• Login
  • Register
Kamis, 12 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

3 Tuntunan Perilaku Manusia Terhadap Pelestarian Alam

Manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga kelestarian alam (lingkungan hidup). Islam memandang alam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keimanan seseorang kepada Tuhannya.

Redaksi Redaksi
22/07/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Pelestarian Alam

Pelestarian Alam

248
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam melakukan pelestarian alam sebagai sumber energi setidaknya ada tiga prinsip utama yang dapat dijadikan pegangan dan tuntunan bagi perilaku manusia terhadap alam.

Tiga prinsip utama ini merujuk pada teladan yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Bahwa diutus ke muka bumi tidak hanya untuk manusia semata, tetapi juga untuk alam semesta.

Karunia alam raya yang berlimpah ini tentu saja agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh manusia.

Oleh sebab itu, berikut tiga prinsip utama yang dapat dijadikan tuntunan bagi perilaku manusia terhadap pelestarian alam.

Tiga prinsip utama ini seperti dikutip di dalam buku Fikih Energi Terbarukan yang ditulis oleh Marzuki Wahid dkk.

Baca Juga:

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

Karhutla di Riau: Mengancam Keberlangsungan Hidup Manusia dan Keberlanjutan Alam

Prinsip Keadilan Sosial dalam Ajaran Islam

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

Pertama, menghargai keragaman alam semesta (respect for nature, alakhlaq al-makhluqiyyah). Tuhan menciptakan makhluk dengan model dan rupa yang berbeda. Satu sama lain sudah sepatutnya harus saling menghargai dan menghormati.

Dunia ini tidak hanya diisi oleh manusia, tetapi ada makhluk-makhluk lain yang juga punya hak hidup dan lestari.

Setiap anggota komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies dalam komunitas ekologis itu.

Setiap anggota komunitas ekologis juga berkewajiban secara moral untuk menjaga kohesivitas dan integritas komunitas ekologis, alam tempat hidup bersama ini.

Oleh karena itu, sesama makhluk Tuhan di bumi seharusnya saling menghargai, dan tidak saling mengeksploitasi secara berlebihan.

Kedua, bertanggung jawab sebagai khalifah di bumi (moral responsibility for nature, al-mas’uliyyah al-makhluqiyyah). Sebagai khalifah, manusia bertugas untuk menjaga kelestarian dan kemakmuran bumi.

Oleh karena itu, manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga kelestarian alam (lingkungan hidup). Islam memandang alam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keimanan seseorang kepada Tuhannya.

Manifestasi dari keimanan seseorang dapat dilihat dari perilakunya sebagai khalifah terhadap alam. Islam mempunyai konsep yang sangat detail terkait pemeliharaan dan kelestarian alam (lingkungan hidup).

Jelaslah, keberadaan manusia selain sebagai hamba Allah (abdullah), sekaligus juga sebagai khalifah di muka bumi.

Manusia mempunyai tugas memakmurkan dan menjaga keseimbangan ekosistem dan alam semesta sebagai bagian dari pengabdian dan penghambaan (ibadah) kepada Sang Pencipta.

Tauhid, dengan demikian merupakan sumber nilai sekaligus landasan etika yang pertama dan utama dalam teologi pelestarian alam.

Ketiga, solidaritas kosmis untuk penyelamatan ekosistem (cosmic solidarity for saving ecosystem, al-ukhuwwah al-makhluqiyyah).

Prinsip solidaritas berangkat dari kenyataan yang sama. Manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Prinsip solidaritas kosmis ini mendorong manusia untuk menyelamatkan alam, menyelamatkan semua kehidupan, karena alam dan semua kehidupan di dalamnya mempunyai nilai yang sama dengan kehidupan manusia.

Solidaritas dalam Islam tidak terbatas dengan sesama manusia, tetapi juga dengan alam semesta.

Rasulullah SAW pernah memberikan contoh tentang balasan ampunan dosa bagi orang yang bersikap solidaritas terhadap binatang. Rasulullah SAW bersabda:

“Ada seorang perempuan pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu mengelilingi sumur tersebut sambil menjulur-julurkan lidahnya karena kehausan. Lalu, perempuan itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim)

Berdasarkan sikap solidaritas ini, manusia tidak akan pernah merusak alam dan menciptakan ketidakseimbangan ekosistem. Solidaritas ini identik dengan manusia yang tidak akan merusak kehidupan dan rumah tangganya sendiri.

Solidaritas kosmis dengan demikian berfungsi sebagai pengendali moral. Solidaritas kosmis ini berfungsi untuk mengontrol perilaku manusia dalam batas-batas keseimbangan kosmis.

Solidaritas kosmis juga mendorong manusia untuk mengambil kebijakan yang pro-alam, pro-lingkungan, dan menentang setiap tindakan yang merusak alam. (Rul)

Tags: alamlestarimanusiapeganganpelestarian alamperilakuprinsiptuntunanutama
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Tauhid

Tauhid secara Sosial

12 Juni 2025
Realita Disabilitas Dunia Kerja

Realita Disabilitas dalam Dunia Kerja

12 Juni 2025
Semangat Haji

Merawat Semangat Haji Sepanjang Hayat: Transformasi Spiritual yang Berkelanjutan

11 Juni 2025
Keadilan

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

11 Juni 2025
Ruang Domestik Perempuan

Benarkah Ruang Domestik Menjadi Ruang Khusus Bagi Perempuan?

10 Juni 2025
Diotima

Di Balik Bayang-bayang Plato: Sebuah Hikayat tentang Diotima

10 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sejarah Perempuan

    Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Toleransi, Menghidupkan Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nikel di Surga, Luka di Tanah Papua
  • Tauhid secara Sosial
  • Realita Disabilitas dalam Dunia Kerja
  • Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon
  • Seolah-olah Tidak Resmi: Sejarah Perempuan dan Rezim yang Ingin Menulis Ulang Sejarah Indonesia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID