan alasan meminta suaminya untuk menikahi perempuan lain, karena ia merasa kewalahan mengurus pesantren dan perusahaan tekstil milik suaminya.

Hai mbak, emang enggak bisa ya, cari karyawan buat membantu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan itu, atau coba libatkan santri-santrinya. Selain, mbak nya juga akan terbantu, mbak juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka. Kan lebih bermanfaat.

Baca Juga:

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

Aurat dalam Islam

Tidak hanya itu, cara ibu AD meminta temannya untuk bersedia menjadi madunya juga sangat menggelikan. Jadi begini pemirsa, ibu AD tidak sengaja dipertemukan dengan teman lamanya, setelah banyak berkomunikasi dan mungkin bergosip ria di Whatsapp. Upss, maksudnya bernostalgia. Ibu AD dengan sangat santainya meminta temannya itu untuk bersedia menikah dengan suaminya, tentu tujuannya supaya mereka bisa bekerjasama dalam mengurus pesantren dan perusahaan tekstil.

Entah apa yang merasuki mereka, akhirnya mereka menyetujui rencana tersebut dan terlaksanalah acara pernikahan yang menjadi viral tersebut.

Tapi, begini. Saya sama sekali tidak melarang bahkan sampai menyalahkan pilihan ibu AD ini. Itu keputusan yang mungkin sangat baik bagi kehidupan mereka. Namun, poligami kan merupakan masalah pribadi yang seharusnya tidak perlu dikampanyekan. Tidak semua orang mempunyai penerimaan yang sama, apalagi sampai menjadi tolok ukur keimanan seseorang.

Ketika saya mengikuti kegiatan Ngaji Keadilan Gender Islam (KGI) yang diselenggarakan oleh Jaringan Cirebon Untuk Kemanusiaan beberapa bulan yang lalu di Cirebon, dalam forum tersebut, seorang anak laki-laki bercerita dengan terbata-bata sambil menangis kepada ibu Dr. Nurofi’ah, Bil. Uzm, tentang keadaan keluarganya.

Ia tengah depresi karena melihat bapaknya menikahi perempuan lain, ia juga sangat terpukul ketika ibunya jatuh sakit setelah mengetahui bapaknya menikah lagi. Dengan nada yang sangat emosional ia mengatakan “ia sangat ingin membunuh bapaknya, karena telah menyakiti anak-anak dan istrinya”.

Cerita lain juga datang dari keluarga saya di kampung, di daerah Garut, kejiwaannya terganggu setelah suaminya meminta ijin untuk menikah dengan perempuan lain, yang merupakan tetangganya sendiri.

Tidak hanya itu, dalam buku sunnah monogami karya Dr. Faqih Abdul Qodir di bagian prolog yang ditulis oleh ibu Lies Marcoes, juga banyak diceritakan kisah-kisah perempuan korban poligami yang menderita, karena mereka merasa sangat direndahkan.

Misalnya, kisah  teman ibu Lies sewaktu kuliah yang terkenal sangat aktif, tegar, punya harga diri tinggi, pintar, berani dan lumayan keras, tetapi mental dan keperibadiannya ambruk ketika suaminya berpoligami. Ia hidup dalam penuh kepura-puraan, yang awalnya jarang berdandan, ia menjadi orang yang rajin menggunakan make up dan sering menggunakan pakaian yang tak biasa ia kenakan.

Melihat pengalaman-pengalaman tersebut, saya sangat setuju dengan pernyataan ibu Lies Marcoes bahwa poligami adalah proses pembunuhan karakter perempuan, yang dengan poligami perempuan merasa dipojokkan, kehilangan harga diri, kehilangan daya dan kehilangan logika.

Dengan begitu, seharusnya memang suami tidak berpoligami. Jika memang ia sayang dengan istrinya, walaupun istrinya meminta, sebaiknya dipertimbangkan kembali apakah akan banyak madharat atau mashlahatnya, terutama dengan kehidupan anak-anaknya.

Misalnya, dalam kasus Ibu AD ini, ia meminta suaminya untuk menikah lagi karena alasan kewalahan dengan pekerjaan, bisa jadi itu adalah sebuah kode  dari ibu AD untuk suaminya agar ia lebih peka, sehingga si suami mencari solusi bagaimana menghadapi persoalan tersebut, selain memiliki istri baru. BISA JADI BEGITU…..

Untuk mengakhiri ghibah syar’i ini saya ingin menutupnya dengan poin penting dari Dr. Faqih Abdul Qodir. Jika sabar dan setia itu baik dan berpahala, maka suami dan istri dituntut untuk bersabar serta setia kepada pasangannya, agar keduanya di cintai oleh Allah Swt.

Semoga di tahun 2020 gerakan #IndonesiaTanpaPoligami menjadi perjuangan bersama…[]

Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Kisah Luna Maya

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

9 Mei 2025
Waktu Berlalu Cepat

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

9 Mei 2025
Memilih Pasangan

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

8 Mei 2025
Keheningan

Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

8 Mei 2025
Separuh Mahar

Separuh Mahar untuk Istri? Ini Bukan Soal Diskon, Tapi Fikih

7 Mei 2025
Aktivitas Digital

Menelaah Konsep Makruf dalam Aktivitas Digital

7 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Kesaksian Perempuan

    Kritik Syaikh Al-Ghazali atas Diskriminasi Kesaksian Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saksi Perempuan Menurut Abu Hanifah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro
  • Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?
  • Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai
  • Aurat dalam Islam
  • Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version