• Login
  • Register
Jumat, 9 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Puasa dan Dosa Lingkungan

Aprillia Susanti Aprillia Susanti
11/05/2020
in Publik
0
(sumber foto liputan6.com)

(sumber foto liputan6.com)

34
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Bulan Ramdhan atau bulan puasa telah tiba. Bulan yang dinantikan oleh hampir semua umat Muslim di seluruh dunia. Ia menjadi bulan istimewa karena Allah menjanjikan pahala yang berlipat ganda bagi tiap amal kebajikan.

Begitu istimewanya bulan ini, disebutkan dalam kitab al Ithafu Ahlu al Islam bi Khususiyyati Syiam karya Ibnu Hajar al- Haitami al Makki, sampai-sampai Allah memerintahkan Khamalatul arsy untuk berhenti bertasbih dan memintakan ampunan bagi umat Nabi Muhammad SAW dan orang-orang mukmin.

Puasa adalah salah satu ibadah wajib yang syarat dan ketentunya sudah diatur. Makna puasa juga berarti menahan dari segala godaan hawa nafsu. Ia memiliki dampak yang positif salah satunya lingkungan, sebab umat islam diharapkan dapat menurunkan tingkat konsumsi makanan dan minuman menjadi signifikan.

Perkiraannya kurang lebih begini, manusia tidak makan dan minum selama kurang lebih 14 jam. Kalau makanan berkurang maka volume limbah makanan juga akan berkurang. Klise tapi fakta di lapangan malah sebaliknya.

Alih-alih berkurang data yang dimuat oleh The Economist Intelligence Unit mencatat bahwa Indonesia menjadi negara paling ‘nyampah’ ke-dua sedunia setelah Arab Saudi terutama terhadap makanan. Sampah tersebut kebanyakan gabungan dari sampah sisa dan kemasan makanan. Pada saat bulan ramadhan sampah tersebut meningkat volume sampah makanan warga meningkat menjadi 20% atau sebanyak 500 ton sampah makanan (Detik dan Tempo.com 5/19).

Baca Juga:

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

Aurat dalam Islam

Hal itu dikarenakan salah satunya saat menjelang waktu berbuka, banyak umat muslim yang terjebak pada urusan ‘balasan dendam’, mereka membeli apapun yang dianggap enak dan memuasakan lidah tanpa memikirkan ini nantinya dapat termakan semuanya apa tidak. Ini masih taraf individu belum ukuran berbuka bersama.

Syukur bisa terlahap semuannya, namun jika tersisa lalu terbuang sungguh kejamnya kita. Di belahan bumi lain orang-orang berbondon-bondong menyiapkan menu makananan untuk berbuka, lainnya harus menanggung kelaparan serta kemiskinan.

Betapa sisa makanan yang seringkali kita anggap remeh membawa dampak lingkungan dan sosial yang begitu mengerikan. Tidak hanya konsumtif namun juga destruktif. Meminjam pernyataan salah satu Imam besar di Autralia bahwasanya makna puasa terlah bergeser dari fasting (bulan berpuasa) menjadi feasting (bulan berpesta).

Menyadur pendapat M. Faizi dalam buku ‘Merusak Bumi dari Meja Makan’, ia menekankan bahaya sampah makanan yang sering kita anggap sepele. Saking pentingnya ia membahas sampah makanan dalam bab tersendiri dan memasukannya ke dalam tiga perbuatan atau sikap (berpotensi) merusak yang biasa dilakukan manusia dari meja makan yaitu sampah plastik, tisu dan sisa makanan.

Menurut penulis, kesalahan pertama karena kita hanya meng-“hanya” kan sisa-sisa makanan itu, sisa nasi, sisa ikan, sisa sayur dan lain-lain. Secara hiperbolis, apabila sisa makanan itu dijadikan dan digabungkan sebagai negara akan menghasilkan emisi gas rumah kaca setara Amerika dan Tiongkok. Juga akan menghabiskan air di sungai Volga, sungai terbesar di Eropa.

Sedangkan kesalahan berikutnya, kita tidak pernah memikirkan bagaimana sebuah makanan dapat terhidang di depan kita. Pernah tidak kita merasa bersalah membuang nasi yang tak habis dimakan karena ia melewati proses rumit dari tanam hingga panen. Melewati terik dan hujan serta menempuh jarak puluhan kilometer untuk sampai ke pasar.

Dalam Islam pun dijelaskan untuk tidak menyia-nyiakan makanan yang tercantum dalam surat QS. Al-Isro’: 26-27 berbunyi “dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” Manusia telah melampui batas keinginanya. Ia hanya ingin memenuhi ego serta syahwatnya.

Saya jadi teringat ungakapan M. Faizi tentang lingkungan, “Banyak cara untuk merusak bumi dan mengabaikan rezeki, yang sedikit adalah orang yang menyadari demikian”. Jadi jangan pernah remehkan sisa makan barang sedikit apapun, bisa jadi itulah dosa lingkungan yang sering kita lakukan.

Pada akhirnya memang, puasa tidak akan berhenti di ritus ibadah untuk (keegoisan) diri sendiri, namun memberikan kebaikan juga untuk lingkungan dan sesama makhluk di muka bumi ini. []

Aprillia Susanti

Aprillia Susanti

Terkait Posts

Vasektomi untuk Bansos

Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

9 Mei 2025
Vasektomi

Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

8 Mei 2025
Barak Militer

Mengasuh dengan Kekerasan? Menimbang Ulang Ide Barak Militer untuk Anak Nakal

7 Mei 2025
Jukir Difabel

Jukir Difabel Di-bully, Edukasi Inklusi Sekadar Ilusi?

6 Mei 2025
Budaya Seksisme

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

6 Mei 2025
Energi Terbarukan

Manusia Bukan Tuan Atas Bumi: Refleksi Penggunaan Energi Terbarukan dalam Perspektif Iman Katolik

6 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Kesaksian Perempuan

    Kritik Syaikh Al-Ghazali atas Diskriminasi Kesaksian Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tafsir Sosial Kemanusiaan: Vasektomi, Kemiskinan, dan Hak Tubuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Saksi Perempuan Menurut Abu Hanifah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro
  • Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?
  • Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai
  • Aurat dalam Islam
  • Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version