Mubadalah.id – Jangan berpikir bahwa kalimat “Perempuan harus berdaya, jangan mau diperdaya” tersebut bersifat memojokkan perempuan. Justru perempuan kita ingatkan harus mendayakan seluruh akal dan perasaan secara seimbang. Tidak ada yang mendominasi antara satu dengan yang lainnya.
Secara umum, perempuan memiliki naluri yang begitu kuat. Di mana kemudian menjadi legitimasi di masyarakat bahwa perempuan lebih mendahulukan perasaan daripada akal dalam penyelesaian masalah. Sangat kita sayangkan, stigma ini kemudian membatasi langkah perempuan dalam mengambil sebuah kebijakan.
Secara biologis, antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Namun tidak adil jika perbedaan fitrah tersebut kita jadikan alasan untuk membedakan bahkan membatasi tugas sosial mereka. Manusia adalah makhluk sosial, maka salah satu kebutuhan dan kewajibannya adalah bersosialisasi dengan baik.
Untuk memposisikan diri secara tepat di masyarakat, perempuan harus lepas terlebih dahulu dari belenggu stigma. Minimal diri sendiri harus percaya dengan kemampuan yang kita miliki. Seringkali, perempuan merasa kecil dibanding laki-laki, merasa tidak memiliki nilai apapun. Pikiran-pikiran tersebut yang menjadi tembok penghalang mereka dalam berkembang.
Ketidakadilan terhadap Perempuan
Secara historis, perempuan mengalami banyak perlakuan yang kurang adil dari masyarakat. Mereka hanya diperdaya oleh yang merasa kuat. Bahkan perempuan menjadi objek dalam segala hal. Keterlambatan perempuan dalam mengembangkan potensinya berdampak pada sisi intelektual dan kemanusiaan perempuan hingga hari ini.
Selain pengalaman biologisnya, perempuan juga harus berusaha lebih keras dalam menghadapi pengalaman sosialnya. Tidak mengapa jika terasa berat, sejatinya perjuangan pasti amatlah menguras tenaga. Maka sangat kita sayangkan jika sesama perempuan bukannya saling bergandengan malah saling menjatuhkan.
Secara intelektual, saat ini perempuan harus berdaya ketika sudah memiliki akses pendidikan untuk meraih informasi dan pemahaman yang maksimal. Artinya, dukungan dari masyarakat sudah cukup terbuka untuk kesempatan belajar perempuan. Masyarakat mulai sadar bahwa perempuan sebagai madrasatul ula sangat memerlukan pendidikan untuk mendidik para generasi yang memang secara naluri seorang anak lebih dekat dengan ibunya.
Jumlah perempuan adalah separuh dari populasi manusia, jika membiarkan perempuan tidak terdidik sama halnya membiarkan setengah penduduk bumi hidup dalam kesengsaraan.
Perempuan dan laki-laki sebagai Pilar Negara
Perempuan dan laki-laki adalah sama-sama menjadi pilar negara. Jika membiarkan laki-laki dan perempuan tidak memiliki intelektual yang cukup dan berperilaku baik (akhlakul karimah), maka negara membiarkan generasi penerusnya hidup dalam asuhan orang tua yang minim karakter. Lantas bagaimana nasib penerus bangsa ini? Pertanyaan tersebut bisa kita jawab dalam hati masing-masing.
Itu masih dalam aspek intelektual, belum sampai aspek yang lainnya. Terbukanya akses tidak menutup kemungkinan peran perempuan masih terbatas. Secara psikologis, perempuan membutuhkan dukungan yang lebih untuk menghidupkan sisi percaya dirinya. Bahu membahu dan tolong menolong menjadi hal pokok yang harus dilakukan oleh masyarakat untuk membantu perempuan lebih berdikari dalam setiap hal.
Wahai perempuan, berdayalah sesuai dengan kemampuanmu. Jangan senantiasa merasa lemah bahkan rendah diri, sehingga membatasi langkahmu untuk berkiprah. Kenali dirimu, pahamilah minat dan bakatmu. Jika bukan dirimu sendiri yang menggali potensimu, lantas siapa yang akan melakukan itu?
Pentingnya Pendidikan bagi Perempuan
Untuk membekali dirimu dalam menemukan jati diri, memerlukan upaya pendidikan yang maksmal. Jangan merasa tidak butuh pendidikan. Justru itu gerbang utama bagi perempuan memasuki kehidupan yang ramah dan sejahtera. Perlu kita ingat, pendidikan tidak selalu harus duduk di kelas dan mendengarkan seorang guru. Lebih dari itu. Pendidikan bisa kita dapatkan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Jangan batasi pendidikan dengan ruang dan waktu.
Ambil peranmu! Setelah mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang cukup, ambil peranmu di kehidupan masyarakat. Sebagai makhluk sosial sudah barang tentu memiliki tugas sosial yang harus tertunaikan. Jika kamu berbakat di urusan strategi politik, masuklah ke dunia politik dengan niat yang tulus dan baik untuk kesejahteraan masyarakat.
Sementara kalau kemampuanmu dalam bidang ekonomi, ambil peranmu di lingkungan tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan ekonomi kemandirian masyarakat. Jika bakatmu adalah mengajar, maka ambil posisi itu. Berperilakulah layaknya seorang pendidik yang bertanggung jawab lebih besar terhadap moral dan intelektual masyarakat. Dan masih banyak bidang dalam kehidupan ini yang harus perempuan isi untuk misi kesejahteraan masyarakat.
Jangan hanya berpangku tangan atas kejadian yang tidak seharusnya. Jika demikian, sama halnya perempuan membiarkan negara ini akan terus berjalan dalam kekeliruan. Sebagai perempuan kita memiliki potensi yang sama dengan laki-laki. Hanya bagaimana kita mampu mengelolanya dengan baik dan benar. Teruntuk perempuan di seluruh dunia, kenalilah dirimu, penuhilah dirimu dengan energi dan input yang positif. Maka kebermanfaatanmu akan bisa terasa oleh masyarakat lebih luas. []