• Login
  • Register
Selasa, 28 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Menghembuskan Nafas Cinta (Part II)

Jika boleh saya ingin mengatakan syariah adalah kebudayaan, produk sejarah. Dan “al-Dîn” adalah keyakinan tentang Ke-Esa-an Tuhan. Dan alam Eskatologis. Seluruh agama sama dalam hal ini. Dan semua manusia beragama bercita-cita menempuh jalan spiritual menuju Dia melalui cara dan jalan yang berbeda-beda.

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
11/11/2020
in Hikmah, Khazanah
0
84
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Lalu bagaimana Denny menjawab situasi kontradiktif dan ironis tersebut? Dalam buku ini, ia mencoba menawarkan solusi. Ia menyebutnya Spiritualitas baru. Dalam redaksi lain ia disebut Spiritualitas gelombang ke tiga dan Spiritualutas Universal. Ia bukan agama. “Spiritualitas baru ini tak lagi bersandar pada titah dari langit”. Ia juga tak bertumpu pada permenungan filsafat. Ia harus hasil dari riset panjang yang empiric. Tawaran ini sungguh menggoda, menantang sekaligus menawan.

Merespon tawaran itu, biar clear saya ingin lebih awal memaknai kata “agama” yang menjadi tema kegelisahan Denny. Syams Tabrizi, guru Maulana Rumi, seorang darwish dalam buku “Qawa’id al-‘Isyq al-Arba’un” (40 Kaidah Cinta) mengatakan :

تنبع معظم مشاكل العالم من أخطاء لغوية ومن سوء فهم بسيط. لا تأخذ الكلمات بمعناها الظاهري مطلقًا. وعندما تلج دائرة الحب، تكون اللغة التي نعرفها قد عفى عليها الزمن، فالشيء الذي لا يمكن التعبير عنه بكلمات، لا يمكن إدراكه إلا بالصمت.

Kebanyakan masalah di dunia ini berakar dari kesalahan linguistik dan kesalahpahaman yang sederhana. Jangan kau ambil makna literal sebuah kata. Saat kau mulai menginjak ranah cinta, bahasa yang telah kita pahami menjadi usang. Hal-hal yang tak dapat diungkap melalui kata-kata hanya dapat dipahami melalui keheningan.

Banyak peristiwa, kekeliruan memahami sebuah kata, bisa membuat banyak kekeliruan dan kesalahpahaman yang bisa memunculkan kerentanan sosial. Agama dalam bahasa Arab disebut ” Din”, jamaknya “Adyan”. Kata ini berbeda dengan kata “Al-Syari’ah” yang sering dimaknai oleh kita sebagai sama. Seorang ahli tafsir klasik terkemuka dari kalangan Tabiin, Qatadah mengatakan, “Al-Dîn Wâhid wa al-Syarîah Mukhtalifah” (Dîn hanyalah satu, sedang Syariat berbeda-beda).

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

Baca Juga:

Islam Pada Awalnya Asing

Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

Pernyataan ini dikemukakan Qatadah untuk menjelaskan makna Syir’ah (Syariah) dan Minhâj yang terdapat dalam ayat al-Qur`an:

ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”

Singkatnya “Din” bukanlah Syari’ah atau Thariqah. Syari’ah/ thariqah adalah cara, metode, jalan atau aturan baik legal formal maupun etika tradisi. Sebagai cara ia beragam dan kontekstual. Jika boleh saya ingin mengatakan syariah adalah kebudayaan, produk sejarah. Dan “al-Dîn” adalah keyakinan tentang Ke-Esa-an Tuhan. Dan alam Eskatologis. Seluruh agama sama dalam hal ini. Dan semua manusia beragama bercita-cita menempuh jalan spiritual menuju Dia melalui cara dan jalan yang berbeda-beda.

Tafsir serupa atas ayat di atas juga dikemukakan oleh mufassir besar, Ibn Katsir (w. 774 H). Ia mengutip sebuah pernyataan Nabi yang valid (sahîh), “Nahnu maâsyir al-Anbiyâ` Ikhwah liallat. Dînunâ wâhid” (Kami para Nabi adalah saudara. Agama kami satu). Menurut Ibn Katsir, Agama yang satu tersebut adalah “Tauhid”, sebuah prinsip ke-Esa-an Tuhan yang dibawa semua nabi-nabi dan diberitakan dalam kitab-kitab/dokumen-dokumen suci agama-agama.[]

Tags: agamaCintaislamkemanusiaanKH Husein MuhammadSufitasawuf
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Imam Malik

Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

28 Maret 2023
Flexing Ibadah

Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

28 Maret 2023
Prinsip Hidup Bersama

Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

27 Maret 2023
kehidupan bersama

Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama

27 Maret 2023
Batasan Sakit yang Membolehkan tidak Puasa

Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?

27 Maret 2023
Kesehatan Gigi dan Mulut

Ramadan Tiba, Kesehatan Gigi dan Mulut Harus Tetap Terjaga

26 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tradisi di Bulan Ramadan

    Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist