• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Pentingnya Edukasi Keluarga Sebelum Menikah

Aslamiah Aslamiah
30/06/2020
in Keluarga
0
Ilustrasi Nurul Bahrul Ulum

Ilustrasi Nurul Bahrul Ulum

117
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Antara laki-laki dan perempuan diciptakan untuk saling melengkapi, dalam meneruskan keturunannya dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Kemudian komitmen ilahi dan insani sebuah pernikahan, Al-Quran menyebutkan pernikahan sebagai perjanjian yang kokoh, pernikahan adalah ibadah dalam arti ada pertanggunjawaban kepada Allah.

Pernikahan juga muamalah dalam arti ada pertanggungjawaban kepada manusia sehingga diperlukan ijab qobul, saksi, dan walimatul ursy sebagai simbol diterimanya pernikahan oleh keluargam dan masyarakat. Oleh karenanya prinsip utama dalam pernikahan selain tunduk dan patuh dengan perintah Allah juga harus menjamin tidak adanya perlakuan yang bisa menyakiti salah satu pihak dalam keluarga.

Sakinah yang didasarkan pada hubungan mawaddah dan rahmah, bukan kekuasaan adalah tujuan diciptakannya manusia untuk berpasangan. Hal-hal terpenting yang perlu dipersiapkan untuk menuju gerbang keluarga yaitu seperti kematangan fisik mental, dan finansial. Memilih kriteria calon pasangan yang pas, hingga perlunya perjanjian prapernikahan, diantaranya yakni:

Dewasa secara fisik, psikis, sosial dan ekonomi, usia baligh menurut fiqih yaitu perempuan ditandai dengan menstruasi, sedangkan laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Kematangan secara psikis juga diperlukan, terutama kematangan organ reproduksi perempuan untuk melakukan hubungan seksual, hamil, melahirkan, dan menyusui. Hal ini juga perlu diingat tentang peraturan perundang-undangan batas usia minimal pernikahan terbaru

Di sisi lain juga dibarengi dengan baligh secara sosial juga ekonomi, (kebanyakan) ekonomi menjadi basis dalam dan tolak ukur kebahagiaan, artinya seorang laki-laki maupun perempuan dituntut harus mapan terlebih dahulu, agar diharapkan mampu memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya..

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Selanjutnya yakni memilih calon pasangan, memilih calon pasangan yang pas dan tepat tentu yang tepat tidak datang dengan cepat hehe, yang tepat akan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi bermacam-macam cobaan dalam rumah tangga.

Ada beberapa tolak ukur dalam memilih calon pasangan; bobot (harta), bibit (keturunan), dan bebet (pangkat). Rasulullah lebih menganjurkan memilih pasangan karena agamanya.

Kerelaan calon pasangan dan hak ijbar, salah satu aspek batin yang cukup penting adalah kerelaan kedua calon pasangan untuk dinikahkan, karena akad nikah berlangsung seumur hidup. Artinya, rasa kasih sayang antara keduanya harus ada dan tercipta satu sama lain. Islam menjadikan pula cinta dan kasih sayang diantara mereka. Mana mungkin mawadah wa rahmah (wa mubaadalah) bisa tercipta jika keduanya tidak saling mengasihi?

Hak-hak istri dari suaminya, Alquran menegaskan persamaan antara hak dan kewajiban istri terhadap suami. Hak suami dari istri adalah sama dengan hak istri dari suaminya, tanpa dibedakan atas pertimbangan jenis kelamin. Keluarga sebagai jamaah muslimah dimulai dengan dua orang dan bertambah dengan hadirnya buah hati.

Suami mempunyai hak menasihati dan menekan istri tanpa harus melukainya. Kewajiban suami adalah menafkahi istrinya, baik lahir maupun batin. Membantu istri dalam melaksanakan pekerjaan rumah dan memejamkan mata dari kekurangan istri.

Istri haruslah mampu menjaga harta suaminya dan sebaliknya jika seorang istri menjadi tulang punggung keluarga, sehingga semua pihak mampu menjadi manager ekonomi keluarga. Mengatur kebutuhan rumah tangga juga mendidik anak-anaknya adalah kewajiban sebagai orang tua.

Timbal balik antra suami dan istri, mendidik anak dengan tata cara islam, sebenarnya antara ayah dan ibu sama-sama berperan dalam mendidik anaknya, akan tetapi ketika ayah sibuk mencari nafkah, maka ibu lah yang terlihat mendominasi dalam memberikan pendidikan karakter kepada si anak.

Hadirnya keluarga adalah untuk saling mengasihi, maka mencintai anak adalah sebuah kewajiban dan keharusan, anak merupakan buah cinta dari sepasang insan. Anak merupakan jantung hati, cahaya kalbu di dalam sebuah rumah tangga, sekaligus sebagai kekuatan, kehormatan, dan karunia.

Syariat islam sudah mulai memperhatikan nasib anak semenjak ia belum dilahirkan, dibuktikan dengan ajaran Rasulullah bahwa dalam menentukan calon pasangan hidupnya harus berlandaskan taqwa, keshalehan, keturunan dan kehormatan. Diharapkan nantinya akan menghasilkan keturunan yang baik pula.

Kemudian ketika bayi itu dilahirkan, sudah semestinya orang tua memberikan perhatian yang lebih terhadap si bayi. Baik bayi perempuan maupun laki-laki semuanya harus disambut dengan rasa syukur juga kebahagiaan. Adzan dan qomat lah pada kedua telinga si bayi sesaat setelah bayi itu dilahirkan.

Memberikan nama yang paling baik, karena nama adalah harapan bagi orangtua kepada si anak. Meng-Aqiqahkan si anak, dan tak lupa ibu memberikan susuan kepada anaknya tersebut, selama dua tahun semenjak anak dilahirkan.

Melatih anak agar terbiasa melaksanakan nilai-nilai moral, seperti; bersikap jujur kepada si anak, mengajak anak ke masjid, membiasakan anak untuk melakukan shalat, melatih anak untuk berpuasa, mendidik anak membaca Al-quran, mengajak anak untuk selalu berdzikir.

Di era modernisasi yang serba digital ini, saya mencoba menelusuri beberapa akun instagram, saya menemukan akun Retno Hening Palupi, dia adalah ibu dari Kirana dan Rumaysa, saya terinspirasi bagaimana ibu Retno Hening dalam mendidik kedua putrinya itu, Kirana menjadi anak yang cukup cerdas menurut saya, bagaimana ibu Retno bisa menjadi ibu sekaligus teman bagi Kirana.

Di sinilah tugas seorang ibu bagaimana ia harus masuk dalam dunia si anak, memperhatikan psikis dan psikologi anak, kita tidak bisa memaksakan si anak harus menjadi seperti ini seperti itu, kenali dulu bakat dan minat si anak.

Sebagai orang tua yang cerdas, pendidikan karakter sangat penting ditanamkan sejak dini. Maka dari itu, peran orangtua sangat menentukan bagaimana perjalanan peradaban sebuah bangsa, di tangan merekalah generasi bangsa dipertaruhkan.

Saya menyimpulkan bahwa peran suami-istri harus dijalankan di atas kesetaraan, agar tidak ada salah satu pihak yang merasa di dominasi baik di wilayah domestik maupun publik, hak dan kewajiban harus dipenuhi sebagaimana mestinya, sesuai ajaran islam yang rahmatan lil ‘alamiin.

Di sinilah pentingnya edukasi keluarga sebelum menikah agar terhindar dari adanya KDRT dan perceraian. Semoga kita adalah golongan orang yang mampu menjaga fitrah cinta dan pernikahan yang sesungguhnya. []

Aslamiah

Aslamiah

Seorang pembelajar di akar rumput, berfokus pada gender dan pembangunan sosial yang inklusif

Terkait Posts

Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID