• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

5 Dalil Alquran; Interaksi dengan Beda Agama

Dengan terciptanya perdamaian, apapun agamanya, para pemeluknya dapat melaksanakan perintah agama dengan baik dan tanpa hambatan

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
25/11/2021
in Pernak-pernik
0
Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda

339
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Terlahir sebagai makhluk sosial, manusia secara otomatis harus hidup berdampingan dengan sesama. Sesama dalam hal agama, suku, bangsa, bahasa, keyakinan, ideologi, dan lainnya. Akan tetapi, menjadi sebuah keniscayaannya adalah kita dan yang lain tidak mungkin sama dalam semua hal, sehingga sangat besar kemungkinan terjadi sebuah konflik.

Besar-kecilnya konflik tergantung dari bagaimana kita dapat memahami dan mengambil sikap atas segala jurang perbedaan yang ada. Dalam konteks bangsa kita yang majemuk, persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga untuk mewujudkan masyarakat yang rukun, damai, guyub, sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.

Konflik yang kerap terjadi salah satunya ialah konflik yang pada dasarnya merupakan konflik kepentingan politik dan ekonomi, bukan konflik agama, namun agama kerap menjadi alat untuk membakar konflik tersebut. Sangat mustahil untuk menyatukan dua hal atau lebih yang berbeda dari segala aspek, namun tidak mustahil pula untuk menemukan titik temu di antara perbedaan-perbedaan tersebut.

Prof. Dr. Alwi Shihab menjelaskan, setidaknya ada 5 petunjuk Alquran, dari perspektif kita umat Muslim, untuk dapat berinteraksi dengan para Ahlul Kitab (Muslim, Nasrani, Yahudi, dan Umat terdahulu) sebagai titik temu agar kita dapat bersosialisasi positif dengan mereka:

  1. Mengedepankan dialog dengan cara yang baik. (Al-Ankabut: 46)

وَلَا تُجَادِلُوْٓا اَهْلَ الْكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۖ

Baca Juga:

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Kita dapat berdialog untuk membahas dan bekerja sama dengan mereka untuk hal-hal yang dapat dirasakan bersama manfaat dan maslahatnya, seperti tentang kerja sosial kemanusiaan, lingkungan hidup, teknologi, pendidikan, ekonomi, juga perdamaian dunia.

Pada poin-poin tersebut, besar kemungkinan kita dapat saling bahu-membahu menciptakan lingkungan masyarakat yang saling menyayangi, saling melindungi, saling membantu, dan saling bergerak maju ke depan bersama dalam kemajuan zaman. Sehingga masing-masing dari kita dapat bertukar pikiran untuk dapat memahami hajat yang dapat dipenuhi bersama.

Tentu tidak sedikit yang menentang hal ini, namun yang perlu digaris bawahi, penafsiran dan pendapat ulama adalah sebuat pendapat, bukan agama itu sendiri, sehingga bukan bagian dari nash agama atau prinsip yang sakral.

  1. Bersikap baik dan adil kepada mereka yang tidak memerangi dan mengusir kita dari negeri sendiri. (Al-Mumtahanah: 8)

لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

Terlebih dalam kawasan NKRI, semua warga apapun agamanya telah dijamin keamanan dan keselamatannya, juga sebagai pengejawantahan atas sila ketiga dari Pancasila. Maka WAJIB hukumnya bagi kita untuk berbuat baik dan adil kepada mereka.

Apapun agamanya, setiap warga Negara telah merdeka, tidak ada yang dapat mengusir kelompok lainnya dengan mengatasnamakan agama, karena tidak hanya perundang-undangan Negara yang mengatur hal tersebut, melainkan juga Alquran yang telah berbicara demikian. Hal ini dapat kita pelajari dari kisah hidup keteladan para Nabi dan Rasul, serta interaksi mereka yang akrab terhadap kelompok agama lain.

  1. Mengajak mereka menuju titik persamaan. (Ali ‘Imran: 64)

قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا

Kita harus aktif untuk mengajak Ahlul Kitab yang lainnya menuju titik persamaan, bukan justru memprovokasi yang lain untuk menjauh, membenci, bahkan memerangi mereka. Bahagia tidak akan didapatkan jika kita bersikap demikian, maka tidak ada salahnya kita mengenal, berteman, bahkan melakukan pekerjaan-pekerjaan baik bersama, sehingga kitapun akan merasakan kebahagiaan bersama-sama. Tidak lain supaya terjalin hubungan yang produktif dalam hidup bermasyarakat.

  1. Menghormati ajaran dan jalan masing-masing. (Al-Maidah: 48)

وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ

Mengenal, berteman baik, dan saling berbagi dengan Ahlul Kitab lainnya tidak serta merta menjadikan keyakinan kita menjadi sama dengan yang mereka yakini. Oleh karena itu, kita hendaknya senantiasa menghormati ajaran dan jalan masing-masing, terlebih kita dapat membantu mereka melaksanakan ibadah dengan baik dan aman, tentunya menjadi ladang kebahagiaan tersendiri bagi kita.

Seperti dalam ayat di atas, jika mau, Tuhan pasti akan menciptakan kita semua menjadi satu kelompok agama saja, namun Ia menginginkan kita menjadi bermacam-macam agar kita dapat saling mengenal, saling mengisi, saling memahami, dan juga saling membantu dalam kebaikan. Dan perlu ditekankan, hendaknya kita tidak membandingkan realitas sejarah dengan nilai-nilai luhur dalam agama.

  1. Menerima jalan damai. (Al-Anfal: 61)

وَاِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Perdamaian dan keselamatan adalah tujuan bersama. Oleh sebab itu, semua pemeluk agama hendaknya terus berusaha untuk memberi dan menerima perdamaian yang diciptakan. Dengan terciptanya perdamaian, apapun agamanya, para pemeluknya dapat melaksanakan perintah agama dengan baik dan tanpa hambatan.

Seandainya perdamaian tidak tercipta, semuanya akan hidup dalam kegelisahan, ketakutan, bahkan untuk ibadah pun akan sangat sulit dilakukan. Sekalipun ada pertikaian, kita dianjurkan untuk memberi maaf, walaupun ada jalan untuk balas dendam. []

Tags: agamaKeberagamaanModerasi BeragamaPerdamaiantoleransi
Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Membebaskan Manusia

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

11 Juli 2025
Berkeluarga

Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia

10 Juli 2025
Perempuan sebagai Fitnah

Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

10 Juli 2025
Film Horor

Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

10 Juli 2025
Perempuan sebagai Fitnah

Hingga Saat Ini Perempuan Masih Dipandang sebagai Fitnah

10 Juli 2025
Istri

Kuasa Suami atas Tubuh Istri

10 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan
  • Berkeluarga adalah Sarana Menjaga Martabat dan Kehormatan Manusia
  • Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID