Mubadalah.id – Penyandang disabilitas intelektual yang dahulu disebut cacat mental dan sekarang banyak disebut sebagai disabilitas mental. Disabilitas intelektual adalah mereka yang mengalami fungsi intelektual secara signifikan serta gangguan prilaku adaptif.
Spektrum atau variasi penyandang disabilitas intelektual sangat luas, mulai dari mereka mengalami Down Syndrome, autisme, kesulitan konsentrasi, dan gangguan berpikir lainnya. Termasuk mereka yang kita sebut sebagai orang dengan gangguan jiwa. Orang yang mengalami disabilitas intelektual rata-rata memiliki tingkat IQ antara 35 hingga 70.
Terdapat tiga faktor penyebab disabilitas intelektual:
Pertama, faktor sebelum dilahirkan. Disabilitas bisa terjadi karena perkawinan satu kelompok orang yang ber-IQ rendah atau mental retardasi. Jenis ini biasanya memiliki disabilitas ringan.
Disabilitas ini juga bisa disebabkan oleh penyakit berat dan tekanan kehidupan emosional yang dialami saat ibunya sedang mengandung.
Kondisi kesehatan ibu hamil juga bisa menjadi penyebab terjadinya disabilitas intelektual, misalnya penyakit infeksi yang pada awal pertumbuhan janin seperti TBC, rubella, syphilis, atau kelainan jumlah dan bentuk kromosom yang menyebabkan mongolisme atau down syndrome.
Tindakan kesehatan juga dapat menyebabkan disabilitas intelektual, misalnya penyinaran dengan sinar rontgen dan radiasi, kesalahan pemasangan alat kontrasepsi, dan usaha aborsi.
Kedua, faktor saat lahir. Penanganan saat melahirkan yang tidak tepat sehingga tenaga medis terpaksa menggunakan alat bantu kelahiran dapat berpengaruh pada struktur otak bayi. Disabilitas intelektual juga akibat kurangnya oksigen yang janin alami saat proses kelahiran.
Faktor Setelah Dilahirkan
Ketiga, faktor setelah dilahirkan. Seorang anak dapat mengalami disabilitas intelektual jika terserang penyakit berat, seperti demam tinggi yang diikuti dengan kejang, radang otak (encephalitis), dan radang selaput otak (meningitis).
Disabilitas juga akibat dari gangguan metabolisme pertumbuhan. Kekurangan gizi yang berat dan lama pada masa anak- anak umur di bawah 4 tahun dapat mempengaruhi perkembangan otak, yang masih dapat ia perbaiki sebelum anak berusia 6 tahun.
Gangguan jiwa berat yang anak-anak derita dan depresi yang timbul karena kurangnya komunikasi verbal juga dapat menyebabkan orang mengalami disabilitas intelektual. Di samping faktor-faktor sosial budaya yang berhubungan dengan penyesuaian diri.
Terkait dengan kondisi penyandang disabilitas intelektual tersebut, maka beberapa hal perlu kita perhatikan dalam melakukan interaksi dengan mereka. Dalam berkomunikasi dengan mereka, gunakanlah media yang konkrit, menarik, dan dekat dengan kehidupannya.
Selain itu sampaikan informasi dengan jelas, pendek, bertahap, serta kita ulang-ulang secara konsisten. Usahakan ketika berkomunikasi berhadapan langsung dengan mereka dan gunakan bahasa atau istilah sederhana yang lekat dengan keseharian. []