• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Nasaruddin Umar: Berargumen dengan Kesetaraan Gender

Ketimpangan peran sosial berdasarkan gender (gender inequality) dianggap sebagai divine creation, segalanya bersumber dari Tuhan.

Redaksi Redaksi
11/11/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Nasaruddin Umar gender

Nasaruddin Umar gender

315
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan Nasaruddin Umar tentang teologi gender, maka isu teologi gender ini, menurutnya masih belum banyak dibicarakan.

Padahal persepsi masyarakat terhadap gender banyak bersumber dari tradisi keagamaan.

Ketimpangan peran sosial berdasarkan gender (gender inequality) menganggapnya sebagai ciptaan Tuhan, dan segalanya bersumber dari Tuhan.

Berbeda dengan persepsi para feminis yang menganggap ketimpangan itu semata-mata sebagai konstruksi masyarakat (social construction).

Menurut penelitian para antropolog, masyarakat pra-primitif, yang biasa juga menyebutnya dengan masyarakat lain (savage society) sekitar sejuta tahun lalu, menganut pola keibuan.

Baca Juga:

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

Perempuan lebih dominan dari laki-laki di dalam pembentukan suku dan ikatan kekeluargaan. Pada masa ini terjadi keadilan sosial, dan kesetaraan gender.

Proses peralihan masyarakat dari matriarkal ke patriarkal telah dijelaskan oleh beberapa teori.

Satu di antara teori itu ialah teori Marx yang Engels lanjutkan. Mereka mengemukakan bahwa perkembangan masyarakat yang beralih dari collective production ke private property.

Serta sistem exchange juga turut semakin berkembang, menyebabkan perempuan tergeser, karena fungsi reproduksi perempuan berhadapan dengan faktor produksi.

Ada suatu pendekatan lain yang menganggap agama, khususnya agama-agama ibrahimiah (abrahamic religions) sebagai salah satu faktor menancapnya paham patriarki di dalam masyarakat. Karena agama-agama itu memberikan justifikasi terhadap paham patriarki.

Lebih dari itu, agama Yahudi dan Kristen mentolerir paham misogini, suatu paham yang menganggap perempuan sebagai sumber malapetaka, bermula ketika Adam jatuh dari surga karena rayuan Hawa.

Pendapat lain mengatakan bahwa peralihan masyarakat matriarki ke masyarakat patriarki erat kaitannya dengan proses peralihan the mother god ke the father god di dalam mitologi Yunani.*

*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.

Tags: argumenGenderkeadilanKesetaraanNasaruddin Umarsetara
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ancaman Intoleransi

    Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bekerja itu Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Malu Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID