Mubadalah.id – Peningkatan kasus Covid-19 kembali menggemparkan Indonesia, varian baru Covid yang disebut-sebut Varian Delta dengan penularan 4x lipat lebih cepat dibanding Covid yang muncul pertama kali di Indonesia semakin membuat kepanikan masyarakat. Penguatan Prokes serta menjaga kesehatan adalah bentuk ikhtiar manusia dalam menghadapi kondisi seperti saat ini.
Salah satu usaha penanganan ketika seseorang telah terkena Covid-19 adalah isolasi, baik isolasi di rumah sakit atau isolasi mandiri di rumah masing-masing. Penerapan kebijakan ini tidak pandang bulu laki-laki, perempuan, dewasa atau anak-anak initinya bila sudah terpapar Covid-19 diharuskan untuk isolasi.
Kondisi penerapan isolasi sebenarnya tidak bisa dipukul rata sebagai ajang istirahat untuk yang menerapkannya, pasalnya dibalik kata isolasi akan ada masmalah lain yang muncul. Misalnya susahnya membeli kebutuhan hidup, stress karena keadaan rumah, ataupun pekerjaan yang dirasa lebih sulit ketika dilakukan di rumah karena sinyal yang buruk atau masalah lainnya.
Maka dari itu orang-orang di sekitar pasien yang sedang melakukan isolasi harus memberikan dukungan dan bantuannya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap orang yang sedang melaksanakan isolasi. Terutama perempuan yang lebih perasa dan terkadang mudah tertekan. Sepengalaman kerabat perempuan saya, isolasi bukanlah hal yang mudah.
Entah mengapa pikiran menjadi terasa tertekan karena tidak bisa kemana-mana, banyak mendapatkan saran untuk mengkonsumsi berbagai obat, melakukan berbagai kegiatan rohani, hingga menonton kabar korban yang berguguran karena covid menambah tingkat stres yang dialami kerabat saya.
Bahkan perempuan asal Wonosari Klaten yang sedang melakukan isolasi mandiri harus berakhir dengan gantung diri karena diduga stres, karena kasat reskrim tidak menemukan tanda-tanda kekerasan atau luka lainnya di tubuh korban, padahal untuk masalah ekonomi pemerintah desa telah melakukan kewajibannya dengan memenuhi kebutuhan warganya yang sedang isolasi mandiri di daerah tersebut.
Sama halnya dengan kisah tragis di atas, namun aksi bunuh dirinya ini dengan menyayat lehernya menggunakan celurit, untungnya sang cucu langsung melihatnya dan melaporkan ke RT sehingga langsung mendapatkan penanganan, korban diduga stres dan merasa tertekan karena positif covid dan harus isolasi padahal cucu dan anak sang korban telah memenuhi kebutuhan pangan dan lain-lainnya.
Dari kasus di atas, isolasi mandiri selain menjaga kesehatan dengan tetap memenuhi kebutuhan hidup seperti makanan sehat, obat-obatan, serta beribadah kepada Tuhan, harus juga dibarengi dengan rasa bahagia, dengan menghindari perasaan tertekan agar tidak stres. Biasanya orang yang sedang isolasi merasa kesepian, terisolasi, cemas, bahkan panik.
Apalagi baru-baru ini mendengar banyaknya berita peningkatan kembali kasus Covid-19 Di Indonesia. Hal yang harus dilakukan oleh pasien yang menjalani isolasi mandiri atau di tempat lainnya harus tetap berhubungan dengan kerabat, keluarga, atau teman secara virtual. Sudah banyak aplikasi yang menyediakan fasilitas video call untuk mengobati rasa kesepian ataupun rindu.
Cara berikutnya adalah dengan membatasi informasi berita yang kita terima. Hampir setiap hari kita mendengar berita, pemberitaan seputar virus corona sudah tidak asing di telinga. Maka ada baiknya memberi batasan untuk mendapatkan informasi berita. Pastikan berita yang diperoleh dari situs resmi untuk menghindari berita hoax, hindari informasi yang memicu rasa cemas.
Cara lain menghindari stres adalah dengan mencari kesibukan, melakukan kegiatan yang biasanya tidak kita lakukan saat sebelum isolasi sungguh mengasyikan. Rasa bosan dan sepi mungkin akan menghantui. Ditambah lagi dengan kondisi yang belum stabil selama pandemi. Usir rasa bosan dengan meluangkan waktu mencoba hobi baru. Misalnya mempelajari bahasa baru hingga berkebun bisa menjadi pilihan. Melakukan hal yang selama ini tertunda seperti membersihkan rumah, penyusunan ulang dokumen, dan lain-lain.
Bantuan dukungan dari orang-orang sekitar untuk pasien, dengan menawarkan bantuan pemenuhan kebutuhan, mendukung, dan meyakinkan pasien akan segera sembuh dan kembali dapat menjalani aktivitasnya adalah sesuatu yang berharga, agar pasien tidak merasa sendiri dan kesepian.
Jika rasa stres bahkan kecemasan yang berlebihan tetap membelenggu, cobalah untuk membicarakannya dengan konselor profesional. Mereka mungkin akan menawarkan sesi telepon atau online. Anda juga dapat bergabung dengan grup dukungan online. Jika anda mengalami kecemasan sebelum wabah virus corona dan perasaan takut serta paniknya semakin parah, penting bagi anda untuk menghubungi dokter atau terapis.
Perlu ditekankan lagi bahwa penguatan mental juga tak kalah penting dengan penguatan imun. Imun akan terbentuk bila seseorang bahagia, tidak stres, dan merasa cemas. Yakinkan pada diri sendiri bahwa isolasi sebagai bentuk ikhtiar menuju kesembuhan. Jangan patah semangat dalam menjalani pengobatan, konsisten untuk hidup sehat, serta menggunakan protokol kesehatan yang benar. []