• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Menitipkan Harapan pada Kamala Harris, Wakil Presiden Perempuan Pertama Amerika

“While I may be the first woman in this office, I will not be the last."

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
09/11/2020
in Aktual, Rekomendasi
0
207
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“While I may be the first woman in this office, I will not be the last, because every little girl watching tonight sees that this is a country of possibilities.”

Tidak ada yang pernah menyangka, gadis kecil yang dulu harus berdesak-desakkan untuk naik bus ke sekolah di California itu kini mencetak sejarah besar. Dalam pidato kemenangannya, Kamala seakan memecahkan stigma bahwa dunia politik Amerika bukanlah untuk perempuan. Utamanya setelah Hillary Clinton kalah dari Donald Trump dalam pemilihan presiden periode lalu.

Banyak orang yang masih meyakini bahwa perpolitikan Amerika masih dipegang erat elit-elit konservatif yang tidak memungkinkan seorang perempuan, apalagi dari golongan minoritas bisa terpilih. Namun realita menunjukkan hal yang berbeda. Mayoritas rakyat Amerika yang sudah jemu akan narasi-narasi memecah belah dari Trump kemudian bersatu untuk memberikan amanah kepada kandidat yang berjanji untuk menyatukan Negeri Paman Sam.

Harris, yang kerap diragukan karena latar belakangnya: putri imigran Jamaika dan India, menunjukkan bahwa sudah saatnya perempuan untuk mengatakan ‘tidak’ pada semua keraguan yang ditujukan pada mereka. Dan, ia membuktikan tersebut pada dunia. Ia mencengangkan ratusan juta orang warganya dengan melenggang ke gedung putih setelah meraih 290 suara electoral bersama Joe Biden.

‘Momala’, begitu ia dipanggil oleh anak-anak Harris pernikahan pertama suaminya, Emhoff, telah membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bila kita punya impian besar dan bekerja keras untuk mewujudkan hal itu. Sejak awal merintis karier, ia sudah terbiasa akan ketidaksetujuan banyak orang terhadap cita-citanya.

Baca Juga:

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Spiritual Awakening : Kisah Maia dan Maya untuk Bangkit dari Keterpurukan

Dokumen Abu Dhabi: Warisan Mulia Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Tayyeb Bagi Dunia

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Dalam video QnA singkat pada bio instagramnya, ia menceritakan jika ia sering mendapatkan saran untuk mundur dalam berbagai kompetisi yang ia ikuti, baik dalam kariernya sebagai jaksa, hingga dunia politik. Namun ia tak pernah menyerah.

Ia selalu mengatakan ‘tidak’ pada semua orang yang meragukan kapasitasnya, “You know, I have in my career been told many times, ‘It’s not your time. It’s not your turn. And let me just tell you, I eat ‘no’ for breakfast, so I would recommend the same. It’s a hearty breakfast.”

Ketangguhan Kamala itu tidaklah ia dapatkan secara instan. Didikan ibunya yang luar biasa membentuknya menjadi pribadi yang ulet dan cerdas. Semenjak kecil, ibunya yang juga mengidap kanker payudara mengajarkan padanya bahwa duduk santai dan terus menggerutu, tak akan memecahkan masalah. Bila mau persoalan selesai, kita semua harus bergerak mencari solusi.

Nasihat itu lah yang terus terngiang di kepala Kamala dan adiknya, Maya Harris. Tak heran, sejak kecil ia selalu dilibatkan dalam aktivisme yang dilakukan kedua orangtuanya. Bahkan beberapa kali mereka diikutkan dalam protes menuntut keadilan sosial. Ia ingat betul, dulu tak segan-segan ibunya membawa mereka dalam kereta dorong agar mereka familiar dengan pergerakan massa.

Dalam biografinya, Kamala Harris menambahkan bahwa hal tersebut tak terlepas dari kesadaran yang ditanamkan dari keluarga besarnya. Mereka semua menyadari bahwa dunia belum sepenuhnya memberikan keadilan pada semua orang. Dari sana lah, ia dan Maya Harris diajarkan untuk memahami betapa pentingnya esensi sejarah hingga politik dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dari ibunya pula, mereka banyak mendapat inspirasi untuk memberikan manfaat seluas-luasnya bagi banyak orang. Selain gigih mendorong semangat murid-muridnya yang berasal dari beragam latar belakang, Shyamala Gopalan Harris semasa hidupnya terus mengingatkan Kamala bahwa melayani rakyat merupakan tugas mulia, dan memperjuangkan keadilan bagi siapapun harus dilakukan sepanjang hayat sebagai bentuk tanggung jawab bersama.

Sebelas tahun setelah ibunya tiada, legasi perempuan India tersebut tetap tertanam kuat dalam diri Kamala. Bahkan, ia berkomitmen bahwa semua nilai-nilai positif yang ditanamkan ibunya takkan pernah ia lupakan, dan akan ia perjuangkan dengan sepenuh hati.

Kini, dengan jabatan wakil presiden negara adidaya, Kamala telah menginspirasi ratusan juta anak perempuan di berbagai belahan dunia bahwa tidak ada yang tak bisa diwujudkan oleh seorang perempuan. “Meski nanti akan banyak orang yang menyangsikan mimpi-mimpi yang kita punya,” dengan tegas Kamala berpesan agar kita tidak membiarkan orang menghentikan ambisi kita, “tapi kita lah yang harus memperlihatkan siapa kita sebenarnya.”

Dan, sejak saat kepercayaan rakyat Amerika dilabuhkan padanya, kita tentu berekspektasi agar Kamila tidak saja bergerak memperjuangkan kesejahteraan di Negeri Paman Sam, namun juga mampu membantu meredam konflik-konflik di berbagai belahan dunia yang disebabkan oleh kebijakan luar negeri pendahulunya, termasuk konflik Israel-Palestina yang masih menyisakan PR besar bagi administrasi Biden-Harris.

Terlebih, waktu kampanye tempo lalu Kamala tampak belum berpihak secara penuh pada korban-korban perang, utamanya di Gaza yang sangat menderita karena opresi pemerintah Israel yang semena-mena. Oleh karenanya, kita semua berharap kepemimpinan perempuan seperti Kamala akan memberikan warna berbeda untuk  mewujudkan perdamaian dalam jangka panjang, bukan justru menorehkan luka yang semakin mendalam bagi mereka yang termarjinalkan. []

Tags: Amerika SerikatKamala Harrispemimpin perempuanPerdamaianPerempuan Inspiratif
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Kebencian Berbasis Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID