• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

Menjadi laki-laki sejati bukan soal membuahi sebanyak-banyaknya, tapi soal memilih untuk bertanggung jawab secara adil dan sadar.

Hilda Rizqi Elzahra Hilda Rizqi Elzahra
02/07/2025
in Personal
0
Vasektomi

Vasektomi

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kalau perempuan bisa pasang IUD, kenapa laki-laki takut vasektomi?

Mubadalah.id – Setelah maraknya isu vasektomi dan bansos yang digemparkan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, seorang perempuan bertanya di forum diskusi santai FPL. Mendengar pertanyaan tersebut, sebagian besar orang tertawa keheranan, tetapi tidak ada yang benar-benar menjawab.

Entah mengapa di benak saya respon seperti itu mengandung makna seolah-olah tanggung jawab mengenai kontrasepsi dan seluruh beban kehamilan serta kelahiran memang sudah ‘alami’ jatuh ke pundak perempuan.

Tapi, benarkah itu soal alami? Atau ini hanya warisan budaya patriarki yang belum pernah sungguh-sungguh kita tantang?

Di Indonesia, kampanye keluarga berencana (KB) sudah berjalan sejak Orde Baru. Tapi sampai sekarang, ketika orang mendengar kata KB, yang terbayang hanya selalu pil, suntik, IUD, atau implan. Dan semuanya untuk perempuan. Padahal ada metode kontrasepsi untuk laki-laki yang murah, aman, dan efektif. Mengapa metode ini justru tidak lazim terdengar seperti halnya KB pada perempuan.

Mengapa Vasektomi Masih Dianggap Menakutkan?

Menurut data BKKBN tahun 2023, hanya 0,2% laki-laki Indonesia yang menjadi akseptor vasektomi, jauh daripada 57% penggunaan kontrasepsi hormonal oleh perempuan. Artinya, beban kontrasepsi masih nyaris sepenuhnya tertanggung oleh perempuan. Mengapa?

Baca Juga:

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Membaca Fatwa Vasektomi MUI dengan Perspektif Mubadalah

Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

Sebagian besar penyebabnya karena stigma sosial dan mitos. Survei Lembaga Demografi UI (2021) menunjukkan:

  • 42% laki-laki percaya vasektomi bisa membuat lemah syahwat
  • 37% menganggap vasektomi adalah tindakan tidak jantan
  • Dan 60% menyebutkan bahwa istri seharusnya yang memakai KB, bukan suami.

Ini menunjukkan bahwa persepsi maskulinitas tradisional masih menjadi tembok besar bagi laki-laki untuk mengabil peran dalam mengendalikan kelahiran.

Ketimpangan Gender dalam Beban Reproduksi

Data dari WHO (2021) menunjukkan bahwa di banyak negara berkembang, sekitar 57% pengguna alat kontrasepsi adalah perempuan, sedangkan 25% peran (terutama melalui kondom).

Di Indonesia, proporsinya lebih timpang. Berdasarkan SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia), jenis penggunaan kontrasepsi yang paling banyak adalah:

  • Suntik 29%
  • Pil 14%
  • IUD 10%
  • Vasektomi: dibawah 1%

Vasektomi dan Politik Otonomi Tubuh

Berbicara tentang vasektomi berarti masuk ke wilayah politik tubuh. Siapa yang berhak menentukan apa yang perempuan lakukan terhadap tubuhnya, dan sejauh mana negara dan budaya ikut campur.

Otonomi tubuh bukan sekadar konsep feminis untuk perempuan. Ia juga menyangkut bagaimana laki-laki memandang tanggung jawab personal terhadap keputusan reproduksi. Seorang suami yang bersedia vasektomi, terutama setelah memiliki cukup banyak anal sejatinya sedang menantang struktur patriarki, yang selama ini menganggap tubuh laki-laki adalah simbol kontrol, bukam kerja sama.

Menurut laporan UNFPA (2022), negara-negara dengan partisipasi laki-laki dalam KB yang tinggi seperti Iran, India, dan Nepal menunjukkan: Penurunan angka kehamilan tak diinginkan, Peningkatan kesejahteraan keluarga, dan relasi rumah tangga yang lebih egaliter.

Hal ini menunjukkan bahwa ketika tubuh laki-laki ikut ambil bagian, beban tak lagi timpang.

Menuju Narasi KB yang Lebih Adil

Vasektomi adalah simbol kecil dari perubahan besar. Ia menyentuh cara berpikir lama yang menyamakan maskulinitas dengan dominasi. Bahwa menjadi laki-laki sejati bukan soal membuahi sebanyak-banyaknya, tapi soal memilih untuk bertanggung jawab secara adil dan sadar.

Sudah waktunya program KB tidak hanya menyasar tubuh perempuan. Sudah waktunya brosur-brosur tentang vasektomi tidak hanya kita berikan pada istri. Sekarang sudah waktunya kebijakan kesehatan reproduksi menyentuh laki-laki dengan empati dan edukasi. Vasektomi bukan soal takut atau berani, jantan atau tidak jantan. Ini soal kesediaan untuk menambil tanggung jawab yang selama ini tidak pernah kita tanyakan pada laki-laki. []

Tags: Dedi MulyadiGubernur Jawa Baratkeluarga berencanaProgram KBSyarat BansosVasektomi
Hilda Rizqi Elzahra

Hilda Rizqi Elzahra

Mahasiswi jelata dari Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid, pegiat literasi

Terkait Posts

Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pelecehan Seksual

    Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID