• Login
  • Register
Minggu, 27 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Belajar Kesalingan dalam Mengasuh Anak

Seorang ibu harus mulai membuka hati untuk melibatkan ayah dalam proses pengasuhan anak. Begitupun dengan ayah, harus menerima tempat itu dengan senang hati dan mulai menyadari bahwa peran ayah dalam proses pengasuhan sangat penting

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
13/02/2023
in Keluarga
0
Mengasuh Anak

Mengasuh Anak

711
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam kelas Dawrah Kader Ulama Perempuan (DKUP) lanjutan saya sangat tertarik dengan sesi membongkar bias dalam diri sendiri, dan belajar kesalingan dalam mengasuh anak. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Fahmina Institute pada 4 s/d 6 Februari 2023 itu menghadirkan dua fasilitator Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dan Dr. Iklilah Muzayyanah serta satu narasumber yaitu Kiai Marzuki Wahid.

Dr. Iklilah Muzayyanah atau biasa disapa Mbak Iklilah mengantarkan satu sesi yang mengajak peserta untuk melihat sejauh mana pehamanan feminis kita sebagai peserta. Beliau melemparkan beberapa pertanyaan, salah satunya soal pengasuhan anak.

Mbak Iklilah memancing peserta dengan pertanyaan, ketika aku sudah punya anak balita, atau jika suatu saat aku memiliki anak; dan aku harus pergi dalam suatu kegiatan beberapa hari, maka aku akan?

Lalu Mbak Iklilah memberikan enam pilihan jawaban. Pertama,  mengajak anakku ikut serta bersamaku, meski aku kadang-kadang kerepotan mengurusnya. Kedua, mengajak anakku ikut serta bersamaku, karena hal itu membuatku lebih tenang ketimbang anakku kutinggal di rumah.

Ketiga, mengajak anakku ikut serta bersamaku, karena suamiku juga punya aktivitas lain sehingga tidak bisa kutitipi anakku.

Baca Juga:

Mengasuh Anak dengan Penuh Kasih Sayang

Mengasuh Anak dengan Kasih Sayang, Bukan Kekerasan

Menjaga Anak, Menjaga Masa Depan Bangsa

Perlindungan Anak Sejak dalam Kandungan

Saling Menyiapkan Kebutuhan

Keempat, tidak mengajak anakku karena aku sudah menitipkan anakku pada suamiku dan menyiapkan semua kebutuhan anakku secara detail.

Kelima, tidak mengajak anakku karena aku sudah menitipkan anakku pada kerabat atau pengasuh anakku karena sejujurnya aku kurang yakin suamiku bisa mengurus anakku. Dan keenam, tidak mengajak anakku dan menitipkan pada pengasuh yang sudah kulatih.

Dari enam pilihan jawaban ini, hampir sebagian besar peserta memilih untuk membawa anak selama kegiatan karena tidak percaya bahwa suaminya bisa mengurus anak.

Menurut Mbak Iklilah hal ini sangat wajar karena selama ini perempuan atau ibu selalu diajarkan untuk mempunyai tanggung jawab penuh terhadap anak-anaknya, sehingga dia akan merasa bersalah atau merasa tidak tenang ketika meninggalkan anaknya di rumah, meskipun dengan suaminya.

Di sisi lain Mbak Iklilah juga menyampaikan bahwa kepercayaan ibu pada ayah dalam menjaga dan mengasuh anak masih sangat sedikit. Sehingga ketika ibu memilih untuk meninggalkan anak bersama ayahnya di rumah. Ia akan merasa tenang jika segala keperluan anaknya sudah dipersiapkan sedetail mungkin.

Belajar dari Buku Akhir Pejantanan Dunia

Ester Lianawati dalam buku “Akhir Pejantanan Dunia” juga menyampaikan bahwa selama ini fungsi ayah masih dianggap sebagai accasional baby sitter, alias kadang-kadang saja. Jadi, sifatnya “ekstra” dan istimewa sehingga tidak heran jika banyak ibu yang memfoto suaminya yang sedang memandikan atau menggati popok anak.

Padahal menurut Ester ada beberapa hal baik jika ayah benar-benar kita libatkan dan beri kepercayaan secara penuh dalam pengasuhan anak.

Pertama, ayah berfungsi sebagai pemisah, dalam arti mengurangi resiko peleburan anak dengan ibu. Sehingga membantu perkembangan identitas diri anak sebagai pribadi yang otonom. Kedua, paternitas relasional dapat membantu ayah untuk masuk wilayah emosi, ekspresi, dan cinta kasih.

Ketiga, ayah yang terlibat penuh dalam pengasuhan anak bisa memberikan ibu waktu untuk melakukan hal lain di luar maternitas, untuk mengembangkan hidupnya sendiri sebagai individu bebas.

Peran Ayah dan Ibu

Sejalan dengan itu, pengasuhan bersama antara ayah dan ibu juga bisa memberikan kesejahteraan bagi ibu,  keseimbangan kepribadian ayah dan perkembangan optimal anak. Sehingga hal ini harus terus kita sampaikan dan upayakan.

Bagaimana cara mengupayakannya?. Setidaknya ada empat hal yang Ester sarankan dalam buku “Akhir Pejantanan Dunia” yaitu:

Pertama dalam persoalan insting pengasuhan, sebenarnya tidak hanya ibu miliki saja, tetapi juga ayah. Hal ini bisa kita temui ketika melihat bayi baru lahir, bukan hanya ayah yang merasa tersentuh tetapi juga ayah.

Namun selama ini insting ibu yakini sudah ada sejak dulu. Sehingga ketika mendengar bayi menangis yang akan sigap menggendong adalah ibu, walaupun mungkin ia tidak tau cara menggendong. Berbeda dengan ayah, jika pun ia mau untuk menggendong, ia akan terlihat sangat gagap dan pada akhirnya tidak mampu.

Padahal menurut Ester kegagapan itu normal, karena setiap orang pasti mengalami kegagapan di awal pengasuhan. Tidak ada yang langsung jago mengasuh anak, karena pengasuhan itu proses belajar dan menemukan pengetahuan serta keterampilan baru bagi orang tua. Oleh karena itu, keduanya harus sama-sama aktif terlibat dalam pengasuhan.

Kedua, upaya yang bisa ibu dan ayah lakukan yaitu terlibat dalam pengasuhan anak adalah kita harus memfasilitasi proses pengaktifan insting ayah. Jadi, jangan hanya melibatkan ayah ketika bayi sudah lahir, tapi juga saat bayi masih dalam rahim ibu. Ayah dapat mendampingi ibu dalam setiap pemeriksaan dokter, mendengarkan detak jantung bayi di dalam kandungan istrinya. Kemudian menyaksikan gerakan bayi dalam kandungan dan menemani senang hamil.

Berikan Tempat untuk Ayah

Ketiga, ibu harus rela memberikan tempat untuk ayah dan ayah harus menerima tempat ini dengan senang hati. Perbedaan cara pengasuhan sering mengurungkan niat ibu untuk berbagi pengasuhan dengan ayah. Banyak ibu yang merasa bahwa suaminya tidak telaten dalam mendidik anak, sehingga dia memutuskan untuk mengasuh anaknya sendiri. Padahal keduanya bisa saling kerjasama dan mendiskusikan pola pengasuhan anak seperti apa yang akan mereka terapkan pada anaknya.

Keempat¸ negara bertanggung jawab dalam membuat keputusan politik untuk memberikan cuti minimum bagi ayah dan ibu. Peresmian seperti ini sangat kita perlukan untuk mempermudah proses internalisasi masyarakat akan pentingnya pengasuhan orang tua.

Dari uraian-uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa sebagai seorang ibu harus mulai membuka hati untuk melibatkan ayah dalam proses pengasuhan anak. Begitupun dengan ayah, harus menerima tempat itu dengan senang hati dan mulai menyadari bahwa peran ayah dalam proses pengasuhan sangat penting.

Wahai ibu dan ayah selamat menemukan jalan menuju keakraban, empati, dan emosi untuk membangun pengasuhan yang penuh kasih. []

Tags: anakbelajarKesalinganmengasuh
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Nikah Sirri

Sah Tapi Nggak Terdaftar, Nikah Sirri dan Drama Legalitasnya

25 Juli 2025
Anak Bukan Milik Orang Tua

Anak Bukan Milik Orang Tua

25 Juli 2025
Kembang Layu di Atas Ranjang

Para Suami, Jangan Biarkan Kembang Layu di Atas Ranjang

24 Juli 2025
Disfungsi Institusi Pernikahan

Viral Pegawai PPPK Ramai-ramai Gugat Cerai Suami: Disfungsi Institusi Pernikahan

23 Juli 2025
Sibling Rivalry

Fenomena Sibling Rivalry dalam Rumah: Saudara Kandung, Tapi Rasa Rival?

22 Juli 2025
Cita-cita Tinggi

Yuk Dukung Anak Miliki Cita-cita Tinggi!

19 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • PRT yang

    PRT Bukan Budak: Hentikan Perlakuan yang Merendahkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Disabilitas Netra dan Ironi Aksesibilitas Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Menikmati Proses, Karena yang Instan Sering Mengecewakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PRT Juga Manusia, Layak Diperlakukan dengan Baik dan Bermartabat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mari Membahas Bersama Fomo Trend S-Line

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Beruntungnya Menjadi Anak Sulung
  • Refleksi Tren S-Line: Bagaimana Jika Dosa Kita Terlihat Jelas Atas Kepala?
  • Upah: Hak Pekerja, Kewajiban Majikan
  • Mari Membahas Bersama Fomo Trend S-Line
  • Mengapa PRT Selalu Diidentikkan dengan Perempuan?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID