• Login
  • Register
Senin, 21 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Mazmur dan Suara Alam: Ketika Bumi Menjadi Mitra dalam Memuji Tuhan

Dalam ajaran Kristen dan Islam, Tuhan merupakan pemilik atas seluruh ciptaan, bukan hanya Tuhan bagi manusia.

Laurensius Rio Laurensius Rio
21/07/2025
in Publik
0
Mazmur

Mazmur

890
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam Kitab Suci Kristiani, khususnya dalam Perjanjian Lama terdapat satu bagian yang berisi puji-pujian kepada Allah Sang Pencipta. Yang menarik puji-pujian tersebut tidak hanya dilantunkan oleh manusia, tetapi juga oleh alam semesta. Bagian tersebut disebut dengan Mazmur.

Dalam Kitab Mazmur, terdapat pujian yang berasal dari manusia dan alam, seperti sungai, gunung, langit, binatang. Semuanya bersatu dalam nyanyian semesta yang menyembah Sang Pencipta. Dalam kacamata iman beberapa agama, alam bukan hanya sebagai tempat tinggal manusia, tetapi juga bagian integral dari ciptaan.

Alam menjadi rekan kerja manusia dalam memuji dan meluhurkan keagungan Sang Pencipta. Ia bukan hanya sekedar objek yang bisa dieksploitasi oleh manusia, tetapi juga subjek untuk memuji Allah. Dalam kitab Mazmur sangat jelas bagaimana alam sebagai ciptaan juga meluhurkan nama Sang Pencipta.

Nyanyian Semesta yang Inklusif

“Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorai… Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN.” Mazmur 96:11 & 98:8

Kitab Mazmur merupakan kitab yang berisi puji-pujian kepada Allah. Kitab ini lahir dari refleksi dan permenungan spiritual, penderitaan, syukur, dan relasi dengan Sang Pencipta. Namun yang menarik, puji-pujian dalam Mazmur tidak berfokus semata pada manusia. Tetapi, juga mengundang seluruh ciptaan, yaitu langit, bumi, binatang untuk bersukacita, bersorak-sorai dan memuji Allah.

Baca Juga:

Pesan Terakhir Nabi Saw: Perlakukanlah Istri dengan Baik, Mereka adalah Amanat Tuhan

Belajar Mencintai Tuhan dari Rabi’ah Al-Adawiyah

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

Hal ini membawa sebuah penyadaran kepada manusia bahwa dalam memuliakan Allah, ia tidak sendiri. Dengan kata lain manusia memiliki mitra atau rekan dalam meluhurkan nama Allah Sang Pencipta. Inilah pengalaman spiritualitas yang bisa membebaskan manusia dari perasaan egoisme.

Isi dari Mazmur ini juga menjadi sebuah nyanyian dari alam semesta untuk memuji Allah. Ini menggambarkan bahwa alam juga adalah subjek dan bukan hanya sekadar objek semata. Alam adalah tempat kehadiran ilahi, bukan sekadar sumber daya yang dapat dieksploitasi.

Keadilan Ekologis dalam Perspektif Iman

Apa yang tertulis dalam kitab Mazmur sebenarnya tidak hanya untuk orang Kristiani, tetapi juga semua manusia. Jika merenungkan lebih jauh, kitab mazmur sendiri menunjukkan adalah relasi mubadalah atau relasi kesalingan. Jika dalam konteks sosial mubadalah menolak dominasi satu pihak atas yang lain, maka dalam konteks ekologis, prinsip yang sama menolak dominasi manusia atas alam.

Karena alam juga menjadi subjek dalam memuji Allah, maka juga harus terjadi relasi kesalingan dan keadilan. Alam yang ada saat ini bukan tempat untuk memperkaya diri, melainkan tempat untuk memuji Sang Pencipta. Manusia harus sadar bahwa ketika manusia merusak bumi, ia juga merusak hubungan dengan Sang Pencipta.

Dengan bertindak adil kepada alam, manusia sebenarnya sedang menjalankan perintah Sang Pencipta. Dalam iman Kristiani, Allah meminta manusia untuk merawat dan memelihara bumi. Sedangkan dalam Islam, Allah meminta manusia untuk merawat bumi dengan menjadikan manusia sebagai wakil Allah (khalifah fil ardh).

Ketika Alam Merintih, Masihkah terdengar Mazmur Pujian?

Dalam situasi sekarang, sepertinya tidak terdengar lagi suara pujian alam, tetapi suara rintihan dan jeritan. Hutan yang semakin gundul, sungai yang tercemar, dan masih banyak lagi menjadi penyebab alam merintih kesakitan. Ia menjerit dengan keras karena merasakan sebuah kerusakan yang sangat luar biasa.

Di satu sisi, manusia semakin rakus dan tamak. Amanah untuk menjaga dan merawat bumi kini telah berubah karena hawa nafsu dan keegoisan mereka. Manusia sudah tidak bisa melihat bahwa alam juga subjek yang memuji Allah. Mereka hanya melihat bahwa alam adalah objek untuk kepuasan diri sendiri.

Alam yang dalam perspektif kitab suci menjadi rekan manusia untuk memuji Sang Pencipta, kini menjadi saksi bahkan korban dari kerakusan dan kelalaian manusia. Yang lebih ironis, manusia tetap melantunkan doa dalam ruang-ruang ibadah, seolah alam sedang baik-baik saja.

Dalam ajaran Kristen dan Islam, Tuhan merupakan pemilik atas seluruh ciptaan, bukan hanya Tuhan bagi manusia. Maka, penderitaan bumi bukan sekadar isu lingkungan, melainkan persoalan spiritual. Jika Tuhan hadir dalam ciptaan, maka kerusakan alam adalah juga bentuk kekerasan terhadap kehadiran Tuhan.

Maka, marilah kita bersama alam semesta bernyanyi dan meluhurkan Sang Pencipta. Kita menjadi manusia yang berdoa bukan hanya dengan bibir, tetapi juga dengan tangan yang menanam, hati yang peduli, dan langkah yang ringan terhadap bumi. Mazmur pujian akan terdengar kembali bukan karena suara kita paling nyaring, tapi karena kita memilih untuk menyanyi bersama alam. []

Tags: alamKristianiLingkunganmanusiamazmurMitrapujianTuhan
Laurensius Rio

Laurensius Rio

Seorang biarawan dan calon Imam  Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ), yang saat ini menjalani formatio calon imam dan hidup membiara di Jogjakarta. Saat ini menempuh pendidikan dengan Program Studi Filsafat Keilahian di Fakultas Teologi Wedhabakti, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Terkait Posts

Erika Carlina

Dari Erika Carlina Kita Belajar Mendengarkan Tanpa Menghakimi

21 Juli 2025
Tren S-Line

Tren S-Line: Ketika Aib Bukan Lagi Aib

21 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menguatkan Peran Ibu Nyai Pesantren dengan Penulisan Ulang Sejarah Ulama Perempuan

20 Juli 2025
Yamal

Yamal, Mari Sadar!

19 Juli 2025
Penghayat Kepercayaan

Tantangan Menghadapi Diskriminasi Terhadap Penganut Penghayat Kepercayaan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

19 Juli 2025
COC

COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

18 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • low maintenance friendship

    Low Maintenance Friendship: Seni Bersahabat dengan Sehat, Bahagia, dan Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mazmur dan Suara Alam: Ketika Bumi Menjadi Mitra dalam Memuji Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tren S-Line: Ketika Aib Bukan Lagi Aib

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mudir Ma’had Aly Kebon Jambu Soroti Fiqh al-Usrah dan SPS sebagai Distingsi Wisuda ke-5

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mazmur dan Suara Alam: Ketika Bumi Menjadi Mitra dalam Memuji Tuhan
  • Mengapa Istri Paling Rentan secara Ekonomi dalam Keluarga?
  • Dari Erika Carlina Kita Belajar Mendengarkan Tanpa Menghakimi
  • S.Fu: Gelar Baru, Tanggung Jawab Baru Bagi Lulusan Ma’had Aly Kebon Jambu
  • Tren S-Line: Ketika Aib Bukan Lagi Aib

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID