• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mengaji Norma dan Realita antara Monogami dan Poligami (Part II)

Materi kajian ini berdasarkan hasil penelitian Prof. Nina yang berjudul Renegotiating Polygamy in Indonesia Between Moeslim Discourse and Women’s Lived Expiriences yang sudah diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul Women, Islam, and Everyday Life: Renegotiating Polygamy in Indonesia.

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
02/06/2021
in Keluarga
0
Poligami

Poligami

204
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kelompok yang ketiga seperti Muhammad Abduh dan juga aktivis feminis muslim yang melarang berpoligami karena khawatir tidak adanya keadilan dan cenderung melihat hukum poligami berdasarkan double movement (dua gerakan), yaitu gerakan yang dilihat dari masa sekarang ke masa lalu saat  ayat diturunkan untuk mengetahui konteks mengapa Allah menurunkan ayat tersebut. Karena al-Qur’an Surah an-Nisa ayat 3 kerap ditafsirkan sebagai perintah berpoligami.

Dari metode double movement ini, kita akan memahami makna yang terkandung pada ayat tersebut sehingga dapat mengaplikasikan spirit message of the Qur’an pada masa saat ini.  Sejarah QS. An Nisa ayat 3 diturunkan berawal dari kaum muslim yang mengalami kekalahan dari peperangan sehingga banyak dari mereka yang meninggalkan istri dan anaknya menjadi seorang janda  dan yatim.

Oleh sebab itu, Rasulullah SAW meminta pada para sahabat yang hidup untuk mengurus harta anak yatim tersebut. Tetapi tidak sedikit dari mereka yang justru menukarkan atau menggunakan harta anak yatim tersebut. Bahkan ada pula yang tertarik untuk menikahi anak yatim tersebut namun tidak ingin memberikan mahar yang wajar karena anak yatim tidak memiliki wali (pelindung).

Pelindung di sini Prof. Nina Nurmila paparkan jika seandainya anak yatim tersebut diberi mahar yang tidak wajar, contoh mahar wajarnya 20 gram emas tetapi anak yatim tersebut diberi mahar 10 gram emas. Sehingga apabila ia tidak menyetujuinya, ia tidak memiliki wali untuk menolak mahar tersebut sehingga rentan mengalami ketidakadilan.

Tetapi keadaan ini justru dimanfaatkan oleh beberapa sahabat yang ingin menikahi anak yatim tersebut dan juga ingin menguasai harta mereka tanpa harus mengeluarkan mahar yang sewajarnya. Padahal pada ayat sebelumnya telah Allah sampaikan dalam al-Qur’an Surah an-Nisa ayat 2 yang berbunyi:

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

وَاٰتُوا الْيَتٰمٰىٓ اَمْوَالَهُمْ وَلَا تَتَبَدَّلُوا الْخَبِيْثَ بِالطَّيِّبِ ۖ وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَهُمْ اِلٰٓى اَمْوَالِكُمْ ۗ اِنَّهٗ كَانَ حُوْبًا كَبِيْرًا – ٢

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka, janganlah kamu menukar yang baik dengan yang buruk, dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sungguh, (tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar.

Oleh sebab itu, turunlah ayat al-Qur’an Surah an-Nisa ayat 3 agar para sahabat yang ingin menikahi anak yatim tersebut tidak berlaku dzalim. Sehingga ayat ini pun pada dasarnya dapat ditafsirkan bahwa jika seorang laki-laki tidak mampu untuk berlaku adil, maka cukuplah menjalani pernikahan monogami (fawahidatan).

Syariah firman Allah inilah yang harusnya dijelaskan pada masyarakat. Bukan pemahaman (fiqh) yang saat ini dikenal banyak orang bahwa Islam memperbolehkan poligami, karena pada dasarnya al-Qur’an tidak memperbolehkan poligami apabila ayat-ayat tersebut dibaca, diartikan, dan ditafsirkan sampai selesai.

Pada ayat tersebut juga akhirnya disampaikan apabila para sahabat tersebut ingin menikah namun tidak ingin memberikan mahar yang layak, maka  nikahilah hamba sahaya perempuan yang kamu miliki (aw ma malakat aymanukum). Sehingga perbuatan ini akan menghindarkan para sahabat di masa itu untuk tidak berlaku dzalim atau aniaya dan dapat berbuat adil pada pasangannya.

Sifat adil ini pula yang dijelaskan oleh al-Qur’an Surah an-Nisa ayat 129 bahwa sesungguhnya manusia tidak akan dapat berlaku adil meskipun ingin berbuat demikian karena manusia memiliki sifat kecenderungan yang lebih pada sesuatu yang disukai termasuk dalam hal ini adalah pasangan.

Selain itu, ayat-ayat di atas juga menjadi bukti bahwa Islam secara perlahan mengubah tradisi berpoligami pada masa lalu yang mana poligami sudah umum dipraktekan tanpa batas jumlah istri dan tanpa aturan keadilan dalam menjalin sebuah relasi pernikahan.

Kini dengan adanya ayat-ayat tersebut, fenomena berpoligami di masyarakat kini telah bereformasi yang tadinya tanpa aturan dan batasan kini hanya dapat dilakukan dengan syarat harus dapat berlaku adil dan hanya terbatas pada maksimal empat perempuan. Jika tidak mampu maka akan lebih baik jika menjalani pernikahan monogami.

Menutup materi norma monogami dan poligami ini, Prof Nina mengutip perkataan Kiai Husein, seharusnya saat ini yang digaungkan bukanlah pernikahan poligami melainkan pernikahan monogami sebagai salah satu bentuk pernikahan yang direformasi oleh Islam dari sebuah tradisi yang rentan dengan ketidakadilan, khususnya terhadap perempuan menuju pernikahan yang eksklusif dan resiprokal. []

Baca tulisan sebelumnya “Mengaji Norma dan Realita, Antara Monogami dan Poligami Part I”

Tags: Fiqih Keluargahukum keluarga IslamIndonesiaislamKompilasi Hukum IslamMonogamiperkawinanpoligami
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui [email protected].

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Mengirim Anak ke Barak Militer

Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

10 Mei 2025
Menjaga Kehamilan

Menguatkan Peran Suami dalam Menjaga Kesehatan Kehamilan Istri

8 Mei 2025
Ibu Hamil

Perhatian Islam kepada Ibu Hamil dan Menyusui

2 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version