• Login
  • Register
Jumat, 13 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

Seni menjadi ruang ekspresi yang merdeka, tempat imajinasi bertumbuh serta suara-suara minoritas dan kelompok rentan bergema.

Putri Nadha Putri Nadha
31/05/2025
in Personal, Rekomendasi
0
Disabilitas dan Seni

Disabilitas dan Seni

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kreativitas merupakan hak semua orang, termasuk disabilitas. Setiap individu memiliki potensi untuk berkreasi dan mengekspresikan diri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Kreativitas dapat terwujudkan dalam berbagai bentuk, salah satunya yaitu seni.

Berbicara mengenai seni, banyak sekali bentuk ekspresi seseorang di dalamnya. Mulai dari mendedahkan ide kreativitas dalam bentuk lukisan, kerajinan tangan, musik, dan lainnya.

Begitupun dengan penyandang disabilitas, juga menempati posisi yang sama dalam mengekspresikan diri di bidang seni. Tidak ada batasan bagi semua orang termasuk difabel untuk membuat karya seni.

Hasil dari karya seni yang telah ada, tak jarang banyak pengapresiasian. Salah satunya yaitu dengan adanya pameran. Salah satu pameran seni yang saya datangi di tahun 2025 ini yaitu Suluh Sumurup Art Fest (SSAF), yang bertemakan “jejer”. Pameran ini berada di Yogyakarta, tepatnya di Taman Budaya Yogyakarta.

“Jejer” di dalam kehidupan berarti berdiri tegak, menatap dunia dengan keberanian, dan menjadi diri sendiri tanpa bayang-bayang siapa pun.

Baca Juga:

Realita Disabilitas dalam Dunia Kerja

Trans Jogja Ramah Difabel, Insya Allah!

Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

Belajar dari Malaysia Soal Akses Difabel

Pameran tersebut hadir karena penyandang disabilitas kerap kali tidak berada pada posisi sebagai subjek. Penyandang disabilitas sering kali menjadi objek belas kasihan.

Padahal, penyandang disabilitas merupakan subjek yang mempunyai kapasitas untuk mengekspresikan kreativitasnya. Bahkan, banyak juga penyandang disabilitas yang menginisisasi perubahan.

Festival seni rupa difabel ini hadir sebagai ruang perayaan kesetaraan. Yang mana disabilitas berdiri sebagai subjek utama yang mandiri dalam ekspresi seni dan kehidupan.

Kreativitas dari Penyandang Disabilitas

Banyak sekali hasil karya seni dari penyandang disabilitas yang ada dalam SSAF ini. gambar ataupun lukisan berjejer dengan indahnya di dinding-dinding. Mulai dari lukisan yang bertemakan tentang pewayangan, suasana alam, persahabatan, dan lainnya.

Para pembuat karya menggunakan berbagai bahan dan media yang berbeda. Ada yang memakai canvas, kertas, kain, benang, dan lainnya.

Salah satu lukisan yang terpampang dengan indahnya di dinding pameran yaitu lukisan yang bertemakan berkunjung ke perpustakaan. Lukisan tersebut menggambarkan anak kecil yang memakai kursi roda dengan senangnya di dalam perpusatakaan bersama dengan temannya yang membawa buku. Dari lukisan ini, bisa menggambarkan juga bahwa tidak ada batasan seseorang dalam mencari ilmu.

Terdapat juga lukisan yang dibuat oleh anak down syndrome. Lukisan dari anak tersebut tidak hanya satu, tetapi beberapa lukisan dengan tema yang berbeda-beda. Salah satu tema yang ia buat yaitu “teman cerita”, yang menghasilkan warna serta lukisan yang ceria.

Selain lukisan, terdapat pula hasil karya rajutan dari penyandang disabilitas. Rajutan yang begitu rapi yang memikat hati. Rajutan yang membentuk ikan, bunga, dan lainnya.

Selain itu terdapat pula UMKM inklusi, yang mana produknya handmade dari para difabel juga. Terdapat berbagai macam produk hasil usaha dari para penyandang disabilitas. Antara lain terdapat aksesoris seperti gantungan dari rajutan, baju eco printing, wayang dari serabut, aneka makanan atau snak kering, dan lainnya.

Kemudian terdapat pula penampilan musik. Salah satunya terdapat penyanyi dan pemain gitar yang penyandang Netra. Suara nyanyian dan petikan gitar dari penyandang Netra tersebut sangatlah indah, menemani para pengunjung pameran.

Pada saat saya berkunjung, terdapat Artist Talk yang menghadirkan pembicara yang luar biasa. Kegiatan tersebut menjelaskan bahwa penyandang disabilitas harusnya kita jadikan sebagai subjek. Yang mana penyandang disabilitas memiliki ruang untuk mengembangkan bakatnya terlebih dalam seni rupa.

Penyandang Disabilitas Berhak Berkarya

Karya-karya yang telah dihasilkan oleh para penyandang disabilitas menunjukkan bahwa mereka juga memiliki potensi dan kreativitas dalam seni. Tak sedikit juga karya mereka menjuarai atau mendapatkan berbagai macam penghargaan.

Seni menjadi ruang ekspresi yang merdeka, tempat imajinasi bertumbuh serta suara-suara minoritas dan kelompok rentan bergema. Penyandang disabilitas semakin menegaskan keberadaannya, bukan sebagai objek belas kasih, melainkan sebagai subjek kreatif yang berdaya.

Kemampuan fisik tidak semata menentukan kreativitas manusia. Bagi banyak seniman difabel, keterbatasan justru melahirkan bentuk-bentuk estetika baru yang menggugah dan orisinal.

Tetapi pada kenyataannya, tak jarang juga penyandang disabilitas yang sebenarnya memiliki potensi, tapi belum mendapatkan porsinya. Tak jarang juga Masyarakat yang meragukan bakat yang penyandang disabilitas miliki.

Pengakuan terhadap karya seni dari penyandang disabilitas masih kerap tersandung oleh stigma dan eksklusi sosial. Kurangnya akses terhadap pendidikan seni yang inklusif serta minimnya panggung representasi, membuat karya-karya mereka sering terpinggirkan. Hal ini menjadikan tantangan juga, bagaimana membangun ekosistem seni yang adil dan setara bagi semua.

Sehingga, setiap individu, dengan segala keragaman kondisi fisik dan mentalnya, berhak mendapatkan tempat yang setara dalam masyarakat, termasuk di dunia seni. Seni bukan milik mereka yang “sempurna” secara fisik, melainkan milik siapa saja yang ingin berkarya dan berekspresi.

Prinsip keadilan hakiki tidak sekadar berarti memberikan ruang, tapi juga menghilangkan hambatan. Hal ini juga  bisa mencakup kebijakan yang inklusif serta perubahan paradigma dari belas kasih ke kesetaraan.

Mengangkat karya seni dari penyandang disabilitas bukanlah tindakan belas kasihan, melainkan bentuk pengakuan terhadap keberagaman potensi manusia. Kreativitas tidak mengenal batas, sebagaimana keadilan hakiki seharusnya tidak mengenal diskriminasi. []

Tags: AksesibilitasDisabilitas dan SeniFestival Seni Rupa DifabelKeadilan HakikiRuang InklusiSuluh Sumurup Art Fest
Putri Nadha

Putri Nadha

Terkait Posts

Menyulam Spiritualitas

Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

12 Juni 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah Tokoh Perempuan (Part 3)

11 Juni 2025
Dad's Who Do Diapers

Dad’s Who Do Diapers: Ayah Juga Bisa Ganti Popok, Apa yang Membuat Mereka Mau Terlibat?

10 Juni 2025
Devotee

Mengenal Devotee: Ketika Disabilitas Dijadikan Fetish

10 Juni 2025
Kitab Hadis

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

9 Juni 2025
Tragedi Sejarah

Menolak Lupa, Tragedi Sejarah Kekerasan terhadap Perempuan

9 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Perempuan

    Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Toleransi, Menghidupkan Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat
  • Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua
  • Tauhid secara Sosial
  • Realita Disabilitas dalam Dunia Kerja
  • Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID