Mubadalah.id – Di era digital, gaya hidup masyarakat semakin dipermudah oleh berbagai layanan keuangan yang memungkinkan kita “membeli sekarang, bayar nanti” atau yang terkenal sebagai Pinjol atau PayLater. Dari belanja online hingga pembayaran tagihan, Pinjol telah menjadi pilihan populer bagi banyak orang yang ingin mendapatkan akses cepat ke barang dan jasa.
Namun, di balik kenyamanan yang ditawarkan, terdapat jebakan finansial yang sering kali kita abaikan: bunga tinggi dan ketergantungan pada utang.
Dalam Islam, konsep riba (bunga) sangat dilarang karena dampak negatifnya pada individu dan masyarakat secara keseluruhan. Tulisan ini akan menjelaskan mengapa Islam melarang riba, terutama dalam konteks Pinjol, serta bagaimana kita bisa bijak mengelola keuangan agar terhindar dari utang berbasis bunga.
Memahami Konsep Riba
Riba adalah istilah dalam Islam yang berarti tambahan atau keuntungan yang kita peroleh dari transaksi utang piutang atau jual beli yang tidak adil. Allah secara tegas melarang riba dalam Al-Qur’an karena riba dianggap sebagai bentuk eksploitasi terhadap orang yang membutuhkan.
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena (tekanan) penyakit gila.” (QS. Al-Baqarah: 275)
Larangan riba bukan hanya berlaku pada individu yang meminjamkan uang, tetapi juga pada sistem ekonomi yang mengadopsi prinsip riba sebagai basis operasionalnya. Seperti halnya Pinjol, bunga yang dibebankan kepada pengguna adalah bentuk riba yang dilarang dalam Islam.
Banyak orang yang menggunakan Pinjol terjebak dalam lingkaran utang berbunga tinggi karena mereka tergoda dengan promosi dan kemudahan pembayaran di muka tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya.
Dampak Riba
Dampak negatif riba sangat luas, mencakup berbagai aspek kehidupan. Pertama, dari segi kesejahteraan individu, riba menciptakan ketergantungan finansial yang merugikan. Ketika seseorang menggunakan layanan Pinjol dengan bunga tinggi, mereka cenderung akan terus menerus berutang untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.
Utang berbasis riba menciptakan tekanan psikologis yang besar. Banyak pengguna Pinjol yang merasa cemas, stres, dan bahkan depresi karena terus-menerus dikejar oleh pembayaran bunga yang tidak kunjung habis.
Kedua, riba juga berdampak negatif pada masyarakat. Ketika sebagian besar orang terjebak dalam utang berbunga, daya beli masyarakat secara keseluruhan akan menurun. Hal ini akan mempengaruhi stabilitas ekonomi, di mana banyak orang tidak lagi memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka karena terjerat utang.
Rasulullah sangat menentang praktik riba karena riba merusak tatanan sosial dan ekonomi masyarakat, sebagaimana dalam sabdanya,
“Allah melaknat pemakan riba, yang memberi makan dengan riba, yang mencatat riba, dan dua saksi yang menyaksikan riba, dan beliau bersabda: Mereka semua adalah sama.” (HR. Muslim).
Antara Kenyamanan dan Bahaya Riba
Dalam beberapa tahun terakhir, layanan Pinjol telah merambah hampir semua aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari belanja online, pemesanan makanan, hingga pembayaran tiket perjalanan.
Melalui penawaran diskon, cashback, dan promosi menarik lainnya, Pinjol telah menjadi solusi cepat bagi banyak orang yang ingin mendapatkan sesuatu tanpa harus membayar di muka. Namun, di balik kemudahan tersebut, ada bunga tinggi yang siap menjerat pengguna yang tidak bijak dalam mengelola keuangan.
Jika kita telisik orang-orang yang dengan mudah terjerat pinjaman ini, sebagian besar mereka menggunakan layanan ini untuk kebutuhan konsumtif, seperti membeli pakaian, skincare, dan barang-barang rumah tangga. Ironisnya, hanya sebagian kecil yang menggunakannya untuk kebutuhan yang benar-benar mendesak.
Ketika seseorang mulai menggunakan Pinjol untuk kebutuhan konsumtif, mereka cenderung terus menerus menumpuk utang. Utang ini, disertai bunga tinggi, akan semakin membebani mereka di kemudian hari.
Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip Islam yang mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan menghindari utang yang tidak perlu.
Rasulullah bersabda, “Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu.” (HR. Tirmidzi).
Solusi Islami: Mengelola Keuangan Tanpa Riba
Islam mengajarkan solusi keuangan yang halal dan bebas riba sangat dianjurkan. Ada beberapa langkah yang bisa kita ambil untuk menghindari jeratan Pinjol dan utang berbunga lainnya:
Perencanaan Keuangan yang Matang
Perencanaan keuangan yang matang adalah fondasi penting untuk mencapai kesejahteraan finansial yang berkelanjutan. Dalam konteks penggunaan fitur seperti Pinjol, memiliki rencana keuangan yang jelas menjadi sangat penting agar tidak mudah tergoda dengan penawaran “beli sekarang, bayar nanti” yang kerap disertai bunga tinggi.
Langkah pertama dalam perencanaan ini adalah membuat alokasi pengeluaran bulanan yang rinci. Dengan mengetahui kebutuhan dasar dan batasan pengeluaran, seseorang bisa menghindari pengeluaran impulsif. Selain itu, perencanaan keuangan juga mencakup kebiasaan menabung untuk kebutuhan mendesak sehingga tidak perlu berutang untuk hal-hal yang sifatnya darurat atau mendesak.
Menyusun Prioritas Kebutuhan
Sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu, penting untuk mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar merupakan kebutuhan atau hanya sekadar keinginan. Sikap hati-hati ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong hidup sederhana dan menghindari perilaku berlebihan.
Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra: 27)
Memanfaatkan Layanan Keuangan Syariah
Bagi mereka yang membutuhkan pembiayaan, solusi syariah menjadi alternatif yang lebih sesuai dengan prinsip Islam karena bebas dari riba. Saat ini, banyak lembaga keuangan syariah menawarkan produk seperti murabahah (jual beli dengan margin), musyarakah (kerja sama), dan ijarah (sewa) yang memberikan pembiayaan tanpa bunga.
Dengan memilih layanan keuangan syariah, seseorang tidak hanya terhindar dari riba, tetapi juga membantu memperkuat ekonomi berbasis syariah yang lebih adil dan sejalan dengan nilai-nilai Islam.
Menghindari Gaya Hidup Konsumtif
Seringkali, riba dan utang konsumtif berkaitan erat dengan gaya hidup yang berorientasi pada kepuasan sesaat dan konsumsi berlebihan. Dalam perspektif Mubadalah, kesejahteraan finansial tidak hanya tercapai dengan memiliki banyak uang, tetapi juga dengan kemampuan untuk mengelola keuangan secara bijak dan hidup sederhana.
Gaya hidup konsumtif yang mendorong seseorang untuk terus berutang demi memenuhi keinginan hanya akan menciptakan lingkaran utang yang sulit dihindari. Dengan menghindari gaya hidup seperti ini, kita dapat menjaga kesehatan finansial dan mencapai ketenangan batin.
Membangun Solidaritas dan Tolong-Menolong
Islam mengajarkan bahwa tolong-menolong dalam kebaikan adalah kewajiban bagi setiap Muslim, termasuk dalam hal keuangan. Jika ada saudara atau teman yang membutuhkan dana, akan lebih baik jika kita membantu mereka secara langsung daripada membiarkan mereka terjebak dalam utang berbunga tinggi.
Allah berfirman
“Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia mendapatkan kelapangan.” (QS. Al-Baqarah: 280)
Menghindari Pinjol
Dalam menghadapi godaan Pinjol, tindakan paling bijak adalah menahan diri dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan finansial. Islam mengajarkan kita untuk berpikir jangka panjang dan menghindari utang yang dapat menjerumuskan kita dalam riba. Dengan menghindari riba, kita menjaga kehormatan diri, ketenangan batin, dan keberkahan dalam harta.
Sebagaimana Nabi bersabda,
“Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya mengenai empat perkara: di antaranya mengenai hartanya, dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan.” (HR. Tirmidzi).
Bijak Mengelola Keuangan
Islam sangat menekankan pentingnya keberkahan dalam harta dan kehidupan. Salah satu cara untuk menjaga keberkahan tersebut adalah dengan menghindari riba dan tidak terjebak dalam utang berbasis bunga seperti Pinjol.
Dengan hidup sederhana, merencanakan keuangan dengan bijak, dan saling tolong-menolong, kita dapat mencapai kesejahteraan finansial yang diridai Allah. Mari kita berkomitmen untuk menjaga diri dan keluarga dari bahaya riba serta berusaha menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan penuh berkah. []