Membaca Ayat Madu, Membaca Ayat Toleransi

Pelajaran yang bisa kita petik, jika ingin menjadi makhluk sosial yang baik adalah meneladani gaya hidup lebah. Makhluk-makhluk kecil itu menyapa bunga dan buah sebanyak mungkin yang mereka bisa

Ayat Madu

Ayat Madu

Mubadalah.id – Madu, seperti yang kita lihat, adalah minuman yang selalu menjadi idola banyak orang, atau bahkan seluruhnya. Nyaris tidak seorang pun yang tidak menyukai madu. Mulai dari rasanya yang nikmat hingga urusan khasiat madu yang luar biasa. Sampai-sampai al-Qur’an menyatakannya sebagai syifa’un linnas (dalam komponen ayat madu terdapat obat bagi umat manusia).

Jika Anda bertemu dengan penjual madu, peternak lebah atau pun pemburu madu liar di hutan-khususnya yang muslim-boleh dipancing dengan pertanyaan-pertanyaan seputar khasiat madu. Dapat kita pastikan jawaban mereka akan diawali, disisipi atau diakhiri dengan penggalan surah an-Nahl (69), fihi syifa’un linnas. Selebihnya mereka akan bicara bahwa madu dapat meningkatkan imunitas tubuh, menyehatkan jantung, menjaga sistem pencernaan dan seterusnya.

Sebuah apresiasi untuk pengetahuan seperti ini. Namun, kali ini penulis akan mengajak pembaca untuk setingkat lebih tinggi dari tukang madu. Tidak hanya menghafal ayat dan menyebutkan khasiat, tetapi juga menyingkap rahasia mengapa cairan manis itu bisa menjadi obat?

Kajian Ayat Madu dalam al-Qur’an

Kita akan mulai dari membahas teks al-Qur’an yang menjelaskan tentang ayat madu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah an-Nahl (69);

ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسۡلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلٗاۚ يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٞ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ ‌فِيهِ ‌شِفَآءٞ لِّلنَّاسِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ

“Makanlah dari segala (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan menuju Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.”

Ayat madu di atas, dalam kajian para ulama ushul (al-ushuliyun)-khususnya dalam menafsirkan kalimat Kuli min kulli at-tsamarat (makanlah dari segala macam buah-buahan)-melahirkan sebuah kesimpulan bahwa lebah-lebah itu meminum segala macam bauh-buahan dan serbuk sari bunga tanpa pilah pilih.

Kesimpulan ini muncul karena adanya lafal kulli at-tsamarat yang berarti setiap buah-buahan. Dalam ilmu ushul fiqh, pendekatan ini disebut dengan teori Am (umum) yang merupakan bagian dari kajian analisis teks.

Kaitannya dengan teori ini, syekh Zakaria al-Anshari mengutip statement al-Qarafi terkait sebuah kaidah dalam karyanya yang berjudul Ghayatul Wushul fi Syarhi Lubbil Ushul (hal. 73) yang berbunyi;

إن دلالة العام على ‌كل فرد من أفراده

“Sasaran makna lafal Am itu adalah setiap persona yang dicakup oleh lafal tersebut.” Sehingga, jika kembali membaca ayat di atas dengan pendekatan teori ini, maka tidak salah ketika menghasilkan kesimpulan seperti yang kita sebutkan. Dan akan sangat singkron dengan teks-teks setelahnya.

Jadi, mengapa Allah dengan sangat lugas menyatakan bahwa pada madu terdapat obat bagi sekalian manusia, dan mengapa Dia di awal ayat madu memerintahkan lebah-lebah itu untuk menyantap semua buah-buahan dan serbuk sari bunga. Keduanya pasti memiliki tali kelindan erat yang tidak bisa dilepaskan.

Persinggungan Ayat Madu dan Nilai Toleransi

Di antara sebait hikmah yang dapat saya tangkap terkait hubungan antara lebah yang menyerap semua serbuk sari bunga dengan madu yang penuh khasiat, adalah nilai toleransi. Saya menangkap nilai toleransi yang indah dalam ayat tentang madu.

Dalam kajian tafsir al-Qur’an disebutkan, bahwa satu ayat dengan ayat lain memiliki hubungan yang tidak boleh diabaikan, khususnya dalam menafsirkan al-Qur’an, istinbathul ahkam dan seterusnya. Apalagi hubungan setiap kaliamt dalam satu ayat. Tentu menyimpan rahasia yang besar.

Secara tidak langsung, melalui ayat tentang madu ini Allah subhanahu wa ta’ala menyelipkan ajaran toleransi yang besar. Pemahaman terbalik (mafhum mukhalafah) dari penyebutan kulli at-tsamarat (setiap buah-buahan). Di mana nantinya dijelaskan bahwa madu yang keluar dari perut lebah bisa menjadi obat bagi manusia.

Sementara itu madu tidak akan pernah bisa menjadi obat jika lebahnya hanya menyerap serbuk sari dari satu macam bunga saja. Dan ini tidak mungkin terjadi. Sebab Allah telah menciptakan hukum alam seperti yang tercantum dalam surah an-Nahl ayat 69.

Jadi, jika kita bertanya faktor mengapa madu bisa menjadi obat bagi manusia? Tentu jawabannya-seperti keterangan al-Qur’an-karena lebah-lebah itu meminum tidak hanya satu sari pati buah dan serbuk sari bunga. Melainkan mengumpulkan sekian banyak yang bisa mereka kumpulkan.

Dari itu, pelajaran yang bisa kita petik, jika ingin menjadi makhluk sosial yang baik adalah meneladani gaya hidup lebah. Makhluk-makhluk kecil itu menyapa bunga dan buah sebanyak mungkin yang mereka bisa. Tanpa terjebak oleh nama, macam dan jenis. Inilah yang masyhur dengan istilah simbiosis mutualisme. Di mana dua simbiosis itu dapat hidup berdampingan dan saling menguntungkan.

Belajar dari Nilai Kesalingan Lebah

Berkat kesalingan yang terjalin di antara mereka adalah sebuah keuntungan besar bagi umat manusia. Seperti menikmati keindahan taman bunga yang semakin hari semakin banyak dan tentunya dapat menikmati kenikmatan dan khasiat madu yang luar biasa.

Sekali lagi, umat manusia seharusnya mampu menjalin hubungan baik yang resiprokal dengan sesama manusia. Baik dengan cara menyambung tali silaurahmi, saling memaafkan, saling mambantu, saling menasehati, saling tolong menolong dalam kebaikan dan saling-saling lainnya. Dengan demikian, kita bisa tumbuh menjadi insan yang dapat mengeluarkan obat bagi manusia yang lain; melalui perkataan, tingkah laku, pemikiran dan seterusnya.

Selain membangun kesalingan dengan sesama manusia, kita juga harus mampu membangun relasi baik itu dengan seluruh ciptaan Tuhan; flora dan fauna, misalnya. Mengingat, tak bisa kita pungkiri ketergantungan hidup kita dengan oksigen yang segar. Dan itu kita dapatkan dari setiap pepohonan yang tumbuh di dunia ini. Namun sayang, hasrat rendah dan egoisme manusia yang lahir dari kesadaran yang dangkal mengubah mereka menjadi predator pohon berdarah dingin.

Semoga kita semua, setapak demi setapak mampu menjalin relasi baik dengan manusia dan alam. Sebagaimana lebah dan bunga-bunga indah itu. Sehingga bisa mengeluarkan madu yang bermanfaat besar bagi seluruh makhluk. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab. []

Exit mobile version