• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Humor Selalu Punya Jalan Pintas

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
27/04/2020
in Personal
0
28
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Jumlah penderita positif Covid 19 di Indonesia kini mencapai angka 8.607. Angka dengan jumlah yang tidak sedikit. Masih banyak pula pihak-pihak yang terus menggaungkan pentingya social atau physical distancing. Bahkan tidak sedikit dari teman-teman komika yang turut andil menyampaikan pesan ini dengan bahasa humor yang tentunya mudah dipahami dan dengan pendekatan yang sederhana agar masyarakat semakin menyadari dan memahami betapa pentingnya menjaga jarak satu sama lain untuk menekan laju penyebaran Covid 19.

Mudah Diterima

Seperti yang dilakukan oleh Bintang Emon seorang komika jebolan Stand Up Comedy Academ 3 tahun 2017. Dalam video Instagram Televisi (IGTV) di akun instagramnya, Bintang menghimbau dengan bahasa yang ringan namun penuh makna dan mudah dipahami oleh penontonnya. “Teruntuk teman-temanku yang masih memiliki kewajiban untuk keluar rumah, mohon untuk tetap berhati-hati dan menjaga kesehatan” himbaunya.

Ia juga menyindir orang-orang yang berprinsip tidak perlu khawatir terhadap pandemi Covid 19 karena takdir ada di tangan Tuhan dengan berkata, “Eh paman Boboho, kalau memang itu prinsip hidup ente, silahkan ente jongkok di tengah jalan tol sambil bilang nyawa kita ada di tangan Tuhan”. 

Sama seperti kita yang masih terus berusaha untuk #dirumahsaja, ia juga berharap orang-orang yang beranggapan dan berprinsip seperti ini dapat berpikir jernih dan “merevisi” prinsipnya untuk tidak bersikap egois di tengah-tengah pandemi yang tidak pasti kapan usainya.

Baca Juga:

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

Memang benar takdir di tangan Tuhan, tetapi sangat penting bagi kita untuk berikhtiar sebelum bertawakkal. Karena ikhtiar adalah salah satu bentuk tanda syukur terhadap nikmat sehat yang Tuhan berikan kepada kita di tengah pandemi Covid 19.

Agaknya bahasa yang ringan dan pendekatan yang mudah dimengerti memang harus terus diupayakan saat ingin mengubah stigma dan memberdayakan masyarakat. Saya jadi teringat saat saya harus mengikuti Uji Tahap Mata Kuliah Pemberdayaan Masyarakat. Saat itu Ibu DR. Hj. Lucky Herawati, S.KM, M.Sc yang menguji saya tentang materi sampah.

Ketika ujian tiba, beliau berperan sebagai masyarakat yang diberikan penyuluhan dan saya sebagai penyuluhnya. Saya ingat sekali ketika diingatkan beliau untuk menggunakan istilah yang awam. Saat itu saya berkata, “Ibu-ibu, jangan membakar sampah karena asapnya dapat menimbulkan efek karsinogenik pada tubuh”.

Beliau langsung menyela sebagai ibu penanya, “Karsinogenik itu apa?”. Saya pun langsung sadar dan mencari alternatif bahasa yang lebih awam, “Karsinogenik adalah  sifat mengendap dan merusak terutama pada organ paru-paru karena zat-zat tertentu sehingga paru-paru menjadi berlubang dan menyebabkan kanker.” Sepele memang namun ternyata menjadi penting dalam hal ini.

Sederhana Namun Mampu Mengubah Stigma 

Dari sini tentu banyak pihak yang semakin sadar betapa bahasa dan pendekatan yang sederhana menjadi hal penting untuk memberdayakan masyarakat agar dapat turut andil menekan laju penyebaran Covid 19. Betapa perlu untuk menjelaskan atau mencari istilah lain yang lebih mudah diterima ketimbang istilah social atau physical distancing bagi kalangan tertentu.

Saya juga jadi teringat materi yang disampaikan oleh Sakdiyah Ma’ruf saat Pertemuan Tahunan WGWC dan Konferensi Nasional Perempuan dan Ekstrimisme Kekerasan yang diadakan di Hotel Akmani pada 9-10 Maret 2020 yang lalu.  Saat itu Sakdiyah ditanya Humor Bisa Apa? (terkait Ekstrimisme Kekerasan).

Sakdiyah menyampaikan materinya dengan sebuah cerita satir yang semua jawaban dan solusinya adalah khilafah, ketika seorang anak perempuan berkata, “Ibu, rambutku kering dan lepek. Badanku juga baunya tak sedap.” Lalu sang ibu menjawab, “Tenang anakku, solusinya khilafah, menyelesaikan segala problem rambut dengan menutupnya selamanya. Bau badanmu juga bisa hilang dengan sabun anti kuman khilafah yang beraroma kasturi dan dapat membersihkan otak perempuan dari keinginan untuk keluar rumah, mengejar karir dan menolak poligami, karena sabun aroma lain hanyalah mengandung fitnah.”

Ternyata justru lewat komedi tunggal yang ditampilkannya, ia bisa mengemukakan ide-ide yang cenderung sensitif dengan santai, penuh gelak tawa dan bisa diterima audiens karena dianggap guyonan belaka. Padahal sesungguhnya saat itu Sakdiyah sedang menjelaskan bahwa baginya khilafah hanyalah merek dagang belaka.

Surviving!

Orang-orang berasumsi bahwa humor adalah sesuatu yang dianggap despair or flaws yang pada akhirnya dianggap menjadi sesuatu yang lucu oleh orang lain sehingga dapat mencairkan ketegangan. Namun ternyata justru karena humor, banyak orang dapat mengubah stigma dan surviving! Ya, humor bahkan mampu menyelamatkan nyawa seperti yang sedang dilakukan oleh Bintang dan teman-teman komedian lainnya.

Bintang juga mengingatkan agar masyarakat dapat mentaati pemerintah untuk menghindari keramaian dan kalau pun ada orang yang batuk disekitar kita jangan lagi ditegur dengan banyolan, “batuk, Pak Haji?”. Alih-alih menyelamatkan nyawa jangan sampai kita meninggal hanya karena sebuah lelucon batuk disaat pandemi. Kini video IGTV tersebut sudah ditonton sebanyak 7.9 juta tayangan dengan tiga puluh tujuh ribu penonton. Ya, humor memang selalu punya cara tersendiri untuk mengubah banyak hal dengan sederhana dan tanpa memaksa. []

Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui iffiarahman@gmail.com.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID