• Login
  • Register
Sabtu, 10 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Rabiah Al-Adawiah; Sufi Perempuan Dengan Konsep Mahabbah Illahiyah

Rabiah Al-Adawiah merupakan zahidah yaitu orang yang zuhud. Tidak ada secuil pun kecenderungan apalagi kecintaan di hatinya kepada dunia

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
01/10/2022
in Hikmah
0
Rabiah Al-Adawiah

Rabiah Al-Adawiah

485
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Siapa yang tak mengenal Rabiah Al-Adawiah? Namanya melambung tinggi setinggi kecintaannya kepada sang Illahi Rabbi. Seluruh hidupnya ia habiskan hanya untuk beribadah kepada tuhan. Bahkan, ia memutuskan untuk tidak menikah. Baginya, diri dia adalah milik tuhan sehingga jika ada yang ingin datang dan menikahinya, maka izinlah terlebih dahulu dengan tuhan. Masya Allah …

Pada saat usia remajanya, ia pernah menjadi budak yang mendapat perlakuan bengis dan kasar dari tuannya. Namun, ketabahannya melebihi deritanya. Pada siang hari ia melayani tuannya, sedangkan malamnya ia khususkan untuk beribadah kepada Allah Swt.

Suatu malam, ketika tuan Rabiah Al-Adawiah sedang terjaga dari tidurnya, dalam jendela kamarnya ia mendapati Rabiah Al-Adawiah sedang sujud dan berdoa, “Ya Allah, Engkau bawa hasrat hatiku adalah untuk mematuhi perintah-Mu; jika aku dapat merubah nasibku ini, niscaya aku tidak akan istirahat barang sedikitpun dari mengabdi kepada-Mu”.

Melihat peristiwa itu, ia takut dan termenung semalaman hingga terbit fajar. Matahari baru saja muncul, ia langsung memanggil Rabiah Al-Adawiah dan bersikap lunak serta membebaskannya.

Tasawuf Mahabbah Illahiyah

Rabiah Al-Adawiah merupakan zahidah yaitu orang yang zuhud. Tidak ada secuil pun kecenderungan apalagi kecintaan di hatinya kepada dunia. Tasawufnya memberikan warna baru dalam dimensi kerohanian. Di mana zuhud yang dilakukan oleh Hasan Al-Basri yaitu bersifat khauf dan raja’ dinaikkan tingkatannya menuju level hubb yaitu cinta. Cinta yang suci dan murni kedudukannya lebih tinggi dari khauf dan raja’, karena ketulusan cinta tidak akan meminta balasan apapun, itulah puncak tasawuf mahabbah Illahiyah Rabiah Al-Adawiah.

Baca Juga:

Lalla Zainab: Sufi Perempuan dan Pemimpin Perlawanan Intervensi Prancis

Ibnu ‘Arabi Bicara tentang Perempuan

Rabiah al-Adawiyah: Sufi Perempuan yang Tekun Bekerja

Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

Menurut Harun Nasution, mahabbah ialah memeluk kepatuhan kepada Tuhan dan membenci sikap melawan kepada-Nya, menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi, serta mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari diri yang dikasihi.

Rabiah Al-Adawiah pernah ditanya “Apakah kau cinta kepada Tuhan yang Maha Kuasa? jawabannya adalah ‘Yaa’. Apakah kau benci kepada syaitan? Jawabannya adalah ‘tidak, cintaku kepada tuhan tidak meninggalkan ruang kosong dalam diriku untuk rasa benci kepada syaitan”. Saking besarnya kecintaan kepada Allah Swt, tidak ada sedikitpun ruang kosong yang bisa dimasuki hal-hal lain selain-Nya.

Hari-harinya ia sibukkan dengan bertobat dan berdoa kepada Allah Swt. Tidak ada satupun lafadz doa yang terucap darinya tentang materi dunia. Begitu berpaling hatinya terhadap kecintaan dunia, hanya Allah Swt satu-satunya yang ada di hati dan pikirannya. Pernah suatu ketika, ia diberi rumah oleh teman-temannya. Ia berkata “Aku takut kalau-kalau rumah ini akan mengikat hatiku, sehingga aku terganggu dalam amalku untuk akhirat.” Kesenangan duniawi tidak ada apa-apanya di hadapan Rabiah Al-Adawiah.

Syair Cinta

Kecintaan Rabiah Al-Adawiah kepada Illahi Rabbi, sedikitnya tertuang dalam syair berikut. “Ya tuhan, bintang di langit telah gemerlapan, mata telah bertiduran, pintu-pintu istana telah dikunci dan tiap pecinta telah menyadari dengan yang dicintainya dan inilah aku berada di hadirat-Mu”.

“Buah hatiku, hanya engkaulah yang kukasihi. Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadirat-Mu. Engkaulah harapanku, kebahagiaanku dan kesenanganku. Hatiku telah enggan mencintai selain dari Engkau.”

Selain syair di atas, ada pula doa yang terkenal yang Rabiah Al-Adawiah ucapkan sebagai perwujudan tertinggi atas kecintaannya kepada Allahu Rabbi. Hingga baginya, tidak ada sedikitpun ruang bagi nafas dan detak jantung selain terpenuhi dengan kerinduan dan mendambakan pertemuan kepada Sang Penciptanya. Begini kurang lebih bunyi syair doanya.

Tuhan …

Apapun karunia-Mu untukku di dunia

Hibahkan pada musuh-musuh-Mu

Dan apapun karunia-Mu untukku di akhirat

Persembahkan pada sahabat-sahabat-Mu

Bagiku cukup Kau

Tuhan …

Bila sujudku pada-Mu karena takut neraka

Bakar aku dengan apinya

Dan bila sujudku pada-Mu karena mendamba surga

Tutup untukku surga itu

Namun, bila sujudku demi Kau semata

Jangan palingkan wajah-Mu

Aku rindu menatap keindahan-Mu

Rindu dan Pasrah

Menurut Rabiah Al-Adawiah, hubb merupakan cetusan dari rasa rindu dan pasrah kepada Allah Swt, yang mana seluruh pikiran dan perasaannya tertuju hanya kepada-Nya. Hal itu dapat kita rasakan dari gubahan prosanya yang sangat syahdu.

Yaitu “Tuhanku, malam telah berlalu dan siang segera menampakkan diri. Aku gelissah, apakah amalanku Engkau terima hingga aku merasa bahagia, ataukah Engkau tolak hingga aku merasa sedih. Demi ke-Mahakuasaan-Mu, inilah yang akan aku lakukan selama aku Engkau beri hayat. Sekiranya Engkau usir aku dari depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi, karena cinta pada-Mu telah memenuhi hatiku.”

Begitu menyentuhnya syair-syair mahabbah Illahiyah yang Rabiah Al-Adawiah utarakan dalam setiap denyut nadinya. Konsep mahabbah Illahiyah juga bisa temukan dalam Alquran yaitu Qs. Ali Imran: 31 yang memiliki arti “Katakanlah (Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Rabiah Al-Adawiah merupakan sufi perempuan yang menjunjung tinggi konsep mahabbah Illahiyah yaitu cinta tanpa meminta imbalan apapun. Hatinya dipenuhi kerinduan kepada yang dicintainya. Rabiah Al-Adawiah juga termasuk zahidah sejati yang melakukan penyerahan total kepada Allah Swt.

Maka tidak heran jika ia dijuluki dengan ibu para sufi besar “The mother of the grand master”. Dalam dunia tasawuf, mahabbah Illahiyah memiliki kedudukan tertinggi, bahkan tak ubahnya dengan maqam ma’rifat. Antara mahabbah dengan ma’rifat adalah dua hal kembar yang tidak bisa kita pisahkan. Wallahu a’lam. []

Tags: rabiah adawiyahsufi perempuan
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

perempuan di ruang domestik

Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

9 Mei 2025
PRT

Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

9 Mei 2025
Aurat dalam Islam

Aurat dalam Islam

9 Mei 2025
Menikah adalah Separuh Agama

Benarkah Menikah Menjadi Bagian dari Separuh Agama?

9 Mei 2025
Menikah sebagai Kontrak Kesepakatan

Menikah sebagai Kontrak Kesepakatan

8 Mei 2025
Membaca Ayat Kesaksian Perempuan

Cara Membaca Ayat Kesaksian Perempuan Menurut Ibnu Rusyd dan Ibnu Al-Qayyim

8 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • PRT

    Mengapa PRT Identik dengan Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aurat dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Luna Maya, Merayakan Perempuan yang Dicintai dan Mencintai

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah
  • Perempuan Bukan Fitnah: Membongkar Paradoks Antara Tafsir Keagamaan dan Realitas Sosial
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?
  • Perempuan di Ruang Domestik: Warisan Budaya dan Tafsir Agama
  • Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version