• Login
  • Register
Senin, 2 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

4 Tips Menjadi Kartini Hari Ini

Di era sekarang, dukungan dan solidaritas dari sesama perempuan menjadi kekuatan besar dalam melanjutkan cita-cita Kartini.

Tasnim Qiy Tasnim Qiy
22/04/2025
in Publik
0
Menjadi Kartini

Menjadi Kartini

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setiap tanggal 21 April, kita selalu diingatkan pada sosok perempuan hebat, Raden Ajeng Kartini. Perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879 ini dikenang bukan hanya karena nama besarnya, tapi juga menjadi simbol perjuangan perempuan, pelopor emansipasi, dan peletak dasar pentingnya pendidikan bagi perempuan Indonesia.

Melalui surat-suratnya yang kemudian dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini menuangkan pemikiran tentang pentingnya pendidikan, kesetaraan gender, dan keberanian perempuan untuk bermimpi.

Surat-surat itu bukan sekadar curahan hati, tapi juga bentuk perlawanan terhadap budaya patriarki yang membelenggu perempuan kala itu. Kartini ingin perempuan tidak lagi dipinggirkan, melainkan bisa berdiri sejajar dengan laki-laki di berbagai bidang kehidupan.

Salah satu nilai utama yang diajarkan Kartini adalah pentingnya pendidikan. Baginya, pendidikan adalah pintu menuju kebebasan, alat untuk memperjuangkan hidup yang lebih baik, dan cara untuk membangun bangsa yang kuat.

Kartini percaya, ketika perempuan cerdas dan terdidik, maka ia tidak hanya mampu mengubah hidupnya sendiri, tapi juga berkontribusi besar dalam masyarakat.

Selain pendidikan, Kartini juga menekankan keberanian untuk bermimpi besar dan melawan ketidakadilan. Ia menolak pandangan bahwa perempuan hanya cocok di dapur, sumur, dan kasur.

Baca Juga:

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

Kartini dan Mimpi Besarnya untuk Pendidikan Perempuan Indonesia

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Tafsir QS. An-Nisa Ayat 34 dalam Perspektif Keadilan Hakiki Islam

Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

Kartini ingin perempuan bisa mengambil peran penting di ranah sosial, ekonomi, bahkan politik. Baginya, perempuan punya hak yang sama untuk tumbuh, berkembang, dan berkiprah.

Lalu, bagaimana cara kita menghidupkan semangat Kartini di masa kini?

Pertama, terus belajar dan mengasah diri. Menjadi Kartini hari ini tidak harus dengan mengenakan kebaya atau sekadar mengikuti lomba. Menjadi Kartini adalah tentang semangat untuk terus belajar, mengembangkan diri, dan berani memperjuangkan hal-hal yang kita yakini benar.

Seperti Kartini yang memperjuangkan hak pendidikan, kita pun bisa meneruskan langkahnya dengan terus menuntut ilmu, memperluas wawasan, dan menggali potensi diri tanpa batas.

Kedua, berani bermimpi besar. Menjadi Kartini juga berarti berani bermimpi besar dan tidak takut gagal. Kartini sendiri pernah merasakan kegagalan saat impiannya untuk melanjutkan pendidikan ke Belanda ditolak oleh ayahnya.

Namun, kegagalan itu tidak membuatnya menyerah. Ia tetap berjuang dengan cara lain, baik menulis, berbicara, dan mendirikan sekolah untuk perempuan pribumi. Ia membuktikan bahwa keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk tetap berkontribusi.

Ketiga, mendukung pemberdayaan perempuan dan melawan diskriminasi. Semangat Kartini juga bisa kita wujudkan dengan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, organisasi, atau komunitas yang mendukung pemberdayaan perempuan dan perubahan positif di masyarakat.

Kita bisa menjadi bagian dari perjuangan melawan diskriminasi, memperjuangkan kesetaraan, dan menciptakan ruang-ruang aman bagi perempuan untuk berkembang.

Keempat, saling mendukung. Yang tidak kalah penting, kita harus saling mendukung. Kartini tidak pernah berjalan sendiri. Ia di kelilingi oleh keluarga, sahabat pena, dan orang-orang yang percaya pada perjuangannya.

Di era sekarang, dukungan dan solidaritas dari sesama perempuan menjadi kekuatan besar dalam melanjutkan cita-cita Kartini.

Terus Berani Melangkah

Oleh karena itu, menjadi Kartini masa kini bukan soal menjadi sempurna, tetapi tentang keberanian untuk terus melangkah, meskipun jalannya tak selalu mudah.

Dengan semangat Kartini, kita belajar bahwa perubahan dimulai dari satu langkah kecil, satu suara yang didengar, satu tindakan yang berdampak.

Maka di Hari Kartini ini, mari kita rayakan bukan hanya dengan seremoni, tapi juga dengan aksi nyata. Hidupkan kembali semangatnya dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam belajar, dalam bekerja, dalam bermimpi, dan dalam memperjuangkan hak-hak yang setara.

Karena setiap perempuan punya potensi untuk menjadi Kartini, dan setiap langkah kecil kita adalah bagian dari perubahan besar untuk masa depan. []

Tags: Hari Inikartinimenjaditips
Tasnim Qiy

Tasnim Qiy

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Ketuhanan

Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

1 Juni 2025
Perempuan Penguasa

Sejarah Para Perempuan Penguasa Kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan

31 Mei 2025
Ruang Aman bagi Anak

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

30 Mei 2025
Kasus Argo

Kasus Argo UGM dan Sampai Kapan Nunggu Viral Dulu Baru Diusut?

30 Mei 2025
Gus Dur

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

30 Mei 2025
Ibadah Haji

Esensi Ibadah Haji: Transformasi Diri Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

29 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID