Mubadalah.id – Catatan sejarah mengenai berbagai delegasi yang datang pada fase Makkah adalah sangat kentara mengenai akhlak Nabi Muhammad Saw dengan orang yang berbeda agama.
Beliau menghormati, mendengar, mengajak, dan berbuat baik dengan mereka. Ketika mereka beriman, nabi bersyukur. Ketika tidak, nabi tetap memiliki relasi yang baik dengan mereka.
Delegasi Kristen Najran, misalnya, ada yang beriman dan ada yang tidak. Delegasi Hirah dari Irak memilih tidak beriman, sekalipun demikian, tetap hormat kepada nabi.
Momentum paling penting dalam hal ini adalah eksperimen hijrah ke Habasyah atau Etiopia. Lebih dari 70 sahabat Nabi Muhammad Saw secara bergelombang, eksodus ke Etiopia untuk mencari suaka.
Rajanya, yang bernama Najasyi, menerima dan menyambut umat Islam dengan baik. Sang raja beragama Kristen dan masyarakatnya pun Kristen.
Para sahabat hidup dengan perlindungan dan kebaikan mereka di tanah Etiopia. Nabi memuji Raja Najasyi dan memiliki relasi yang baik dengannya, sekalipun ia tidak beriman.
Relasi para sahabat dengan orang-orang yang berbeda agama di tanah Etiopia bisa menjadi eksperimen tersendiri. Yaitu tentang hidup di negara yang mayoritas tidak beragama Islam.
Bahkan bisa menjadi sumber hukum fiqh. Yang jelas, nabi dan Para sahabat puas dan memiliki hubungan yang kuat dan baik. Sekalipun orang-orang Etiopia tetap dengan agama dan hukum yang mereka pilih sendiri.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir, dalam buku Relasi Mubadalah Muslim Dengan Umat Berbeda Agama.